Timika (Antaranews Kalbar) - Bupati Mimika Eltinus Omaleng menerima laporan dari aparat Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, mengenai penganiayaan yang dilakukan oleh anggota Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) terhadap guru-guru kontrak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mimika baru-baru ini.
"Memang betul ada kejadian itu. Guru-guru laki-laki diikat tangannya lalu dipopor dengan senjata. Sementara guru perempuan dipukul, ditelanjangi, bahkan ada yang diperkosa. Ini sangat keterlaluan dan tidak beradab," kata Bupati Omaleng saat ditemui Antara di Timika, Selasa.
Ia menuturkan bahwa setelah mengetahui adanya kejahatan itu, warga Aroanop berupaya membebaskan para guru dari anggota KKSB.
"Masyarakat kejar orang-orang itu, tapi mereka lari ke hutan. Masyarakat tidak senang dengan kelakuan bejat mereka. Kami minta KKSB tidak boleh membuat kekacauan di tengah masyarakat. Omong kosong mau lindungi masyarakat kalau menggunakan cara-cara yang tidak bermoral seperti itu," kata Bupati.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Mimika berencana mengirim helikopter ke Aroanop untuk menjemput guru-guru kontrak yang masih berada di area tersebut.
Para anggota KKSB yang melakukan kejahatan melarikan diri ke kampung-kampung di wilayah lembah Aroanop seperti Jagamin, Anggigi, dan Ainggongin setelah pasukan gabungan TNI menyerbu Kampung Banti 1, Banti 2, Utikini, Kimbeli dan Opitawak pada 31 Maret hingga 2 April.
Sebelum pasukan TNI tiba di Banti, anggota KKSB membakar Rumah Sakit Waa-Banti milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), serta gedung SD-SMP Negeri Banti dan rumah-rumah warga. Anggota kelompok jahat itu juga menjarah ternak babi milik warga, serta merusak fasilitas Puskesmas dan gedung SD Aroanop.
"Mereka bakar gedung sekolah, rumah sakit, rumah-rumah masyarakat dikasih hancur, ternak babi diangkat semua. Pelakunya mereka yang disebut KKSB itu. Saat pasukan TNI masuk, mereka-mereka yang tadinya pegang senjata api itu kabur semua," kata Bupati.
Bupati Omaleng bersama Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto dan Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Windarto berencana menemui warga Kampung Banti pada Rabu (18/4) untuk membicarakan pembebasan lahan untuk pembangunan Kantor Koramil, Kantor Polsek dan Kantor Distrik Tembagapura di Kampung Banti 1 dan Banti 2.
Selain itu, pos tinjau TNI rencananya dibangun di beberapa lokasi dekat Tembagapura seperti Kampung Opitawak dan Tagabra guna mencegah masuknya KKSB.
"Saya bersama Kapolres dan Dandim akan berangkat ke Tembagapura untuk menemui masyarakat guna membicarakan hal ini. Kita ingin masyarakat di sana maupun PT Freeport tidak lagi terganggu dengan adanya KKSB," kata Bupati Omaleng.
Beberapa waktu lalu Pemerintah Kabupaten Mimika telah mengirim beras dan bahan pangan lainnya ke Banti, Kimbeli dan Opitawak untuk membantu masyarakat yang kekurangan pangan sejak anggota KKSB menduduki kampung-kampung mereka.
Baca juga: Seorang guru dipukul siswa karena ditegur main handphone
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Memang betul ada kejadian itu. Guru-guru laki-laki diikat tangannya lalu dipopor dengan senjata. Sementara guru perempuan dipukul, ditelanjangi, bahkan ada yang diperkosa. Ini sangat keterlaluan dan tidak beradab," kata Bupati Omaleng saat ditemui Antara di Timika, Selasa.
Ia menuturkan bahwa setelah mengetahui adanya kejahatan itu, warga Aroanop berupaya membebaskan para guru dari anggota KKSB.
"Masyarakat kejar orang-orang itu, tapi mereka lari ke hutan. Masyarakat tidak senang dengan kelakuan bejat mereka. Kami minta KKSB tidak boleh membuat kekacauan di tengah masyarakat. Omong kosong mau lindungi masyarakat kalau menggunakan cara-cara yang tidak bermoral seperti itu," kata Bupati.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Mimika berencana mengirim helikopter ke Aroanop untuk menjemput guru-guru kontrak yang masih berada di area tersebut.
Para anggota KKSB yang melakukan kejahatan melarikan diri ke kampung-kampung di wilayah lembah Aroanop seperti Jagamin, Anggigi, dan Ainggongin setelah pasukan gabungan TNI menyerbu Kampung Banti 1, Banti 2, Utikini, Kimbeli dan Opitawak pada 31 Maret hingga 2 April.
Sebelum pasukan TNI tiba di Banti, anggota KKSB membakar Rumah Sakit Waa-Banti milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK), serta gedung SD-SMP Negeri Banti dan rumah-rumah warga. Anggota kelompok jahat itu juga menjarah ternak babi milik warga, serta merusak fasilitas Puskesmas dan gedung SD Aroanop.
"Mereka bakar gedung sekolah, rumah sakit, rumah-rumah masyarakat dikasih hancur, ternak babi diangkat semua. Pelakunya mereka yang disebut KKSB itu. Saat pasukan TNI masuk, mereka-mereka yang tadinya pegang senjata api itu kabur semua," kata Bupati.
Bupati Omaleng bersama Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto dan Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Windarto berencana menemui warga Kampung Banti pada Rabu (18/4) untuk membicarakan pembebasan lahan untuk pembangunan Kantor Koramil, Kantor Polsek dan Kantor Distrik Tembagapura di Kampung Banti 1 dan Banti 2.
Selain itu, pos tinjau TNI rencananya dibangun di beberapa lokasi dekat Tembagapura seperti Kampung Opitawak dan Tagabra guna mencegah masuknya KKSB.
"Saya bersama Kapolres dan Dandim akan berangkat ke Tembagapura untuk menemui masyarakat guna membicarakan hal ini. Kita ingin masyarakat di sana maupun PT Freeport tidak lagi terganggu dengan adanya KKSB," kata Bupati Omaleng.
Beberapa waktu lalu Pemerintah Kabupaten Mimika telah mengirim beras dan bahan pangan lainnya ke Banti, Kimbeli dan Opitawak untuk membantu masyarakat yang kekurangan pangan sejak anggota KKSB menduduki kampung-kampung mereka.
Baca juga: Seorang guru dipukul siswa karena ditegur main handphone
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018