Pontianak (Antaranews Kalbar) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura mengajak kelompok tani untuk mengembangkan kawasan pangan alternatif dan umbi-umbian.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalbar Dony Syaiful Bahri di Pontianak, Minggu mengatakan, saat ini konsumsi beras di Indonesia mencapai 114,8 kilogram per kapita per tahun.
Bahkan, lanjut dia, Indonesia merupakan negara pemakan mie dari gandum terbanyak kedua setelah Tiongkok.
"Padahal, Tiongkok jumlah penduduknya satu miliar jiwa, dan gandum sulit tumbuh di Indonesia," ujar dia.
Selain itu, kebijakan yang masih fokus pada beras membuat pola konsumsi masyarakat berubah dari pangan lokal ke beras seperti ubi kayu di Jawa Barat, ubi jalar di Papua dan jagung di NTT dan Madura.
Kondisi konsumsi pangan yang tergantung dengan beras mengandung risiko kemandirian pangan di tingkat rumah tangga maupun nasional menjadi mudah rapuh.
Tujuan pengembangan kawasan pangan alternatif dan umbi-umbian tujuannya untuk mewujudkan alternatif pangan selain beras dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Di Indonesia, lanjut dia, pada umumnya mempunyai potensi pangan lokal non beras yang sangat besar seperti ubi kayu, ubi jalar dan lain-lain.
"Ubi kayu dan ubi jalar dapat menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan," ujar Dony yang mewakili Kadis Pertanian TPH Kalbar Heronimus Hero itu.
Baca juga: Distan Kalbar perkuat perencanaan pertanian
Ia menambahkan, kedua jenis tanaman tersebut sesuai dengan agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kalbar.
Ubi kayu di Kalbar produktivitasnya tinggi yakni 20 - 25 ton per hektare dan ubi jalar 8 - 10 ton per hektare.
Ubi kayu bermanfaat sebagai sumber energi mengandung serat dan non kolesterol, protein tinggi, bebas gluten, sumber vitamin K dan B.
Sedangkan ubi jalar mengandung zat gizi yang berpengaruh positif terhadap kesehatan seperti prebiotik, serat dan antioksidan. Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk klasifikasi low glikemix index.
Baca juga: Distan Kalbar sinergikan program petugas POPT
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalbar Dony Syaiful Bahri di Pontianak, Minggu mengatakan, saat ini konsumsi beras di Indonesia mencapai 114,8 kilogram per kapita per tahun.
Bahkan, lanjut dia, Indonesia merupakan negara pemakan mie dari gandum terbanyak kedua setelah Tiongkok.
"Padahal, Tiongkok jumlah penduduknya satu miliar jiwa, dan gandum sulit tumbuh di Indonesia," ujar dia.
Selain itu, kebijakan yang masih fokus pada beras membuat pola konsumsi masyarakat berubah dari pangan lokal ke beras seperti ubi kayu di Jawa Barat, ubi jalar di Papua dan jagung di NTT dan Madura.
Kondisi konsumsi pangan yang tergantung dengan beras mengandung risiko kemandirian pangan di tingkat rumah tangga maupun nasional menjadi mudah rapuh.
Tujuan pengembangan kawasan pangan alternatif dan umbi-umbian tujuannya untuk mewujudkan alternatif pangan selain beras dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Di Indonesia, lanjut dia, pada umumnya mempunyai potensi pangan lokal non beras yang sangat besar seperti ubi kayu, ubi jalar dan lain-lain.
"Ubi kayu dan ubi jalar dapat menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras menuju ketahanan pangan," ujar Dony yang mewakili Kadis Pertanian TPH Kalbar Heronimus Hero itu.
Baca juga: Distan Kalbar perkuat perencanaan pertanian
Ia menambahkan, kedua jenis tanaman tersebut sesuai dengan agroklimat sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kalbar.
Ubi kayu di Kalbar produktivitasnya tinggi yakni 20 - 25 ton per hektare dan ubi jalar 8 - 10 ton per hektare.
Ubi kayu bermanfaat sebagai sumber energi mengandung serat dan non kolesterol, protein tinggi, bebas gluten, sumber vitamin K dan B.
Sedangkan ubi jalar mengandung zat gizi yang berpengaruh positif terhadap kesehatan seperti prebiotik, serat dan antioksidan. Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk klasifikasi low glikemix index.
Baca juga: Distan Kalbar sinergikan program petugas POPT
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018