Medan (Antaranews Kalbar) - Kebutuhan darah di Indonesia dinilai cukup tinggi yakni mencapai 5.1 juta kantong per tahunnya sehingga berbagai pihak didorong untuk semakin memperluas akses dalam upaya pemenuhan kebutuhan kantong darah tersebut.

Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementrian Kesehatan Bambang Wibowo di Medan, Selasa, mengatakan, kebutuhan darah sebenarnya di Indonesia setiap tahunnya sangat tinggi terutama yang berkaitan dengan pelayanan medis.

Bahkan berdasarkan data, sembilan persen kematian ibu yang baru melahirkan terjadi karena kebutuhan darahnya tidak terpenuhi pasca melahirkan.

"Jika dilihat dari data WHO, kebutuhan darah di Indonesia pertahunnya mencapai 5,1 juta kantong sementara yang terpenuhi hanya sekitar 4,2 juta kantong darah," katanya saat peresmian unit transfunsi darah RSUD dr Pirngadi Medan.

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan darah tersebut, kata dia, unit tranfusi darah (UTD) yang dikelola baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, rumah sakit serta Palang Merah Indonesia (PMI) untuk lebih memperluas akses layanan kepada masyarakat.

"Sehingga dengan demikian masyarakat yang ingin melakukan donor darah dapat terlayani dengan baik dan pada akhirnya kebutuhan akan darah di Indonesia dapat terpenuhi," katanya.

Atas dasar itu pula ia memberikan apresiasi kepada RSUD dr Pirngadi Medan yang membuka UTD, sehingga dengan demikian akses masyarakat untuk mencari darah maupun mendonorkan darahnya lebih terbuka luas.

Namun, ia juga mengingatkan kepada manajemen RSUD Pirngadi untuk memperhatikan mutu, karena pekerjaan yang berkaitan dengan darah sangat memiliki resiko tinggi terutama terkait dengan pencegahan infeksi.

"Ini sederhana namun sangat penting. Darah harus benar-benar diteliti sehingga darah yang diberikan kepada pasien nantinya benar-benar darah yang sudah teruji kualitasnya dan bebas dari darah yang mengandung penyakit," katanya.

Pewarta: Edi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018