Pontianak (Antaranews Kalbar) - Independent Producer (IPP) atau perusahaan produsen listrik swasta pertama berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) pertama di Kalimantan mulai dioperasionalkan, di Desa Temajuk, Kabupaten Mempawah.
EBT tersebut berupa Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBM) di bawah naugan PLTBM 1 Siantan yang terletak di Desa Temajuk, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
"PLTBM 1 Rezeki Siantan menjadi pembangkit biomassa pertama di Kalimantan. Hadirnya PLTBM wujud komitemen Pemerintah bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengejar target EBT sebesar 23 persen pada 2025 " ujar GM PLN Wilayah Kalbar, Richard Safkaur saat peresmian operasional di Mempawah, Selasa.
Richard menjelaskan pengembangan EBT menjadi satu di antara prioritas PLN terutama di regional Kalimantan untuk menggantikan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak atau diesel.
"Saat ini di Wilayah Kalbar presentase pembangkit yang masih menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya masih sebesar 44 persen," papar dia.
Dikatakan dia pihaknya dari PLN bersama PLTBM 1 Siantan melakukan perjanjian jual beli tenaga listrik menggunakan skema Build, Own, Operate, Transfer (BOOT) yang mana apabila perjanjian yang telah disepakati bersama dengan kontrak 20 tahun habis, maka pembangkit ini akan menjadi milik PLN. Skema tersebut menjadi yang pertama di Kalimantan.
"Dengan beroperasinya pembangkit ini akan memperkuat pasokan listrik di Sistem Khatulistiwa dan menggantikan beberapa pembangkit listrik tenaga diesel yang beroperasi sebelumnya. Ini juga merupakan prestasi bagi kami dan mitra kerja yang profesional menjadikan pembangkit ini yang pertama kali di Kalbar yang menggunakan skema jual beli BOOT," papar Richard.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah membangun jaringan untuk mensuplai Sistem Khatulistiwa.
"Kami sudah membangun jaringan listrik tegangan menengah (JTM) 20 kilo-volt sepanjang 5,65 kilo meter sirkit (kms) menuju titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Langkah ini sebagai komitmen kami dalam mendukung program pemerintah dan menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan," tambahnya.
Pembangkit yang mulai dibangun pada Desember 2016 ini menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukan, yakni cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu dan limbah pertanian lainnya. Harga material tersebut berkisar Rp 600/kg. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton per tahunnya.Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
EBT tersebut berupa Pembangkit Listrik Tenaga Bio Massa (PLTBM) di bawah naugan PLTBM 1 Siantan yang terletak di Desa Temajuk, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.
"PLTBM 1 Rezeki Siantan menjadi pembangkit biomassa pertama di Kalimantan. Hadirnya PLTBM wujud komitemen Pemerintah bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengejar target EBT sebesar 23 persen pada 2025 " ujar GM PLN Wilayah Kalbar, Richard Safkaur saat peresmian operasional di Mempawah, Selasa.
Richard menjelaskan pengembangan EBT menjadi satu di antara prioritas PLN terutama di regional Kalimantan untuk menggantikan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak atau diesel.
"Saat ini di Wilayah Kalbar presentase pembangkit yang masih menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya masih sebesar 44 persen," papar dia.
Dikatakan dia pihaknya dari PLN bersama PLTBM 1 Siantan melakukan perjanjian jual beli tenaga listrik menggunakan skema Build, Own, Operate, Transfer (BOOT) yang mana apabila perjanjian yang telah disepakati bersama dengan kontrak 20 tahun habis, maka pembangkit ini akan menjadi milik PLN. Skema tersebut menjadi yang pertama di Kalimantan.
"Dengan beroperasinya pembangkit ini akan memperkuat pasokan listrik di Sistem Khatulistiwa dan menggantikan beberapa pembangkit listrik tenaga diesel yang beroperasi sebelumnya. Ini juga merupakan prestasi bagi kami dan mitra kerja yang profesional menjadikan pembangkit ini yang pertama kali di Kalbar yang menggunakan skema jual beli BOOT," papar Richard.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah membangun jaringan untuk mensuplai Sistem Khatulistiwa.
"Kami sudah membangun jaringan listrik tegangan menengah (JTM) 20 kilo-volt sepanjang 5,65 kilo meter sirkit (kms) menuju titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Langkah ini sebagai komitmen kami dalam mendukung program pemerintah dan menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan," tambahnya.
Pembangkit yang mulai dibangun pada Desember 2016 ini menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukan, yakni cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu dan limbah pertanian lainnya. Harga material tersebut berkisar Rp 600/kg. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton per tahunnya.Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018