Pontianak (Antaranews Kalbar) - LPP RRI menggelar Seminar Nasional dengan tema “Mewujudkan Kalbar yang aman, damai sejahtera serta memperkuat rasa nasionalisme dalam bingkai NKRI”,. Seminar yang digelar di lantai III Gedung Rektorat Universitas Tanjungpura itu untuk memperingati HUT RI ke-73. 

Hadir dalam seminar nasional itu Let Kol. ARH. Amansius Rikol dari Kodam XII Tanjungpura, Syarif Toto Thaha Al-Qadri Tokoh Masyarakat Melayu, Saiyan Tokoh Adat Dayak dan Syafarudin Osman Sejarahwan Kalbar. Peserta adalah dari kalangan mahasiswa. 

Dalam pemaparannya Let Kol. ARH. Amansius Rikol dari Kodam XII Tanjungpura mengajak masyarakat jangan sampai melupakan sejarah berdirinya Indonesia. “Pertahankan persatuan di Indonesia, dan Kalimantan Barat. Siapa lagi kalau bukan kita yang melakukannya. Cegah hal-hal negatif yang dapat memecahkan persatuan dan kesatuan,” kata dia.

Syarif Toto Thaha Al-Qadri Tokoh Masyarakat Melayu yang menjadi narasumber juga menyampaikan upaya pihak yang ingin merusak persatuan dan kesatuan tidak boleh dipandang sebelah mata.
 
“Jangan sampai terpicu untuk melakukan paham radikalisme karena berbeda jauh dengan paham pancasila. Generasi muda harus pandai dan cermat secara cerdas melihat media-media sosial dan ajaran yang bisa memecah persatuan dan kesatuan,” ungkapnya. 

Saiyan selaku Tokoh Adat Dayak yang juga sebagai narasumber mengatakan semangat untuk persatuan harus terus dibangun dan dijaga di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Syafarudin Osman Sejarahwan Kalbar mengatakan nasionalisme itu digaungkan tahun 1922 di Turki. Nasionalisme itu mengandung pengertian yakni penegasan kemandirian identitas suatu bangsa pada bangsa yang lainnya dan kemerdekaan melawan penjajahan asing.

“Jadi seharusnya bersyukur nikmat terbesar itu adalah nikmat kemerdekaan bangsa Indonesia,” ungkap Syafarudin Osman. 

Direktur Program dan Produksi RRI Soleman Yusuf mengatakan, Indonesia adalah negara besar yang memiliki ragam suku, budaya dan agama. Oleh karena itu Keberagaman dan bertoleransi antarumat beragama, suku, etnis dan sebagainya, menjadi sesuatu yang indah untuk Indonesia sehingga harus terus dijaga.
 
“Kita bisa lihat negara-negara di dunia. Unisoviet yang menjadi negara super power hanya bertahan 69 tahun dan hilang. Kenapa? Mereka melupakan sejarah dan sibuk dengan konflik internal di dalamnya, begitu juga dengan Yugoslavia hanya bertahan 74 tahun dan berpecah menjadi enam negara. Banyak juga negara-negaa lainnya,” jelas Soleman usai membuka seminar.

Oleh karena itu sebagai lembaga lembaga penyiaran publik RRI juga fungsi sebagai perekat nasional memberikan informasi yang sehat dan benar kepada masyarakat. 

“Ini tugas RRI sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 32 tahun 2002,” kata Soleman. Menurut Soleman seminar nasional wawasan kebangsaan ini digelar untuk mengingatkan kembali terutama kepada generasi muda. Bahwa nilai-nilai kebangsaan, nasionalisme dan persatuan tidak boleh hilang. 

“Nilai-nilai itu tidak boleh hanya menjadi tulisan yang tidak ada maknanya. Pesan ini ingin disampaikan kepada masyarakat di Kalbar,” katanya.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018