Pontianak (Antaranews Kalbar) - Komda Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Kalimantan Barat menyatakan, Wahyu Purnomo (12) murid kelas VI SD 17, Kecamatan Pontianak Utara, meninggal diduga karena radang otak (ensefalitis).
Ketua Komda KIPI Kalbar, dr Alvin dalam keterangan persnya di Pontianak, Senin, mengatakan, dari hasil CT scan dan kesimpulan radiologi terjadi pembengkakan di otak dan diduga Wahyu mengalami radang otak.
"Sementara vaksin Measles Rubella (MR) tersebut, tidak menyebabkan radang otak, karena virusnya sudah dilemahkan, dan ketika diberikan dalam bentuk imunisasi, maka akan menjadi imun (kekebalan) di tubuh anak," ujarnya.
Kronologis terkait kasus Wahyu yakni pada 2 Agustus 2018, dia diberikan imunisasi MR dengan keadaan sehat, sebelum dilakukan imunisasi, yang dibuktikan dengan formulir skrining yang telah ditandai tangani dan diisi oleh orang tua anak tersebut.
Kemudian pada 6 Agustus 2018, anak tersebut dibawa ke dokter praktik swasta di Siantan, dengan keluhan sesak napas dan dada sakit karena terbentur meja akibat jatuh di sekolah, yakni pada 4 Agustus 2018.
Setelah itu, pada 10 Agustusb2018, anak tersebut dibawa ke Puskesmas Telaga Biru, dengan keluhan nyeri dada, setelah terbentur di sekolah sebelumnya.
"Kemudian anak tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Yarsi Pontianak, karena di rumah sakit itu peralatannya tidak mendukung, maka dirujuk ke Rumah Sakit Soedarso, Pontianak," kata Alvin.
Dalam perjalanan ke Rumah Sakit Soedarso, anak tersebut pingsan, dengan kesadarannya yang menurun, dada sesak, pusing kepala, muntah dan pada hasil pemeriksaan gula darahnya 414 atau mirip dengan orang yang mengalami kencing manis.
Kemudian dari hasil CT scan menyimpulkan, bahwa terjadi pembengkakan dalam otak. Kesimpulan anak tersebut meninggal karena radang otak dan dikatakan diduga karena kami tidak sempat melakukan pemeriksaan khusus dalam hal ini, di mana harus dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang," katanya.
Ia menambahkan, vaksin MR tidak menyebabkan infeksi otak, karena vaksin MR tersebut adalah virus yang dilemahkan.
Sebelumnya, Wahyu Punomo meninggal, Minggu (12/8) dini hari setelah sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Soedarso, Pontianak.
Dari hasil keterangan di lapangan, anak tersebut sejak 2 hingga 10 Agustus 2018, masuk sekolah terus.
Sementara itu, keterangan anak tersebut jatuh, didapat berdasarkan keterangan medical rekor dokternya. "Kesimpulannya kejadian tersebut tidak ada hubungan dengan imunisasi terhadap kematian Wahyu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Ketua Komda KIPI Kalbar, dr Alvin dalam keterangan persnya di Pontianak, Senin, mengatakan, dari hasil CT scan dan kesimpulan radiologi terjadi pembengkakan di otak dan diduga Wahyu mengalami radang otak.
"Sementara vaksin Measles Rubella (MR) tersebut, tidak menyebabkan radang otak, karena virusnya sudah dilemahkan, dan ketika diberikan dalam bentuk imunisasi, maka akan menjadi imun (kekebalan) di tubuh anak," ujarnya.
Kronologis terkait kasus Wahyu yakni pada 2 Agustus 2018, dia diberikan imunisasi MR dengan keadaan sehat, sebelum dilakukan imunisasi, yang dibuktikan dengan formulir skrining yang telah ditandai tangani dan diisi oleh orang tua anak tersebut.
Kemudian pada 6 Agustus 2018, anak tersebut dibawa ke dokter praktik swasta di Siantan, dengan keluhan sesak napas dan dada sakit karena terbentur meja akibat jatuh di sekolah, yakni pada 4 Agustus 2018.
Setelah itu, pada 10 Agustusb2018, anak tersebut dibawa ke Puskesmas Telaga Biru, dengan keluhan nyeri dada, setelah terbentur di sekolah sebelumnya.
"Kemudian anak tersebut dirujuk ke Rumah Sakit Yarsi Pontianak, karena di rumah sakit itu peralatannya tidak mendukung, maka dirujuk ke Rumah Sakit Soedarso, Pontianak," kata Alvin.
Dalam perjalanan ke Rumah Sakit Soedarso, anak tersebut pingsan, dengan kesadarannya yang menurun, dada sesak, pusing kepala, muntah dan pada hasil pemeriksaan gula darahnya 414 atau mirip dengan orang yang mengalami kencing manis.
Kemudian dari hasil CT scan menyimpulkan, bahwa terjadi pembengkakan dalam otak. Kesimpulan anak tersebut meninggal karena radang otak dan dikatakan diduga karena kami tidak sempat melakukan pemeriksaan khusus dalam hal ini, di mana harus dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang," katanya.
Ia menambahkan, vaksin MR tidak menyebabkan infeksi otak, karena vaksin MR tersebut adalah virus yang dilemahkan.
Sebelumnya, Wahyu Punomo meninggal, Minggu (12/8) dini hari setelah sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Soedarso, Pontianak.
Dari hasil keterangan di lapangan, anak tersebut sejak 2 hingga 10 Agustus 2018, masuk sekolah terus.
Sementara itu, keterangan anak tersebut jatuh, didapat berdasarkan keterangan medical rekor dokternya. "Kesimpulannya kejadian tersebut tidak ada hubungan dengan imunisasi terhadap kematian Wahyu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018