Pontianak (Antaranews Kalbar) - Cindy (25) ibu dari Elsha (enam bulan) salah seorang warga Kota Pontianak, mengaku menyesal tidak memberikan imunisasi ketika dia mengandung anaknya yang ketiga tersebut, sehingga sekarang anak ketiganya mengalami berbagai penyakit dampak dari virus campak dan MR (Measles Rubella) tersebut.
"Lingkungan sekitar saya di Jalan 28 Oktober, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Barat memang rata-rata enggan memberikan anak-anaknya imunisasi, sehingga kami juga enggan memberikan imunisasi kepada anak-anak," kata Cindy di Pontianak, Minggu.
Sehingga, sebelum-sebelumnya tidak heran apabila program imunisasi, rata-rata anak-anak di tempat dirinya tinggal, tidak diberikan imunisasi, termasuk imunisasi campak dan rubella tersebut.
"Tetapi kini setelah kasus anak saya yang ketiga yang mengalami jantung bocor, katarak, dan harus menggunakan alat dengar dampak dari campak dan virus rubella tersebut, saya baru paham ternyata imunisasi itu sangat penting," ungkapnya.
Dirinya sebelumnya memang belum mengetahui dampak dari campak dan rubella, karena memang lingkungan sekitar memang rata-rata anti imunisasi. "Sehingga saat sedang mengandung anak saya yang ketiga, sewaktu itu banyak anak-anak di sekolah anak saya yang terkena ruam merah, pada saat usia kandungan saya enam minggu, ternyata diusia tersebut sangat rentan terinveksi campak dan virus rubella, dan sangat vital seperti anak saya sekarang," ujarnya sedih.
Malah, menurut dia, dirinya sempat ingin menjual kedua ginjal untuk biaya pengobatan anaknya, karena harus bolak-balik ke rumah sakit, baik di rumah sakit di Kota Pontianak dan Jakarta.
"Saat ini anak saya sudah bisa melihat setelah beberapa kali melakukan operasi katak di mata, sebelum operasi dilakukan anak saya belum bisa melihat, sekarang tahap penutupan kebocoran jantung, tetapi untuk operasi jantung, menunggu berat badan ideal, yakni minimal enam kilogram, yang saat ini beratnya masih empat kilogram," ujarnya.
Ada beberapa tahapan lagi yang harus dilakukan ke depannya terhadap anaknya, seperti operasi penutupan jantung sambil menunggu berat badan ideal, kemudian operasi pemasangan lensa mata ketika sudah masuk ke sekolah.
Selama ini, biaya untuk perawatan anaknya banyak dibantu masyarakat oleh keluarga, yayasan dan ditanggung oleh BPJS Kesehatan. "Virus rubella yang diderita anak saya tidak menular, karena sudah menjadi antibodi, dan sebelumnya sempat khawatir juga sehingga menjauhkan anak saya dari anak-anak lainnya," kata Cindy.
Dalam kesempatan, ia meminta kepada orang tua agar tidak takut dan khawatir untuk memberikan anaknya imunisasi, seperti campak dan rubella, karena dengan diberikan imunisasi, berarti anak tersebut sudah punya imun atau kebal terhadap campak dan virus rubella.
"Saya malah sedih kalau program imunisasi sempat dijadwal ulang, dan berharap kalau program imunisasi campak dan rubella terus dilanjutkan dalam menciptakan anak-anak Indonesia yang sehat," ujarnya.
Gencar sosialisasi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Andy Jap menyatakan, pihaknya terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat di 14 kabupaten/kota di provinsi itu, terkait manfaat imunisasi campak dan MR bagi kesehatan bayi dan anak di Kalbar, dan Indonesia umumnya.
"Gencarnya edukasi dan sosialisasi terkait imunisasi campak dan MR agar capaian imunisasi tersebut di Kalbar sesuai target sebesar 95 persen, yang hingga hari ini sudah tercapai sekitar 11 persen," katanya.
Ia berharap, edukasi tersebut terus berjalan, agar masyarakat mengerti manfaat imunisasi campak dan MR. "Karena tidak ada masyarakat yang mau sakit, sehingga kalau dia sudah mengerti tidak akan mempermasalahkan lagi anaknya menangis karena diimunisasi," ujarnya.
Hingga saat ini memang sosialisasi belum optimal, terutama di kawasan perbatasan Kalbar, dan itu memang terus ditingkatkan dalam edukasi pada masyarakat.
Menurut dia, penyakit ini (virus rubella) semakin berbahaya bila menular pada ibu hamil terutama pada semester pertama, yang dampaknya bisa menyebabkan kecacatan, kelainan jantung, ketulian dan lainnya sebagainya.
"Hingga saat ini tidak ada obat yang bisa mengobati penyakit MR, upaya yang bisa dilakukan hanya dengan pencegahan berupa pemberian imunisasi. Oleh karena itu untuk mengeliminasi campak dan MR, harus dilakukan imunisasi. Jadi tidak memandang status apakah sudah melakukan imunisasi rutin atau belum, tetapi imunisasi dilakukan pada anak usia sembilan bulan hingga 15 tahun.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kalbar, Marcellena juga meminta dan mengajak para awak media, baik cetak dan online di provinsi itu, untuk bersama-sama dalam mensukseskan program imunisasi campak dan MR di provinsi itu.
"Marilah kita bersama-sama (para awak media) untuk mensukseskan imunisasi campak dan MR sehingga bisa mencapai target sekitar 95 persen bahkan bisa lebih di atas target tersebut," katanya.
Dia juga mengajak para jurnalis di Kalbar untuk menyajikan berita tentang imunisasi campak dan MR dengan baik, sehingga bisa mempengaruhi keinginan untuk para ibu-ibu agar mau membawa anak mereka untuk diberikan imunisasi campak dan MR.
"Bagi bayi yang telah diberikan imunisasi campak MR, pada hari keempat dan kelima memang ada pengaruhnya terhadap bayi, tapi tidak serius, karena ibarat barang asing yang dimasukkan ke tubuh pasti beraksi," ungkapnya.
Dinkes pada prinsipnya siap bekerjasama dalam mensukseskan imunisasi campak dan MR dan lainnya, termasuk dalam pencegahan DBD di Kalbar.