Pontianak (Antaranews Kalbar) - Anggota Komisi XI DPR RI G Michael Jeno mengatakan adanya Pembangkit listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) di Kabupaten Mempawah akan menekan impor migas mengingat sebagian pembangkit PLN masih menggunakan diesel.
"Biomassa bisa menjadi alternatif untuk memperkecil penggunaan bahan bakar minyak dalam industri pembangkit listrik. Pasalnya, menguatnya dolar AS terhadap rupiah sangat berpengaruh terhadap impor migas Indonesia. Pemanfaatan biomassa jika diperluas tentu akan mengurangi konsumsi BBM untuk sektor kelistrikan kita. Sehingga tidak terlalu tergantung dari BBM lagi," ujarnya di Pontianak, Selasa.
Ia menambahkan apalagi Kalbar memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas dimana limbah sawit, cangkang, tandan, dahan dan lainnya dapat dimanfaakan untuk PLTBm tersebut.
Baca juga: Menteri PPN/Bappenas resmikan pembangkit listrik Tenaga Biomassa
"Selama ini cangkang sawit hanya dianggap sebagai limbah. Namun dengan adanya pembangkit menggunakan biomassa, limbah sawit sebagai bahan bakar utama, maka akan menimbulkan efek domino yang cukup besar bagi perekonomian Kalbar," kata anggota Fraksi PDIP Dapil Kalbar itu.
Lanjutnya, dengan cangkang sawit punya nilai tambah maka penghasilan petani sawit juga menjadi meningkat. Belum lagi pengaruhnya terhadap para pengepul, lalu bisnis angkutan dan ekonomi sekitar.
"Tentu sangat baik sekali apabila bahan bakar utama listrik di Kalbar ini menggunakan material lokal. Kita berharap lebih banyak lagi pembangkit berbasis biomassa," sebut dia.
Pada sisi lain juga menurut Jeno, dengan alternatif biomassa ini bisa meningkatkan rasio kelistrikan di Kalbar. Menurutnya masih ada sekitar 24 persen masyarakat Kalbar, terutama di pedalaman, yang belum menikmati listrik.
Baca juga: Energi baru terbarukan pertama di Kalimantan dioperasionalkan
"Apabil perusahaan-perusahaan sawit mau membuat pembangkit berbahan bakar biomassa, tentu aliran listriknya bisa disalurkan ke masyarakat sekitar," kata dia.
Hanya saja Jeno menilai, untuk menarik minat perusahaan lain berinvestasi di bidang pembangkit listrik ini perlu kemudahan dari PLN sebagai distributor tunggal listrik dan pemerintah selaku pengambil kebijakan.
Bila negara memberikan insentif untuk industri listrik berbasis bahan bakar lokal, maka akan ramai investor yang tertarik di bidang ini.
"PLN mungkin bisa memberikan insentif untuk percepatan pembangunan inrastruktur jaringannya. Begitu juga pemerintah bisa memberikan kemudahan perizinan, perpajakan dan hal lain yang membuat investor tertarik. Ekonomi kita banyak digerakkan oleh perkebunan sawit, sehingga sangat strategis bila PLTBm dibangun di Kalbar," kata dia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Biomassa bisa menjadi alternatif untuk memperkecil penggunaan bahan bakar minyak dalam industri pembangkit listrik. Pasalnya, menguatnya dolar AS terhadap rupiah sangat berpengaruh terhadap impor migas Indonesia. Pemanfaatan biomassa jika diperluas tentu akan mengurangi konsumsi BBM untuk sektor kelistrikan kita. Sehingga tidak terlalu tergantung dari BBM lagi," ujarnya di Pontianak, Selasa.
Ia menambahkan apalagi Kalbar memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas dimana limbah sawit, cangkang, tandan, dahan dan lainnya dapat dimanfaakan untuk PLTBm tersebut.
Baca juga: Menteri PPN/Bappenas resmikan pembangkit listrik Tenaga Biomassa
"Selama ini cangkang sawit hanya dianggap sebagai limbah. Namun dengan adanya pembangkit menggunakan biomassa, limbah sawit sebagai bahan bakar utama, maka akan menimbulkan efek domino yang cukup besar bagi perekonomian Kalbar," kata anggota Fraksi PDIP Dapil Kalbar itu.
Lanjutnya, dengan cangkang sawit punya nilai tambah maka penghasilan petani sawit juga menjadi meningkat. Belum lagi pengaruhnya terhadap para pengepul, lalu bisnis angkutan dan ekonomi sekitar.
"Tentu sangat baik sekali apabila bahan bakar utama listrik di Kalbar ini menggunakan material lokal. Kita berharap lebih banyak lagi pembangkit berbasis biomassa," sebut dia.
Pada sisi lain juga menurut Jeno, dengan alternatif biomassa ini bisa meningkatkan rasio kelistrikan di Kalbar. Menurutnya masih ada sekitar 24 persen masyarakat Kalbar, terutama di pedalaman, yang belum menikmati listrik.
Baca juga: Energi baru terbarukan pertama di Kalimantan dioperasionalkan
"Apabil perusahaan-perusahaan sawit mau membuat pembangkit berbahan bakar biomassa, tentu aliran listriknya bisa disalurkan ke masyarakat sekitar," kata dia.
Hanya saja Jeno menilai, untuk menarik minat perusahaan lain berinvestasi di bidang pembangkit listrik ini perlu kemudahan dari PLN sebagai distributor tunggal listrik dan pemerintah selaku pengambil kebijakan.
Bila negara memberikan insentif untuk industri listrik berbasis bahan bakar lokal, maka akan ramai investor yang tertarik di bidang ini.
"PLN mungkin bisa memberikan insentif untuk percepatan pembangunan inrastruktur jaringannya. Begitu juga pemerintah bisa memberikan kemudahan perizinan, perpajakan dan hal lain yang membuat investor tertarik. Ekonomi kita banyak digerakkan oleh perkebunan sawit, sehingga sangat strategis bila PLTBm dibangun di Kalbar," kata dia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018