Bogor (Antaranews Kalbar) - Bupati Kubu Raya terpilih, Muda Mahendarwan menyatakan dirinya berkomitmen untuk melanjutkan program konversi minyak ke gas saat memimpin untuk membantu meringankan beban petani dan nelayan.
"Program konversi ini sebanarnya sudah dilakukan pemerintah Kubu Raya pada tahun 2013 sampai 2014 lalu. Namun, sayangnya program ini terhenti, padahal ini sangat membantu petani dan nelayan dalam mengurangi biaya produksi yang sangat mahal dengan menggunakan bahan bakar minyak," kata Muda saat menjadi pembicara pada rapat koordinasi evaluasi pelaksanaan program konversi BBM ke BBG bagi kapal perikanan untuk nelayan kecil dan inovasi baru pengguna konverter kit bagi kapal nelayan di Sentul, Bogor, Rabu.
Pada rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa itu, Muda menyatakan konversi BBM ke BBG menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan bagi petani dan nelayan.
"Kubu Raya memiliki potensi perikanan dan pertanian yang sangat besar dan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil laut dan pertanian. Namun, sejauh ini kehidupan mereka juga cukup sulit karena biaya produksi dengan menggunakan BBM jelas sangat besar dan tidak sebanding dengan pendapatan mereka," tuturnya.
Solusi yang bisa diberikan untuk masyarakat itu salah satunya adalah dengan konversi BBM ke BBG yang telah terbukti bisa membantu masyarakat.
Hal ini sejalan dengan program Menko Maritim yang sudah menjalankannya.
"Terlebih di Kubu Raya juga menjadi pelopor program ini, dimana kita juga memiliki produk konverter kit Amin Ben Gas (ABG) yang juga lahir di Kubu Raya dan saat ini sudah digunakan oleh nelayan lainnya di Indonesia melalui program Konversi BBM ke Gas yang dilaksanakan oleh Kemenko Maritim," tuturnya.
Muda menjelaskan, Konverter Kit ABG ini diciptakan oleh Amin, asal Kabupaten Kubu Raya, dimana alat tersebut bisa menkonversi mesin BBM menjadi BBG, tanpa mengubah fungsi bahan bakar mesin tersebut.
"Jadi dengan menggunakan konverter kit ini, mesin bisa menggunakan dua bahan bakar secara bergantian, tergantung kebutuhan nelayan. Tinggal putar tuasnya, masyarakat bisa memilih apakah menggunakan bensin atau gas, karena tipikal daerah di Kubu Raya, masih ada beberapa daerah yang kesulitan mendapatkan BBG," tuturnya.
Menurut Muda, banyak manfaat bagi nelayan-nelayan kecil maupun industri kecil lainnya seperti pertanian dengan konversi tersebut, sehingga untuk tahun depan pihaknya akan meningkatkan prrogram pembagian konverter kit ABG ini kepada nelayan kecil dan masyarakat petani.
Dapat Sertifikat
Di tempat yang sama, Amin selaku inovator produk konverter kit ABG menyatakan, saat ini sudah diproduksi oleh PT Kian Santang. Untuk kualitas, ujar dia, pada Maret 2016 lalu, konverter kit ABG ini telah mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan.
Bahkan, konverter yang telah ia patenkan di Kementerian Hukum dan HAM inipun meraih sertifikat tingkat komponen dalam negeri sebesar 82,82 persen dari Kementerian Perindustrian.
"Saya sangat bersyukur karena konverter kit buatan saya ini menjadi yang pertama buatan lokal yang ber-SNI. Konverter kit ini sudah bisa digunakan pada perahu nelayan bermesin satu silinder (5,5 HP - 14 HP) atau perahu dua silinder," katanya.
Pria kelahiran Pontianak, 48 tahun silam ini menambahkan, dirinya merasa sangat bersyukur karena Kementerian Kelautan dan Perikanan mendukung nelayan kecil menggunakan gas elpiji 3 kilogram sebagai bahan bakar untuk melaut.
Dengan penggunaan LPG tersebut, nelayan akan merasakan manfaat besar dari penghematan bahan bakar. Perbandingan satu tabung gas LPG 3 kilogram tersebut sebanding dengan 10 sampai 15 liter bensin.
"Apalagi, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil. Sehingga, gas elpiji 3 kilogram dapat digunakan nelayan kecil untuk melaut," tuturnya.
Konverter kit buatan Amin tidak hanya terbatas penggunaannya bagi perahu motor nelayan, tetapi juga telah dikembangkan untuk beberapa keperluan, seperti pembangkit listrik mikro untuk penerangan. Kemudian pompa air untuk pertanian, peternakan dan perkebunan.
"Konverter kit ini juga bisa dipakai sebagai mesin pengolah dan produksi, seperti mesin aerator tambak, mesin pengolah ikan, mesin produksi pakan ikan, mesin perontok padi, serta mesin penggiling daging," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Program konversi ini sebanarnya sudah dilakukan pemerintah Kubu Raya pada tahun 2013 sampai 2014 lalu. Namun, sayangnya program ini terhenti, padahal ini sangat membantu petani dan nelayan dalam mengurangi biaya produksi yang sangat mahal dengan menggunakan bahan bakar minyak," kata Muda saat menjadi pembicara pada rapat koordinasi evaluasi pelaksanaan program konversi BBM ke BBG bagi kapal perikanan untuk nelayan kecil dan inovasi baru pengguna konverter kit bagi kapal nelayan di Sentul, Bogor, Rabu.
Pada rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Deputi Bidang Koordinasi SDA dan Jasa itu, Muda menyatakan konversi BBM ke BBG menjadi hal yang sangat penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan bagi petani dan nelayan.
"Kubu Raya memiliki potensi perikanan dan pertanian yang sangat besar dan sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil laut dan pertanian. Namun, sejauh ini kehidupan mereka juga cukup sulit karena biaya produksi dengan menggunakan BBM jelas sangat besar dan tidak sebanding dengan pendapatan mereka," tuturnya.
Solusi yang bisa diberikan untuk masyarakat itu salah satunya adalah dengan konversi BBM ke BBG yang telah terbukti bisa membantu masyarakat.
Hal ini sejalan dengan program Menko Maritim yang sudah menjalankannya.
"Terlebih di Kubu Raya juga menjadi pelopor program ini, dimana kita juga memiliki produk konverter kit Amin Ben Gas (ABG) yang juga lahir di Kubu Raya dan saat ini sudah digunakan oleh nelayan lainnya di Indonesia melalui program Konversi BBM ke Gas yang dilaksanakan oleh Kemenko Maritim," tuturnya.
Muda menjelaskan, Konverter Kit ABG ini diciptakan oleh Amin, asal Kabupaten Kubu Raya, dimana alat tersebut bisa menkonversi mesin BBM menjadi BBG, tanpa mengubah fungsi bahan bakar mesin tersebut.
"Jadi dengan menggunakan konverter kit ini, mesin bisa menggunakan dua bahan bakar secara bergantian, tergantung kebutuhan nelayan. Tinggal putar tuasnya, masyarakat bisa memilih apakah menggunakan bensin atau gas, karena tipikal daerah di Kubu Raya, masih ada beberapa daerah yang kesulitan mendapatkan BBG," tuturnya.
Menurut Muda, banyak manfaat bagi nelayan-nelayan kecil maupun industri kecil lainnya seperti pertanian dengan konversi tersebut, sehingga untuk tahun depan pihaknya akan meningkatkan prrogram pembagian konverter kit ABG ini kepada nelayan kecil dan masyarakat petani.
Dapat Sertifikat
Di tempat yang sama, Amin selaku inovator produk konverter kit ABG menyatakan, saat ini sudah diproduksi oleh PT Kian Santang. Untuk kualitas, ujar dia, pada Maret 2016 lalu, konverter kit ABG ini telah mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan.
Bahkan, konverter yang telah ia patenkan di Kementerian Hukum dan HAM inipun meraih sertifikat tingkat komponen dalam negeri sebesar 82,82 persen dari Kementerian Perindustrian.
"Saya sangat bersyukur karena konverter kit buatan saya ini menjadi yang pertama buatan lokal yang ber-SNI. Konverter kit ini sudah bisa digunakan pada perahu nelayan bermesin satu silinder (5,5 HP - 14 HP) atau perahu dua silinder," katanya.
Pria kelahiran Pontianak, 48 tahun silam ini menambahkan, dirinya merasa sangat bersyukur karena Kementerian Kelautan dan Perikanan mendukung nelayan kecil menggunakan gas elpiji 3 kilogram sebagai bahan bakar untuk melaut.
Dengan penggunaan LPG tersebut, nelayan akan merasakan manfaat besar dari penghematan bahan bakar. Perbandingan satu tabung gas LPG 3 kilogram tersebut sebanding dengan 10 sampai 15 liter bensin.
"Apalagi, Presiden Joko Widodo telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil. Sehingga, gas elpiji 3 kilogram dapat digunakan nelayan kecil untuk melaut," tuturnya.
Konverter kit buatan Amin tidak hanya terbatas penggunaannya bagi perahu motor nelayan, tetapi juga telah dikembangkan untuk beberapa keperluan, seperti pembangkit listrik mikro untuk penerangan. Kemudian pompa air untuk pertanian, peternakan dan perkebunan.
"Konverter kit ini juga bisa dipakai sebagai mesin pengolah dan produksi, seperti mesin aerator tambak, mesin pengolah ikan, mesin produksi pakan ikan, mesin perontok padi, serta mesin penggiling daging," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018