Chicago (Antaranews Kalbar) - Perusahaan otomotif Ford Motor Co melaporkan penurunan 37 persen laba bersihnya pada kuartal III-2018, terutama karena meningkatnya tarif baja dan kinerja yang tidak memuaskan di China.
Menurut laporan keuangan kuartal ketiga 2018 yang dirilis pada Rabu (24/10), laba bersih pembuat mobil Amerika itu turun menjadi hampir satu miliar dolar AS, dari sekitar 1,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Ford mengatakan hasil itu karena biaya yang lebih tinggi dan ketidakpastian berdampak pada seluruh sektor, ditambah dengan kemunduran yang tak terduga tahun ini dalam bisnis di China dan Eropa.
Bob Shanks, kepala keuangan Ford, mengatakan bahwa tarif pada baja dan aluminium telah meningkatkan harga, ditakutkan bahwa perang perdagangan Presiden Donald Trump yang sedang berlangsung akan menelan biaya satu miliar dolar AS tahun ini.
Baca juga: 2019, Ford hentikan produksi di Argentina
Baca juga: Komunitas Ford Indonesia gelar Jambore Nasional ke-3
Sementara Ford menghasilkan dua miliar dolar AS sebelum bunga dan pajak di Amerika Utara pada kuartal ketiga, pembuat mobil terus kehilangan uang di China, pasar terbesar kedua.
Pada Selasa (23/10), Ford mengumumkan akan membuat unit bisnis baru untuk operasinya di China, dan akan menunjuk seorang warga negara China sebagai kepalanya mulai 1 November.
Awal bulan ini, Ford meluncurkan sebuah SUV baru yang eksklusif untuk pasar China sebagai bagian dari strategi "in-China, for-China".
SUV mid-size, Ford Territory, adalah kendaraan baru pertama yang diluncurkan Ford di China dalam beberapa tahun, setelah produsen mobil itu menyadari bahwa jajaran kendaraan yang menua menyebabkan pangsa pasar mobil di China menurun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018