Pontianak, (Antaranewskalbar) - Putra-putri alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), anak para dosen dan alumninya berkomitmen menjaga persatuan NKRI dan tidak terpengaruh dengan situasi politik identitas menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung 2019 dan kini kini sudah memasuki beberapa tahap.

Ketua Pelaksana Reuni Akbar 28 tahun purna bakti STPDN/APDN, Fadli di Jatinangor, Sabtu, mengatakan pada tahun ini, nuansa politik sarat dengan politik identitas. Sehingga dikhawatirkan memecah persatuan bangsa. 

"Oleh karena itu para dosen purna bakti maupun dosen yang masih aktif mengajar di lingkungan instansi IPDN berasal dari seluruh nusantara dan putra-putri alumni praja IPDN tidak terpengaruh dengan hal itu dan tetap menyatakan bersatu menjaga keutuhan NKRI," kata Fadly.

Dia menyampaikan itu dalam ajang reuni para civitas akademis dihadiri sekitar 300 orang para alumni IPDN, anak-anak alumni APDN/STPDN. Mereka kini ada yang berlatar pengusaha atau bekerja di berbagai bidang, dan aparatur sipil negara (ASN) di sejumlah instansi pemerintahan daerah dan kementerian. 

Dalam reuni di Jatinangor berlangsung hari ini Sabtu (17/11) dihadiri Pembina Forum Komunikasi Keluarga Purna Bakti IPDN Mayjen TNI Purn IGK Manila, perwakilan Kementerian Dalam Negeri, Rektor IPDN 2015-sekarang Ermaya Suradinata. 

Fadly mengutarakan, sikap tegas tersebut tidak lepas dari pengabdian para alumni yang selama menempuh pendidikan di kawasan Jatinangor (Jawa Barat) tersebut dididik mencintai negara Indonesia dengan nilai-nilai luhar kebhinekaan, kekeluargaan dan persaudaraan. 

"Mereka hijrah dari kampung halaman meninggalkan sanak saudara demi sebuah nilai yang mereka yakini yaitu pengabdian kepada negara. Selain itu, reuni ini sebagai ajang merekatkan kembali silahturahmi antara anak-anak alumni IPDN dan lulusannya di yang tersebar dan berkumpul lagi saat reuni," ucapnya. 

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018