Pontianak (Antaranews Kalbar) - Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Riki Arya Pratama berhasil menciptakan alat ukur kadar karbon monoksida (CO) asap rokok.

 Riki menjelaskan asap dari sebatang kecil rokok sesungguhnya sangat berbahaya untuk kesehatan manusia. Satu di antaranya adalah di dalam asap terkandung bahan kimia yang sering disebut CO.

 "Sementara itu bagi perokok aktif, saat menghisap rokok adalah sebuah kenikmatan. Padahal asap yang dihasilkan itu sangat berbahaya tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga orang di sekitarnya yang tanpa sadar juga menghisap asap rokok tersebut. Hal itulah yang menginspirasi saya untuk menciptakan alat ukur kadar karbon CO pada asap rokok," jelasnya di Pontianak, Selasa.

Ia menerangkan bahwa sepintas alat itu lebih mirip kotak kecil yang berukuran panjang 11 CM, lebar 9 CM dan ketebalan 4 CM. Namun jika diperhatikan lebih lanjut, pada bagian depan ada layar kecil LCD untuk tampilan nilai kadar ppm, ada pula 5 buah lampu LED sebagai indikator informasi level bahaya CO, saklar ON/OFF untuk mengaktifkan atau sebaliknya alat.

"Sementara di bagian dalam kotak terpasang mikrokontroler ATMEGA 328 Arduino Uno, sensor karbon monoksida MQ7, blower fan serta power supply berupa battery 9 Volt," tambah dia.

Riki yang dalam pengerjaan alat ini dibimbing oleh dua orang dosen Prodi Teknik Elektro Untan, yaitu Ferry Hadary dan Syaifurrahman mengemukakan alatnya bisa mempermudah untuk membandingkan kadar berbahaya CO-nya. Selain itu, alat ini dapat pula menjadi indikator bagi perokok yang tidak dapat menghilangkan kebiasaan merokoknya, tetapi berniat mengurangi dengan cara mengganti ke merk rokok yang memiliki kadar lebih ringan.

"Menghilangkan kebiasaan merokok tentu sangat sulit sekali. Adapun yang bisa dilakukannya adalah setelah mengetahui kadar dari beberapa merek rokok maka pilihan kadar yang lebih ringan adalah alternatif pilihannya," jelas dia.

Prinsip kerja alat tersebut, lanjutnya sebenarnya cukup sederhana. Dimulai dengan pengaktifan alat melalui cara menekan saklar ON. Alat akan bekerja dengan mendeteksi kadar asap rokok dan kemudian akan mengirimkan data tersebut kepada Arduino Uno yang sebelumnya sudah deprogram agar dapat menyalakan lampu LED sesuai dengan level kadar CO yang terdeteksi.

Terdapat lima LED yang mengindikasikan kadar ppm yang juga mengikuti standar, yaitu LED putih akan menyala, apabila ppm yang terbaca kurang dari 50 ppm dan akan padam apabila lebih dari 50 ppm. LED hijau akan menyala, apabila ppm yang terbaca dalam rentang 51 - 100. LED kuning akan menyala, apabila ppm terbaca dalam rentang 101 - 199. LED biru akan menyala, apabila ppm yang terbaca dalam rentang 200 - 299. Trakhir, LED merah akan menyala, apabila ppm yang terbaca lebih dari 300. Data ppm yang terdeteksi akan ditampilkan melalui papan penampil LCD 2?16 karakter.

"Semakin tinggi nilai ppm mengindikasikan kadar CO semakin berbahaya," ujar dia.

Ferry Hadary, satu di antara dosen pembimbing yang juga Kepala Laboratorium Kendali Digital dan Komputasi turut menambahkan bahwa ia dan laboratoriumnya telah menghasilkan berbagai macam hasil riset yang semoga bermanfaat untuk masyarakat.

Untuk aplikasi ke bidang kesehatan, ia menyatakan bahwa alat ukur kadar CO pada asap rokok ini hanyalah salah satu dari puluhan hasil kreativitas para mahasiswa bimbingannya yang juga diaplikasikan untuk bidang-bidang lainnya.

"Kita berharap agar hasil-hasil riset ini akan mendapat tanggapan positif dari masyarakat, stake holder serta pihak industri guna dikembangkan lebih lanjut," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018