Jakarta (Antaranews Kalbar) - Presiden Joko Widodo mengatakan dengan kemajuan teknologi pekerjaan kehumasan bisa ditangani oleh mesin namun pengendalian tetap harus dilakukan oleh manusia.
"Kerja kehumasan tidak akan bisa diambil sepenuhnya oleh kecerdasan buatan, kerja mesin tetap dikendalikan oleh manusia, yang memutuskan arah kerja mesin tetap adalah manusia, yang memutuskan narasi-narasi kehumasan juga adalah bapak ibu dan saudara-saudara semuanya. bukan mesin, tetep manusia," kata Presiden Jokowi ketika membuka Konvensi Nasional Humas 2018 di Istana Negara Jakarta, Senin.
Menurut Kepala Negara, revolusi industri telah menyediakan teknologi yang bisa membantu dan sekaligus bisa mengambil alih tugas kehumasan.
"Advance robotic, artificial intelegence, big data analytics, saya kira sekarang hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai itu," katanya.
Sekarang ini, lanjutnya, juga dengan mudah bisa diperoleh laporan tentang media monitoring, analisis pemberitaan dengan cara mudah dan real-time.
"Bahkan mesin juga bisa sekaligus memberikan saran-saran kepada kita apa yang perlu dimitigasi, apa yang perlu diberitakan kembali dan apa yang harus ditindaklanjuti," katanya.
Yang melakukan media monitoring setiap saat dan real time tersebut bukan lagi manusia tapi kecerdasan buatan, big data analytics. Itu dilakukan mesin analisis yang mampu memahami landscape digital dan mampu membaca tren serta mampu menulis berita sendiri.
"Ini saya rasakan waktu masuk di Silicon Valley, masuk ke markasnya Twitter markasnya Facebook markasnya Google markasnya Plug and Play," katanya.
Menurut dia, perubahan cepat itu harus direspons dan diantisiapasi dengan cepat dan tepat.
Menurut Kepala Negara, penguasaan teknologi terbaru menjadi sangat penting untuk bisa digunakan secara positif.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengapresiasi konsistensi BPP Perhumas yang terus mengusung tanda pagar Indonesia bicara baik.
"Saya lihat ini muncul di setiap acara Perhumas, di website, di surat-surat, di backdrop acara, di poster-poster Perhumas, ini bagus," katanya.
Menurut Jokmowi, Gerakan Indonesia Bicara Baik merupakan sebuah ajakan atau gerakan sosial, ajakan untuk hijrah dari pesimis menuju optimisme, ajakan hijrah dari semangat negatif ke semangat positif, dari hoaks atau fakta, dari kemarahan ke kesabaran, dari hal yang buruk menjadi hal yang baik, hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan.
Ia mengatakan bicara baik bukan berarti menutup fakta bahwa masih ada kekurangan.
"Kalau mau Indonesia baik, maju, kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data. Tapi bukan pembodohan atau kebohongan, bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti," katanya.
Presiden mengajak semua pihak terus menebarkan optimisme, narasi-narasi yang mencerdaskan bangsa.
"Mari terus menyampaikan narasi yang saling menginspirasi, dan kita terus saling berkolaborasi sehingga reputasi kita semakin terhormat, semakin bermartabat," kata Presiden Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Kerja kehumasan tidak akan bisa diambil sepenuhnya oleh kecerdasan buatan, kerja mesin tetap dikendalikan oleh manusia, yang memutuskan arah kerja mesin tetap adalah manusia, yang memutuskan narasi-narasi kehumasan juga adalah bapak ibu dan saudara-saudara semuanya. bukan mesin, tetep manusia," kata Presiden Jokowi ketika membuka Konvensi Nasional Humas 2018 di Istana Negara Jakarta, Senin.
Menurut Kepala Negara, revolusi industri telah menyediakan teknologi yang bisa membantu dan sekaligus bisa mengambil alih tugas kehumasan.
"Advance robotic, artificial intelegence, big data analytics, saya kira sekarang hampir setiap hari kita mendapatkan informasi mengenai itu," katanya.
Sekarang ini, lanjutnya, juga dengan mudah bisa diperoleh laporan tentang media monitoring, analisis pemberitaan dengan cara mudah dan real-time.
"Bahkan mesin juga bisa sekaligus memberikan saran-saran kepada kita apa yang perlu dimitigasi, apa yang perlu diberitakan kembali dan apa yang harus ditindaklanjuti," katanya.
Yang melakukan media monitoring setiap saat dan real time tersebut bukan lagi manusia tapi kecerdasan buatan, big data analytics. Itu dilakukan mesin analisis yang mampu memahami landscape digital dan mampu membaca tren serta mampu menulis berita sendiri.
"Ini saya rasakan waktu masuk di Silicon Valley, masuk ke markasnya Twitter markasnya Facebook markasnya Google markasnya Plug and Play," katanya.
Menurut dia, perubahan cepat itu harus direspons dan diantisiapasi dengan cepat dan tepat.
Menurut Kepala Negara, penguasaan teknologi terbaru menjadi sangat penting untuk bisa digunakan secara positif.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengapresiasi konsistensi BPP Perhumas yang terus mengusung tanda pagar Indonesia bicara baik.
"Saya lihat ini muncul di setiap acara Perhumas, di website, di surat-surat, di backdrop acara, di poster-poster Perhumas, ini bagus," katanya.
Menurut Jokmowi, Gerakan Indonesia Bicara Baik merupakan sebuah ajakan atau gerakan sosial, ajakan untuk hijrah dari pesimis menuju optimisme, ajakan hijrah dari semangat negatif ke semangat positif, dari hoaks atau fakta, dari kemarahan ke kesabaran, dari hal yang buruk menjadi hal yang baik, hijrah dari ketertinggalan menuju ke kemajuan.
Ia mengatakan bicara baik bukan berarti menutup fakta bahwa masih ada kekurangan.
"Kalau mau Indonesia baik, maju, kita membutuhkan kritik-kritik yang berbasis data. Tapi bukan pembodohan atau kebohongan, bukan narasi yang menebar pesimisme, narasi yang menakut-nakuti," katanya.
Presiden mengajak semua pihak terus menebarkan optimisme, narasi-narasi yang mencerdaskan bangsa.
"Mari terus menyampaikan narasi yang saling menginspirasi, dan kita terus saling berkolaborasi sehingga reputasi kita semakin terhormat, semakin bermartabat," kata Presiden Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018