Pontianak (Antaranews Kalbar) - Bagi Wakil Sekjen DPP PKB Daniel Johan, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah sosok yang istimewa. Ia mengenang Gus Dur sebagai sosok yang intisari pemikirannya adalah pengabdiannya terhadap kemanusiaan.
"Gus Dur merupakan guru bangsa yang dapat menjadi tauladan bagi semua orang. Dari seluruh pemikiran dan kerja-kerja Gus Dur, jika kita peras menjadi satu kata, maka intisari dari sosok Gus Dur adalah pengabdiannya kepada kemanusiaan," ujar Daniel saat mengenang 9 tahun kepergian Gus Dur di Pontianak, Minggu.
Gus Dur, lanjut dia, mengajarkan bagaimana mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan ditempat yang tinggi. Gus Dur sangat mencintai kemanusiaan.
Menurut dia, bukan hanya di kalangan etnis Tionghoa, namun juga etnis-etnis lainnya yang tertindas juga selalu dibela oleh Gus Dur. Tidak heran Gus Dur diangkat sebagai "Bapaknya orang Tionghoa".
"Bayangkan seorang Kiai yang juga Ketua Umum Nahdlatul Ulama yang diangkat sebagai Bapak Tionghoa. Itu karena saking cintanya kami kepada Gus Dur," kata dia.
Di era Gus Dur, pembatasan terhadap kalangan Tionghoa dicabut, termasuk tentang akar budaya dan hak-hak lainnya.
Selain itu, Gus Dur adalah seorang humanis dan nasionalis yang begitu mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan latar belakangnya. Gus Dur membuat keislaman menjadi begitu indah dan dicintai, bahkan oleh umat lain.
Humanis dan nasionalis ini yang diwariskan Gus Dur ke PKB, sehingga PKB penting menjadi besar untuk mewujudkan nasionalisme dan kemanusiaan yang berkeadilan sosial tersebut.
"Waktu beliau jadi Presiden saya pernah diundang ke Istana hanya untuk makan pagi. Bangga dan senangnya minta ampun, Saya diberi pesan katanya, 'suatu saat kamu harus ikut besarkan PKB'. Itu tahun 2000 dan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak muda biasa," ungkap Daniel.
Saat itu ia belum di PKB dan tidak kepikiran mau di partai. Daniel hanya seorang aktivis, tapi saat itu Gus Dur sudah bicara bahwa "saya ingin Tionghoa juga bisa menjadi pemimpin yang baik dan dicintai". "Saya waktu itu belum kepikiran sama sekali menjadi pemimpin dan tidak terbayang Tionghoa bisa jadi pemimpin," kata anggota DPR Dapil Kalbar ini.
PKB sudah bertahun-tahun mengajukan kepada pemerintah agar Gus Dur dijadikan pahlawan nasional. Namun, untuk tahun ini, lagi-lagi Gus Dur belum mendapat kehormatan itu.
Ia berharap tahun depan Gus Dur benar-benar dianugerahkan sebagai pahlawan nasional, meskipun sekarang ini rakyat sudah menganggap Gus Dur sebagai Bapak Bangsa Indonesia.
Dan disaat situasi kebangsaan Indonesia saat ini penuh dengan kekisruhan, ia merasa sangat rindu dengan Gus Dur, dengan rangkulan humanismenya dan rasa humornya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Gus Dur merupakan guru bangsa yang dapat menjadi tauladan bagi semua orang. Dari seluruh pemikiran dan kerja-kerja Gus Dur, jika kita peras menjadi satu kata, maka intisari dari sosok Gus Dur adalah pengabdiannya kepada kemanusiaan," ujar Daniel saat mengenang 9 tahun kepergian Gus Dur di Pontianak, Minggu.
Gus Dur, lanjut dia, mengajarkan bagaimana mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan ditempat yang tinggi. Gus Dur sangat mencintai kemanusiaan.
Menurut dia, bukan hanya di kalangan etnis Tionghoa, namun juga etnis-etnis lainnya yang tertindas juga selalu dibela oleh Gus Dur. Tidak heran Gus Dur diangkat sebagai "Bapaknya orang Tionghoa".
"Bayangkan seorang Kiai yang juga Ketua Umum Nahdlatul Ulama yang diangkat sebagai Bapak Tionghoa. Itu karena saking cintanya kami kepada Gus Dur," kata dia.
Di era Gus Dur, pembatasan terhadap kalangan Tionghoa dicabut, termasuk tentang akar budaya dan hak-hak lainnya.
Selain itu, Gus Dur adalah seorang humanis dan nasionalis yang begitu mencintai rakyatnya tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan latar belakangnya. Gus Dur membuat keislaman menjadi begitu indah dan dicintai, bahkan oleh umat lain.
Humanis dan nasionalis ini yang diwariskan Gus Dur ke PKB, sehingga PKB penting menjadi besar untuk mewujudkan nasionalisme dan kemanusiaan yang berkeadilan sosial tersebut.
"Waktu beliau jadi Presiden saya pernah diundang ke Istana hanya untuk makan pagi. Bangga dan senangnya minta ampun, Saya diberi pesan katanya, 'suatu saat kamu harus ikut besarkan PKB'. Itu tahun 2000 dan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya anak muda biasa," ungkap Daniel.
Saat itu ia belum di PKB dan tidak kepikiran mau di partai. Daniel hanya seorang aktivis, tapi saat itu Gus Dur sudah bicara bahwa "saya ingin Tionghoa juga bisa menjadi pemimpin yang baik dan dicintai". "Saya waktu itu belum kepikiran sama sekali menjadi pemimpin dan tidak terbayang Tionghoa bisa jadi pemimpin," kata anggota DPR Dapil Kalbar ini.
PKB sudah bertahun-tahun mengajukan kepada pemerintah agar Gus Dur dijadikan pahlawan nasional. Namun, untuk tahun ini, lagi-lagi Gus Dur belum mendapat kehormatan itu.
Ia berharap tahun depan Gus Dur benar-benar dianugerahkan sebagai pahlawan nasional, meskipun sekarang ini rakyat sudah menganggap Gus Dur sebagai Bapak Bangsa Indonesia.
Dan disaat situasi kebangsaan Indonesia saat ini penuh dengan kekisruhan, ia merasa sangat rindu dengan Gus Dur, dengan rangkulan humanismenya dan rasa humornya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018