Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Barat, Prijono mengatakan sepanjang 2018 komoditas angkutan udara menjadi penyumbang tertinggi inflasi di provinsi itu.
"Tahun 2018 lalu inflasi yang disumbang angkutan udara sekitar 40 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Inflasi di Kalbar sendiri sepanjang 2018 sebesar 3,85 persen," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Ia menyebutkan naik dan tingginya harga komoditas angkutan udara bukan wewenang daerah Kalbar dan itu adalah dari pusat. Untuk itu pihaknya di daerah akan terus berkoordinasi dengan pihak pusat untuk mencarikan solusi untuk menekan inflasi di angkutan udara tersebut.
"Dari faktornya sendiri inflasi di Kalbar terutama untuk komoditas angkutan udara dipengaruhi momen hari besar dan kegamaan. Pada saat itu permintaan tinggi dan sudah menjadi pola tahunan," jelas dia.
Ia menyebutkan setelah angkutan udara, komoditas lima tertinggi? penyumbang inflasi di Kalbar selanjutnya yakni daging ayam ras, tukang bukan mandor, beras dan bensin.
"Menariknya lagi meski secara umum kelompok bahan makanan cukup terkendali, namun untuk komoditas beras di Kalbar sepanjang 2018 masuk kelima besar. Kontribusinya juga cukup besar dan itu harus menjadi perhatian karena itu setiap hari kita butuhkan," jelasnya.
Menurutnya meski tingkat inflasi di Kalbar secara umum masih sesuai rentang atau koridor target yang ada yakni 3,5 persen + 1 persen, namun angka tersebut masih tinggi dari tingkat inflasi nasional yakni hanya sebesar 3,13 persen.
"Inflasi kita Kalbar masih di atas nasional. Sehingga kita upayakan tahun ini terus turun dan di bawah. Paling tidak, tidak keluar dari target yang sudah ada. Kita juga terus memastikan fluktuasi tidak terlalu tinggi," katanya.
Sementara kata Prijono, untuk komoditas di Kalbar selama periode Januari - Desember 2018 yang mengalami deflasi yakni udang basah, kangkung, gula, jeruk dan apel.
"Sedangkan hal yang selalu menjadi risiko inflasi di Kalbar dan terus menjadi perhatian yakni peningkatan harga minyak dunia dan anomali cuaca yang ekstrim. Kita terus berkomitmen untuk menjaga inflasi yang terkendali," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Tahun 2018 lalu inflasi yang disumbang angkutan udara sekitar 40 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Inflasi di Kalbar sendiri sepanjang 2018 sebesar 3,85 persen," ujarnya di Pontianak, Kamis.
Ia menyebutkan naik dan tingginya harga komoditas angkutan udara bukan wewenang daerah Kalbar dan itu adalah dari pusat. Untuk itu pihaknya di daerah akan terus berkoordinasi dengan pihak pusat untuk mencarikan solusi untuk menekan inflasi di angkutan udara tersebut.
"Dari faktornya sendiri inflasi di Kalbar terutama untuk komoditas angkutan udara dipengaruhi momen hari besar dan kegamaan. Pada saat itu permintaan tinggi dan sudah menjadi pola tahunan," jelas dia.
Ia menyebutkan setelah angkutan udara, komoditas lima tertinggi? penyumbang inflasi di Kalbar selanjutnya yakni daging ayam ras, tukang bukan mandor, beras dan bensin.
"Menariknya lagi meski secara umum kelompok bahan makanan cukup terkendali, namun untuk komoditas beras di Kalbar sepanjang 2018 masuk kelima besar. Kontribusinya juga cukup besar dan itu harus menjadi perhatian karena itu setiap hari kita butuhkan," jelasnya.
Menurutnya meski tingkat inflasi di Kalbar secara umum masih sesuai rentang atau koridor target yang ada yakni 3,5 persen + 1 persen, namun angka tersebut masih tinggi dari tingkat inflasi nasional yakni hanya sebesar 3,13 persen.
"Inflasi kita Kalbar masih di atas nasional. Sehingga kita upayakan tahun ini terus turun dan di bawah. Paling tidak, tidak keluar dari target yang sudah ada. Kita juga terus memastikan fluktuasi tidak terlalu tinggi," katanya.
Sementara kata Prijono, untuk komoditas di Kalbar selama periode Januari - Desember 2018 yang mengalami deflasi yakni udang basah, kangkung, gula, jeruk dan apel.
"Sedangkan hal yang selalu menjadi risiko inflasi di Kalbar dan terus menjadi perhatian yakni peningkatan harga minyak dunia dan anomali cuaca yang ekstrim. Kita terus berkomitmen untuk menjaga inflasi yang terkendali," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019