Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar, Prijono mengatakan bahwa tarif angkutan udara masih menjadi risiko terjadinya inflasi di Provinsi Kalbar di awal tahun 2018.
"Memasuki awal 2019, tekanan harga diperkirakan masih terjadi, namun pada tingkat yang terkendali. Terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu diperhatikan satu di antaranya yaitu masih relatif tingginya tarif angkutan udara akhir masa liburan sekolah," ujarnya di Pontianak, Jumat.
Ia menambahkan tekanan harga terutama tarif udara juga akan masih tinggi pada Februari 2018. Hal itu karena ada perayaan keagamaan.
"Sudah pola tahunan setiap Februari ada imlek dan cap go meh. Permintaan tiket pada saat itu tinggi sehingga mendongkrak harga," jelas dia.
Terkait kondisi saat ini, adanya kenaikan harga di sejumlah maskapai yang melayani tujuan ke Kalbar ke luar, juga sama dialami di daerah lainya.
"Untuk itu melihat kondisi saat ini dan bulan depan, TPID Kalbar akan berkoordinasi dengan TPID Pusat," jelas dia.
Selain risiko dari tarif angkutan udara tekanan inflasi yang juga mesti menjadi perhatian di Kalbar yakni ekstremnya kondisi cuaca yang dapat menghambat pasokan bahan makanan.
"Dalam rangka pengendalian inflasi TPID akan terus memperkuat koordinasi kebijakan guna mencapai sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5 ? 1 persen (yoy)," kata dia.
Sementara itu, General Manager Garuda Indonesia, Pontianak Susanna Saragih mengatakan saat ini pihaknya masih menerapkan harga tiket sesuai aturan dari pemerintah
"Di kita tidak ada kenaikan harga. Kami tidak melewati harga tiket dari tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah," kata dia.
Dari sejumlah situs penjualan tiket secara online, harga tiket untuk tujuan Pontianak - Jakarta dari sejumlah maskapai penyedia jasa di atas Rp800.000.
Kemudian untuk pemesanan hingga awal Februari 2019, harga juga masih di level diharga yang hampir sama. Sedangkan jika untuk tarif normal harga untuk tujuan tersebut bisa didapat di harga Rp500.000-Rp600.000-an untuk sejumlah maskapai tertentu.