Wali Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie tidak segan-segan untuk membagikan tips kepada daerah lain untuk mewujudkan sebuah kota toleran, seperti predikat yang didapat Singkawang yang saat ini menjadi percontohan sebagai kota paling toleran di Indonesia.
"Satu hal yang paling penting dalam menjaga toleransi adalah sikap kita dalam menghargai setiap perbedaan yang ada di sekitar kita. Untuk menumbuhkan toleransi itu harus dimulai dari diri kita sendiri, dimana dalam hal ini, sebagai pemimpin, kita harus bisa menunjukkan hal itu, baru bisa dicontoh masyarakat," kata Tjhai Chui Mie di Singkawang, Senin.
Karena itu, selaku pemimpin kota Singkawang, dirinya selalu mengajak kepada tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh agama serta setiap organisasi yang ada di Singkawang ini untuk selalu menumbuhkan rasa toleransi itu.
Menurutnya, itu bukan hanya sebagai ajakan atau himbauan, tetapi harus direalisasikan dalam bentuk nyata yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat. "Contohnya, kita menggelar aksi bersama seperti kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan, kemudian yang paling penting adalah setiap hari besar keagamaan, kami selaku Pemkot Singkawang memberikan ruang yang sama bagi setiap agama untuk memeriahkannya," tuturnya.
Bisa dilihat sendiri, lanjutnya, di Singkawang, ketika perayaan Idul Fitri, Pemkot Singkawang bersama masyarakat  menghias kota ini dengan pernak-pernik Lebaran. Demikian ketika Natal dan Tahun Baru, kota ini juga dihias dengan pernak-pernik Natal. 
"Kemudian ketika Imlek, berbagai aksesoris Imlek juga menghiasi kota ini, dimana semua ini dilakukan bersama-sama oleh masyarakat, sehingga kebersamaan itu bisa muncul. Makanya, Kota Singkawang bisa mendapat predikat kota paling toleran di Indonesia, dimana ini merupakan hasil kerja masyarakat itu sendiri, bukan hanya kami selaku kepala daerah," katanya.
Untuk mempertahankan predikat itu, katanya, tentu bukan perkara mudah, karena Pemkot Singkawang harus bisa terus mewujudkan toleransi itu hadir di tengah masyarakat. Agar masyarakat bisa terus mewujudkan hubungan baik, antara suku dan agama yang ada, saling menghormati, menghargai dan terus bekerjasama dalam membangun kota ini.
Selama ini masyarakat Singkawang sudah bisa hidup berdampingan dengan damai dan dapat mencegah berbagai perselisihan antara masyarakat. Setiap ada gesekan, selalu cepat diredam, sehingga lama kelamaan toleransi ini bisa terwujud dengan baik.
"Yang paling penting dalam menjaga toleransi itu adalah aksinya, bukan hanya sekedar semboyan atau ungkapan saja. Saya yakin, masyarakat Singkawang sangat menyadari hal ini, sehingga kita bisa mendapatkan dan mempertahankan predikat itu," kata Tjhai Chui Mie.
Terpisah, Wakil Wali Kota Singkawang Irwan mengatakan, kebutuhan terhadap keharmonisan adalah menjadi kebutuhan kita, dan ini mengharuskan pemerintah dan masyarakat sipil mampu memelihara dan mewujudkan kualitas toleransi ditengah masyarakat.
"Mewujudkan kehidupan harmonis dalam keberagaman tentu sangat penting dalam suatu daerah, untuk mewujudkan rasa aman, tenang dan damai bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat bisa bersama-sama pemerintah dalam membangun daerah ini," tutur Irwan.
Menurut Irwan, masyarakat Singkawang memang sangat unik dan plural. Tidak ada yang dominan di Singkawang. "Nah, pemikiran ini yang selalu kami tanamkan jangan menjadi individu yang merasa dominan, sehingga kita bisa saling menghargai," ujarnya.
Ia pun mengajak seluruh pihak dan negara untuk memahami bahwa keharmonisan dan toleran ini bukan hanya kebutuhan 10 kota, tapi seluruh negeri butuh kehidupan damai, tentram, harmonis, dan bisa saling menghargai dalam keberagaman satu sama lain. 
"Sehingga Pancasila, NKRI, keberagaman dan Kebhinekaan Tunggal Ika tetap terpelihara di bumi Indonesia," kata Irwan.
Seperti diketahui, predikat Singkawang sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia itu diberikan berdasarkan hasil penilaian Setara Institute pada Indeks Kota Toleran (IKT) 2018, bahwa 10 kota dengan skor tertinggi adalah sebagai berikut, peringkat 1 adalah Kota Singkawang dengan skor 6,513, peringkat 2 Salatiga (6,477), peringkat 3 Pematang Siantar (6,280), peringkat 4 Manado (6,030), peringkat 5 Ambon (5,960). Sementara peringkat 6 Kota Bekasi (5,890), peringkat 7 Kupang (5,857), peringkat 8 Tomohon (5,833), peringkat 9 Binjai (5,830) dan peringkat 10 Surabaya (5,823).
 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019