Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XII/Tanjungpura, Kolonel Inf, Aulia Fahmi Dalimunthe menegaskan, silakan lapor jika ada oknum TNI yang meminta "uang pelicin" agar bisa masuk atau lulus TNI.
"Mendaftar masuk TNI itu saya tegaskan gratis dan tidak dipungut biaya. Kalau pun itu ada itu hanya biaya pembuatan administrasi peserta, seperti untuk pengecekan kesehatan pribadi, foto copy ijazah, pembuatan pas foto dan lain-lain," kata Aulia Fahmi Dalimunthe di Kubu Raya, Kamis.
Menurutnya, jika peserta memang tidak lulus pada penyeleksian tahap pertama, seperti misalnya tidak lolos di kesehatan, maka sudah dipastikan peserta bersangkutan tidak akan bisa melanjutkan tahap keduanya.
"Tidak mungkin pihak panitia penerima berani meloloskan peserta yang bersangkutan, karena risikonya sangat fatal saat peserta tersebut menjalani latihan militer TNI yang sangat menguras fisik. Bisa-bisa peserta itu meninggal saat latihan dan ini jadi fatal akibatnya," katanya.
Jadi, ujarnya lagi, oknum yang biasanya berani menjanjikan bahwa peserta itu bisa lulus dengan meminta "uang pelicin" itu bohong. Biar dengan memberi uang hingga ratusan juta tidak mungkin oknum itu bisa meluluskan.
Kalau pun itu terjadi lanjutnya lagi, bahwa sebenarnya peserta yang bersangkutan itu memang lulus pada saat semua tahap penyeleksian awal. Hanya saja karena ketidaktahuan peserta maka dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, untuk mencari keuntungan dengan cara meminta "uang pelicin", katanya.
Oknum-oknum seperti ini yang harus diberantas sampai keakar-akarnya. Karena selain membuat malu nama TNI, mereka juga sangat meresahkan masyarakat. Hingga membuat kepercayaan masyarakat kepada TNI menjadi hilang, katanya.
"Makanya saya sangat berharap bila ada masyarakat atau siapa saja menemukan kasus "uang pelicin" segera laporkan. Dan TNI akan segera menindak dan memproses oknum-oknum itu tanpa padang bulu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Mendaftar masuk TNI itu saya tegaskan gratis dan tidak dipungut biaya. Kalau pun itu ada itu hanya biaya pembuatan administrasi peserta, seperti untuk pengecekan kesehatan pribadi, foto copy ijazah, pembuatan pas foto dan lain-lain," kata Aulia Fahmi Dalimunthe di Kubu Raya, Kamis.
Menurutnya, jika peserta memang tidak lulus pada penyeleksian tahap pertama, seperti misalnya tidak lolos di kesehatan, maka sudah dipastikan peserta bersangkutan tidak akan bisa melanjutkan tahap keduanya.
"Tidak mungkin pihak panitia penerima berani meloloskan peserta yang bersangkutan, karena risikonya sangat fatal saat peserta tersebut menjalani latihan militer TNI yang sangat menguras fisik. Bisa-bisa peserta itu meninggal saat latihan dan ini jadi fatal akibatnya," katanya.
Jadi, ujarnya lagi, oknum yang biasanya berani menjanjikan bahwa peserta itu bisa lulus dengan meminta "uang pelicin" itu bohong. Biar dengan memberi uang hingga ratusan juta tidak mungkin oknum itu bisa meluluskan.
Kalau pun itu terjadi lanjutnya lagi, bahwa sebenarnya peserta yang bersangkutan itu memang lulus pada saat semua tahap penyeleksian awal. Hanya saja karena ketidaktahuan peserta maka dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, untuk mencari keuntungan dengan cara meminta "uang pelicin", katanya.
Oknum-oknum seperti ini yang harus diberantas sampai keakar-akarnya. Karena selain membuat malu nama TNI, mereka juga sangat meresahkan masyarakat. Hingga membuat kepercayaan masyarakat kepada TNI menjadi hilang, katanya.
"Makanya saya sangat berharap bila ada masyarakat atau siapa saja menemukan kasus "uang pelicin" segera laporkan. Dan TNI akan segera menindak dan memproses oknum-oknum itu tanpa padang bulu," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019