Kapolres Sambas, Kalimantan Barat, AKBP Permadi Syahid Putra mengatakan pihaknya siap untuk melakukan antisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di wilayah hukumnya.

"Untuk itu sejumlah langkah sudah dan sedang dilakukan. Kemudian kita juga sudah gelar apel pasukan dalam rangka Operasi Bina Karuna Kapuas 2019," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Kamis.

Ia menyebutkan bahwa jika Kalimantan Barat (Kalbar) merupakan salah satu provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan, kebun, dan lahan.

Baca juga: Gelar pasukan operasi Bina Karuna Kapuas Sanggau

"Kondisi geografis Kalbar yang luas menjadikan sebuah potensi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan dengan cara membakar. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan," kata dia.

Ia menjelaskan terjadinya kebakaran hutan, kebun, dan lahan di areal yang luas dapat menimbulkan dampak yang besar.

"Munculnya kabut asap dapat merusak saraf otak, menghambat kecerdasan dan pertumbuhan anak-anak, mengganggu aktifitas belajar anak di sekolah. Menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan, menghambat transportasi penerbangan, lalu lintas di darat dan di laut juga menghambat pertumbuhan ekonomi," katanya.

Baca juga: Apel Operasi Bina Karuna Kapuas 2019

Ia mengungkapkan bahwa pada 2015 lalu, merupakan fenomena terjadinya kebakaran hutan terbesar Kalimantan Barat selama lima tahun terakhir. Data menyebutkan seluas 2,6 juta hektare lahan di Kalimantan Barat terbakar dan sekitar 504.000 orang terutama anak-anak terkena infeksi saluran pernapasan dan hilangnya keragaman hayati.

"Selain itu juga berdampak pada terganggunya aktifitas ekonomi karena terjadinya pembatalan penerbangan, baik internasional maupun domestik di mana terjadi hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sekitar Rp220 triliun kerugian ekonomi Indonesia akibat karhutla. Pada saat itu Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu dari enam provinsi penyumbang asap terbesar di Indonesia," katanya.

Dia mengatakan dia upaya penanggulangan karhutla dapat dilakukan dengan upaya preemtif seperti pemetaan 'hot spot' atau titik api, deteksi dini, melakukan himbauan, melakukan sosialisasi kepada pihak perusahaan dan masyarakat dan melakukan kegiatan koordinasi dengan instansi lain.

Baca juga: Karhutla berdampak pada pertumbuhan dan kecerdasan anak

"Selain itu juga dengan memberdayakan peran Bhabinkamtibmas dan Babinsa serta kades atau lurah, sebagai kekuatan tiga pilar yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Memberdayakan peran tokoh masyarakat dan mendorong pemda melakukan upaya sesuai tupoksinya," katanya.

Dia menyebutkan pada tahun 2018 juga terdapat sebanyak 182 desa di Kalimantan Barat dikategorikan sebagai desa yang rawan Karhutla, namun pada tahun 2019 ini turun menjadi 100 desa.

"Hal ini tentunya merupakan hasil dari kerjasama antara Polri, TNI, dan seluruh elemen masyarakat yang peduli untuk mencegah terjadinya karhutla. Upaya Preventif antara lain dengan melakukan patroli bersama, patroli udara, mendatangi lokasi dan melakukan pemadaman bersama pemangku kepentingn lainnya serta mengajak masyarakat dan perusahaan guna mengantisipasi kebakaran," katanya.


Baca juga: 10 desa di Bengkayang rawan kebakaran
Baca juga: Bengkayang alokasikan Rp2 miliar antisipasi karhutla 2019
Baca juga: Penanganan Karhutla tanggung jawab bersama
 

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019