Dandim 1201/MPH Letkol Arm Anom Wirasunu menyatakan peristiwa terbakarnya Sekolah Dasar Negeri 19 di Dusun Telayar, Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah pada Sabtu (17/8) sekitar pukul 13.00 WIB akibat Karhutla diluar perkiraan.
"Kita sudah 22 hari berjibaku mencegah meluasnya karhutlah disini, termasuk melokalisir SD Negeri 19 dan dua rumah penduduk. Namun, kejadian atas terbakarnya gedung SD ini diluar perkiraan, karena sebenarnya api tidak terdeteksi dari atas, melainkan dari bawah," ungkap Dandim, Minggu (18/8).
Menurut Dandiam 1201/MPW Letkol Arm Anom Wirasunu, sejak dua haru terakhir pihaknya telah menyiagakan anggota satgas karhutla di Desa Sejegi.
Hal tersebut dilakukan karena dalam beberapa hari terakhir cuaca memang teramat panas dan angin cukup kencang.
Kondisi kemarau di Kabupaten Mempawah itu diakui memang rentan terjadinya karhutla yang meluas dan membahayakan pemukiman warga.
"Jadi sebenarnya sudah kita lokalisir keberadaan SDN 19 dan rumah-rumah warga disini dari bahaya api karhutla dan tiupan angin. Tetapi diluar perkiraan kita ternyata api justru merambat dari bawah hingga membakar pondasi kayu bangunan Sekolah Dasar yang memang mudah terbakar," jelas Dandim.
Dandim 1201/MPW Letkol Arm Anom Wirasunu menegaskan, kondisi terbakar dan runtuhnya SDN 19 di Desa Sejegi, di Kecamatan Mempawah Timur itu justru akibat api yang merambat dari dalam tanah hingga membakar pondasi dan bangunan sekolah tersebut.
"Akibatnya pondasi SD itu labil, ditiup angin, kemudian runtuh. Keterangan ini juga kita bisa dapatkan dari warga setempat. Jadi sebenarnya kondisinya sekolah ini tidak terbakar semua. Melainkan runtuh karena pondasinya sudah terbakar dari dalam tanah, kemudian labil dan ditiup angin, lalu runtuh," ujarnya.
Dandim mengatakan, beruntung peristiwa terbakarnya SD di Desa Sejegi Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah akibat terdampak karhutla itu tidak menimbulkan korban jiwa. Namun, warga sekitar sangat khawatir dengan keberadaan rumah mereka yang rentan terdampak kebakaran hutan dan lahan di lokasi karhutla.
"Informasinya di SDN 19 ini katanya ada sekitar 10 siswa dan 2 guru yang mengajar. Kita akan terus upayakan bersam tim satgas karhutla saling berjibaku untuk melokalisir pemukiman warga dari dampak karhutla ini," timpal Dandim.
Hingga berita ini diturunkan, sejak Sabtu malam Kapolsek Mempawah Timur, Iptu Suwanto yang dikonfirmasi melalui pesan singkat whatsaap untuk dimintai penjelasan terkait kronologi terbakarnya SDN 19 di Desa Sejegi, Mempawah timur itu hingga kini tidak memberikan penjelasan. Pesan jurnalis via whatsaap itu terdeteksi hanya dibaca kapolsek saja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Kita sudah 22 hari berjibaku mencegah meluasnya karhutlah disini, termasuk melokalisir SD Negeri 19 dan dua rumah penduduk. Namun, kejadian atas terbakarnya gedung SD ini diluar perkiraan, karena sebenarnya api tidak terdeteksi dari atas, melainkan dari bawah," ungkap Dandim, Minggu (18/8).
Menurut Dandiam 1201/MPW Letkol Arm Anom Wirasunu, sejak dua haru terakhir pihaknya telah menyiagakan anggota satgas karhutla di Desa Sejegi.
Hal tersebut dilakukan karena dalam beberapa hari terakhir cuaca memang teramat panas dan angin cukup kencang.
Kondisi kemarau di Kabupaten Mempawah itu diakui memang rentan terjadinya karhutla yang meluas dan membahayakan pemukiman warga.
"Jadi sebenarnya sudah kita lokalisir keberadaan SDN 19 dan rumah-rumah warga disini dari bahaya api karhutla dan tiupan angin. Tetapi diluar perkiraan kita ternyata api justru merambat dari bawah hingga membakar pondasi kayu bangunan Sekolah Dasar yang memang mudah terbakar," jelas Dandim.
Dandim 1201/MPW Letkol Arm Anom Wirasunu menegaskan, kondisi terbakar dan runtuhnya SDN 19 di Desa Sejegi, di Kecamatan Mempawah Timur itu justru akibat api yang merambat dari dalam tanah hingga membakar pondasi dan bangunan sekolah tersebut.
"Akibatnya pondasi SD itu labil, ditiup angin, kemudian runtuh. Keterangan ini juga kita bisa dapatkan dari warga setempat. Jadi sebenarnya kondisinya sekolah ini tidak terbakar semua. Melainkan runtuh karena pondasinya sudah terbakar dari dalam tanah, kemudian labil dan ditiup angin, lalu runtuh," ujarnya.
Dandim mengatakan, beruntung peristiwa terbakarnya SD di Desa Sejegi Kecamatan Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah akibat terdampak karhutla itu tidak menimbulkan korban jiwa. Namun, warga sekitar sangat khawatir dengan keberadaan rumah mereka yang rentan terdampak kebakaran hutan dan lahan di lokasi karhutla.
"Informasinya di SDN 19 ini katanya ada sekitar 10 siswa dan 2 guru yang mengajar. Kita akan terus upayakan bersam tim satgas karhutla saling berjibaku untuk melokalisir pemukiman warga dari dampak karhutla ini," timpal Dandim.
Hingga berita ini diturunkan, sejak Sabtu malam Kapolsek Mempawah Timur, Iptu Suwanto yang dikonfirmasi melalui pesan singkat whatsaap untuk dimintai penjelasan terkait kronologi terbakarnya SDN 19 di Desa Sejegi, Mempawah timur itu hingga kini tidak memberikan penjelasan. Pesan jurnalis via whatsaap itu terdeteksi hanya dibaca kapolsek saja.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019