Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ketapang, berharap semua pihak dan instansi terkait lainnya bisa memahami akan pentingnya restorasi gambut dalam mencegah Karhutla (kebakaran hutan dan lahan).

"Mari kita bersama-sama memahami pentingnya restorasi gambut dan langkahnya, maka bencana alam seperti Karhutla di Ketapang dan Kalbar umumnya bisa dicegah secara dini, sekaligus dapat melestarikan fungsi dan potensi gambut di Kabupaten Ketapang yang kita cintai ini," kata Staf Ahli Bupati Ketapang, Edi Junaidi di Ketapang, Selasa.

Ia menjelaskan, dengan digelarnya sosialisasi dan bimbingan teknis hari ini, diharapkan mampu menyatukan para pihak dari tingkat pusat hingga kelompok masyarakat dan memberikan gambaran utuh secara teknis kepada calon pelaksana, terkait tata cara pembangunan IPG (Infrastruktur Pembasahan Gambut) sumur bor dan sekat kanal.

"Dari kegiatan ini diharapkan partisipasi seluruh pihak dalam mensukseskan kegiatan restorasi gambut demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat daerah setempat," tambahnya.

Ia mengapresiasi, digelarnya sosialisasi dan Bimtek pembangunan sumur bor serta sekat kanal yang digelar oleh Badan Restorasi Gambut dengan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).

Apalagi BRG dibentuk dengan dan melakukan percepatan pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut akibat kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan secara sistematis, terarah terpadu dan menyeluruh.

BRG memiliki fungsi pelaksanaan konstruksi infrastruktur pembasahan gambut dan segala kelengkapannya. Didalam pelaksanaan restorasi gambut, BRG menggunakan tiga pendekatan pokok, yakni pembasahan kembali gambut (Peat Rewetting), Revegetasi (revegetation), dan revitalisasi sumber mata pencaharian (revitalization of local livelihoods).

Ketiga pendekatan ini lebih kenal sebagai pendekatan 3R. Kegiatan pembasahan gambut (Peat Rewetting) dilaksanakan melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut seperti sekat kanal (canal blocking), penimbunan kanal (canal backfilling), dan sumur bor (deep wells).

Sebelumnya, Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengatakan berdasarkan perhitungan satelit landsat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luas lahan terbakar akibat Karhutla di Provinsi Kalbar sampai dengan 31 Oktober 2019 mencapai 127.462 hektare.

Sebagai bahan infomasi, terangnya berdasarkan pantauan Satelit LAPAN di Provinsi Kalbar sampai 31 Oktober 2019 terpantau 25.858 hotspot. Adapun empat Kabupaten dengan jumlah titik panas terbanyak berturut-turut yaitu Kabupaten Ketapang (11.840 titik), Kabupaten Sintang (2.624 titik), Kabupaten Sanggau (2.237 titik) dan Kabupaten Kubu Raya (1.724 titik).

Pewarta: Andilala/Humas Ketapang

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019