Jakarta (ANTARA) - PT Kilang Pertamia Internasional (KPI) Unit Sungai Pakning mengembangkan program corporate social responsibility (CSR) budi daya lebah madu yang sekaligus menjadi kawasan eduwisata lebah madu hutan gambut di Dusun Bakti, Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Bengkalis, Riau.
Program CSR tersebut memanfaatkan hutan gambut yang ada di wilayah Sungai Pakning dengan membuat budi daya lebah madu hutan gambut ramah lingkungan sebagai alternatif bagi para petani yang mencari madu di hutan.
"Ini juga dapat menjadi cara mencegah adanya kebakaran yang disebabkan oleh kelalaian para pencari madu yang menggunakan api untuk mengusir lebah," jelas Officer II Communication Relations & CSR KPI Sungai Pakning Rahmad Hidayat dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Menurut Rahmad, budi daya madu yang dikembangkan para pencari lebah yang tergabung dalam Kelompok Madu Bien, berhasil mencapai dua pemberdayaan sekaligus yaitu pemberdayaan kelompok masyarakat dan mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kilang Pertamina Sungai Pakning meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melakukan budi daya lebah madu khas hutan gambut yaitu spesies Apis cerana, Apis dorsata, Apis trigona, dan Apis mellifera.
Kemudian, menciptakan perubahan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya pemanen madu yang ramah lingkungan sekaligus turut berpartisipasi dalam melestarikan hutan gambut.
Budi daya madu menyebabkan masyarakat yang selama ini mencari madu ke hutan, bisa memanfaatkan sekitar pekarangan rumah sebagai lokasi budi daya lebah madu. Sejak budidaya madu dikembangkan, Kecamatan Bandar Laksamana, berubah menjadi hutan alam yang menjadi penyangga oksigen di wilayah Riau apalagi lokasinya berbatasan langsung dengan Malaysia.
"Hasil panen madu yang dibudidayakan Kelompok Budidaya Madu Bien berkualitas sangat baik sehingga layak di ekspor," kata Rahmad.
Menurut Rahmadi, Ketua Kelompok Budidaya Madu Bien, ia dan anggotanya membudidayakan lebah madu di sekitar rumah. Kotak tempat sarang lebah diletakkan di atas bangku kecil di halaman rumah. Lebah yang dibudidayakan adalah jenis Apis trigona, berwarna hitam, berukuran kecil sekitar empat milimeter dan tidak menyengat.
Rahmadi menjelaskan madu trigona merupakan produk unggulanya. Produk madu diberi merek Biene dijual dalam bentuk curah maupun kemasan. Madu curah biasa dikirim ke Pekanbaru.
Sementara, produk kemasan 225 ml dijual di kisaran Rp65.000–Rp75.000 secara daring di marketplace. Produk sudah mendapatkan izin PIRT (pangan industri rumah tangga) dan sertifikasi halal.
"Madu trigona menjadi unggulan. Per kati atau sebotol kecap kaca, kira-kira 650 mililiter harganya Rp250 ribu," katanya.
Madu lebah trigona dikenal sebagai pendukung imunitas tubuh, banyak dicari ketika selama pandemi COVID-19. Permintaan madu tidak hanya dari Bengkalis dan Pekanbaru saja, tapi datang dari luar daerah.
"Total pendapatan kelompok saat ini sudah ratusan juta rupiah," ungkapnya.
Keberhasilan Rahmadi dan anggota kelompoknya, mendorong minat warga lain untuk belajar budi daya madu. Menurutnya, sudah ada 50 orang dari Desa Tanjung Leban dan 60 dari luar desa yang berbagi ilmu budi daya lebah madu.
"Sekarang kami menjadi pionir dalam kegiatan budidaya madu hutan gambut di kawasan Kecamatan Bandar Laksamana, melalui penerapan budidaya dan pemanenan yang berorientasi ramah lingkungan," katanya.
Agustiawan, Area Manager Communication, Relations, & CSR Unit Dumai, yang membawahi Unit Sungai Pakning, menegaskan komitmen perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat.
Selain itu, Desa Tanjung Leban mendapatkan penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) Kategori Utama pada 2023.
"Penghargaan ini merupakan apresiasi nyata dari pemerintah terutama KLHK kepada PT KPI Unit Sungai Pakning, kelompok, pemerintah setempat, dan seluruh stakeholder yang terlibat dalam keberhasilan jalannya program di Desa Tanjung Leban," ungkapnya.
R Muh Kun Tauchid, Manager Production Kilang Sungai Pakning, menjelaskan bahwa menjaga kelestarian lingkungan terutama dalam merespons dampak perubahan iklim membutuhkan kerja sama lintas stakeholder untuk memberikan dampak yang besar.
"Perubahan iklim saat ini sudah terlihat dengan sangat jelas dampaknya bagi kehidupan sehingga peran dari pihak pemerintah, perusahaan, serta masyarakat harus disinergikan untuk dapat menjawab situasi ini," katanya.