Praktisi media yang hadir dalam workshop "Perempuan dan Peran Media" mengajak jurnalis perempuan yang ada di Kalimantan Barat untuk mengangkat isu positif tentang perempuan menjadi berita populer di masyarakat pembaca media massa.

"Fungsi media massa adalah memberikan informasi kepada masyarakat, namun perempuan cenderung masih digunakan sebagai objek dalam media," kata Praktisi media, Leo Prima, pembicara dalam workshop "Perempuan dan Peran Media", di Sekretariat Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) Pontianak, Jumat.

Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) Pontianak mengadakan workshop "Perempuan dan Media" yang dihadiri beberapa aktivis perempuan dan jurnalis. Kegiatan ini bertujuan agar media mampu mengangkat isu tentang perempuan menjadi berita populer.

Leo Prima yang juga CEO HI Pontianak mengatakan perspektif media terkait isu-isu perempuan cenderung mengedepankan tentang kekerasan serta sering terjadi kesenjangan.  

Menurutnya, paradigma media yang menganggap isu terkait laki-laki masih penting. Padahal kaum perempuan justru lebih banyak isu yang bisa diangkat.

"Sebanyak 60 persen pengguna media sosial adalah perempuan. Mereka mengakses sosmed secara impulsif maupun kompulsif," ujar Leo.

Apa yang ditampilkan media, menurut dia, disadari atau tidak disadari, sebagian besar merupakan kebutuhan perempuan. Harus ada penyegaran, jangan mengikuti pola lama. Pola lama itu media cetak masih menganggap laki-laki sebagai penentu kebijakan.

Sementara pada kenyataannya, perempuan merupakan pembaca terbesar media massa. Karena itu ia mengajak mengembangkan jurnalisme positif.

"Dahulu bad news is a good news. Sekarang bagaimana kita mengembangkan good news is a good news," katanya.

Konsep ini jangan dikhawatirkan. Bad news menurut dia, menjadikan pembacanya meledak-ledak. Padahal good news is a good news juga lebih menarik.

Menonjolkan sosok positif sebagai perempuan. Ada banyak angle menarik yang bisa diangkat dalam sosok perempuan. Media lama bisa membuat satu desk yang mengusung isu perempuan.

Saat ini menurut dia, liputan perempuan masih dianggap hal yang kecil bagi media lama yang menerapkan jurnalisme maskulin.

Sementara itu Ketua JPK Pontianak, Aseanty Widaningsih Pahlevi, mengatakan perempuan masih dianggap lemah, tidak mandiri, emosi yang meledak, pemarah, rambut harus panjang, bibir merah, dianggap sebagai pengasuh dan orang yang membesarkan anak, selalu diidentifikasi pada ranah rumah tangga.

Pada posisi yang berbeda, hierarki gender menempatkan laki-laki sebagai gender perkasa, selalu menang, bertanggung jawab. Konstruksi gender dalam konteks patriarki membuat perempuan sulit untuk mengubah takdirnya.

Stereotip yang melekat pada perempuan dan hierarki gender akhirnya menimbulkan persoalan baru yang terjadi pada masyarakat, sehingga melestarikan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dan industri media.

"Isu perempuan sudah menjadi isu global, bagaimana seharusnya hal ini mendapat perhatian penting, tugas jurnalis adalah harus bisa mengemas isu ini menjadi isu populer," katanya.

Ketua Panitia Workshop Perempuan dan Peran Media, Wati Susilawati, menjelaskan saat ini isu perempuan sangat penting. "Kita ingin membangun sinergitas dengan para aktivis dan media, agar dapat memberikan peran strategis dalam memberikan perubahan kepada masyarakat tentang perempuan," ujarnya.

Ia sangat mengharapkan media memiliki kekuatan untuk melanggengkan beragam pandangan dan berupaya mendorong media agar menjadi lebih berkualitas dan sensitif gender, terutama perempuan.

Dia mengatakan saat ini media masih mengutamakan pemberitaan sensasional, maka dengan adanya workshop ini media dianggap menjadi alat yang efektif untuk menyuarakan persoalan gender dan perlindungan perempuan.

Salah satu peserta workshop, Poltak S. Nainggolan, reporter Radio Volare, menambahkan, cara berpikir kaum perempuan berbeda dengan laki-laki, perempuan juga diharuskan untuk mandiri, cerdas dan mampu mengalokasikan keuangan rumah tangga dengan baik.

"Perempuan juga harus mengerti dalam mengelola finansial keluarga, karena bukan hanya keharusan seorang laki-laki, perempuan juga memiliki kedudukan yang sama," ujar Poltak yang membawa program acara keuangan dan finansial di Radio Volare.

 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020