Perusahaan teknologi penyedia layanan jasa berbasis aplikasi, Gojek menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo RI) serta pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan literasi digital masyarakat melalui edukasi sepanjang tahun ini.

"Hal ini (meningkatkan literasi digital) memang menjadi prioritas kami," kata Direktur Pemberdayaan Informatika Kemkominfo RI, Slamet Santoso, dalam keterangan resminya, saat menghadiri peluncuran inisiatif #AmanBersamaGojek yang berfokus pada edukasi, teknologi, dan proteksi, di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan, kondisi Indonesia hingga saat ini sangat unik karena pengguna internetnya mencapai lebih dari 170 juta, namun tingkat literasi digital masyarakat masih tergolong rendah.

Baca juga: Gojek minta konsumen dan pengemudi tetap waspada

Oleh karena itu, katanya, agar tak kehilangan momentum maka pihak terkait harus bekerja keras bersama-sama untuk meningkatkan literasi digital masyarakat.

Ia menyebut, prioritas Kemkominfo RI dalam meningkatkan literasi digital, dilakukan seiring dengan akan terbitnya undang-undang perlindungan data pribadi sebagai payung hukum yang mengatur standar perlindungan data pribadi masyarakat.

 
(Kiri-kanan) Peneliti di Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada Adityo Hidayat, Co-CEO Gojek Kevin Aluwi, Pelaksana tugas Direktur Pemberdayaan Informatika Kominfo Slamet Santoso dan Ketua Umum Siberkreasi Yosi Mokalu di jumpa pers kerja sama Gojek dengan Kominfo di Jakarta, Jumat (28/2/2020). (ANTARA/Natisha Andarningtyas)



“Kami mengapresiasi langkah Gojek sebagai pemain di industri yang tanggap dalam melihat situasi ini dan memasukkan edukasi sebagai salah satu fokus melalui program peningkatan literasi digital bagi masyarakat luas yang berkelanjutan," katanya.

Co-CEO Gojek Kevin Aluwi menjelaskan, kolaborasi dengan Kemkominfo ini akan menjadi langkah berkelanjutan yang dijalankan sepanjang tahun. Masyarakat, mitra, dan pelanggan akan mendapat akses edukasi dalam bentuk yang mudah dipahami seperti poster, infografis, kuis di aplikasi, maupun video iklan layanan masyarakat.

Baca juga: Gojek tegaskan pembayaran SPP secara digital tidak terkait Kemendikbud

Materi edukasi itu akan disampaikan melalui aplikasi, media sosial, forum kopdar mitra, maupun sosialisasi di beberapa kota bersama Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM).

"Intinya, bagi kami, keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama dan merupakan tanggung jawab bersama. Kami telah dan akan terus berinvestasi pada pengembangan teknologi, serta berbagai program proteksi, baik bagi konsumen maupun mitra," katanya.

Aplikasi Gojek pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 di Indonesia dan hingga kini telah beroperasi di 207 kota di lima negara di Asia Tenggara. Per kuartal keempat 2019, aplikasi dan ekosistem Gojek telah diunduh hampir 170 juta kali oleh penggunanya di Asia Tenggara.

Baca juga: Maxim dihimbau segera melakukan penyesuaian tarif
Baca juga: Demo sopir pangkalan tolak kehadiran Gojek dan Grab
Baca juga: Tarif lebih murah, kantor Maxim digeruduk pengemudi Gojek dan Grab

 

Pewarta: Edy Sujatmiko

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020