Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Flores Timur, AKBP Deny Abraham mengatakan ratusan personel BKO (Bantuan Kendali Operasi) sudah dikirim ke Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, untuk mengamankan situasi pascakonflik perang tanding antarwarga dari dua suku di daerah itu.

“Ratusan personel BKO dari berbagai daerah seperti Lembata, Sikka, dan dari Polda NTT diterjunkan untuk menjaga situasi kamtibmas di Sandosi,” kata Deny Abraham ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat.

Baca juga: Konflik antarwaga memperebutkan lahan, 5 orang dikabarkan tewas

Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan pengerahan personel keamanan untuk mengamankan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di Desa Sandosi, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur akibat perang tanding.

Dia menjelaskan, para personel yang melakukan pengamanan di lapangan saat ini terdiri dari aparat kepolisian dari Polres Flores Timur dan jajaran Polsek sebanyak 1 SSK (Satuan Setingkat Kompi) berjumlah sekitar 100 orang.

Sementara personel polisi BKO dari daerah lain di antaranya Kabupaten Lembata sebanyak 1 SST (Satuan Setingkat Peleton) berjumlah 30 orang, Kabupaten Sikka 1 SST, Dalmas Polda NTT 1 SST, serta personel Brimob dari Sikka 1 SKK.

Dia menjelaskan, bantuan pengamanan situasi juga dilakukan personel TNI dari Komando Distrik Militer (Kodim) setempat sebanyak 1 SST.

Baca juga: Pangkogabwilhan I tegaskan tidak akan perang di Natuna

Sebelumnya, Deny menjelaskan, pihaknya bersama personel TNI berupaya pengamanan dan meredam konflik pada siang hari setelah peristiwa perang tanding antarawarga terjadi pada Kamis (5/3) pagi.

“Personel langsung diterjunkan ke lapangan untuk melakukan identifikasi serta pengamanan dan upaya evakuasi korban yang tewas” katanya.

Perang tanding antarwarga dua suku di Desa Sandosi pecah pada Kamis (5/3) pagi di wilayah perkebunan Wulen Wata dan menewaskan sebanyak enam orang.

Korban tewas di antaranya dari suku Kewaelaga masing-masing berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (56), dan SR (68), sedang dari Suku Lamatokan adalah YH (70) dan WK (80).
 

Baca juga: TNI imbau nelayan Natuna tidak takut melaut
Baca juga: Aparat terus kejar provokator penyebab konflik Buton
Baca juga: Cegah konflik nelayan, Satpolair Bengkayang patroli di perairan Natuna
 

Pewarta: Aloysius Lewokeda

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020