Pengamat Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat,  Prof Dr Eddy Suratman mengatakan permintaan sektor pertanian Kalbar dipastikan akan jauh menurun terdampak COVID-19 sehingga berdampak pula pada pendapatan petani.

"Indonesia dan seluruh dunia akan mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan pada sektor pertanian Kalbar akan jauh menurun. Dalam skenario sedang sebagaimana disampaikan Presiden menjadi Provinsi Kalbar yang paling anjlok pendapatan petaninya. Diperkirakan penurunan pendapatan mencapai 34 persen dengan daya tahan hingga November 2020," ujarnya di Pontianak, Kamis.

Ia menyebutkan wabah COVID -19 berdampak terhadap permintaan domestik dan dunia akan turun terutama dari negara-negara industri.

"Kalau hanya satu atau dua negara yang permintaannya turun,  bisa cari pasar baru. Tetapi ini kan semua negara sudah kena COVID-19," kata dia

Ia menjelaskan bahwa sejauh ini pertanian Kalbar bertumpu pada tanaman komoditas seperti kelapa sawit dan karet. Naiknya nilai tukar dolar AS ternyata tak mampu mendongkrak pendapatan petani lantaran negara-negara industri sebagai konsumen utama produk tersebut juga luluh lantak ekonominya

"Begitu juga negara macam India dan lainnya yang selama ini telah menjadi alternatif pasar CPO," jelas dia.

Sebagai sektor utama penggerak ekonomi Kalbar, porsi pertanian sangat besar mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan. Ditambah sektor-sektor lain yang juga terdampak COVID-19 serta konsumsi masyarakat dan pemerintah yang menurun, Eddy menyebut pertumbuhan ekonomi Kalbar bisa mencapai titik nadir.

"Kalau tidak minus, kita tumbuh nol koma sekian saja sudah terhitung bagus. Tahun ini benar-benar penuh dengan tantangan melebihi tahun 1998," sebut dia.

Menurutnya realokasi anggaran menjadi mutlak bagi pemerintah pusat dan daerah. Langkah terbaik, mengalihkan anggaran-anggaran untuk memberikan stimulus ekonomi dan bantuan langsung tunai kepada masyarakat terdampak termasuk kepada petani, tukang ojek dan buruh harian, dan masyarakat rentan lainnya.

"Pertama yang harus dicoret adalah biaya perjalanan dinas dan pengadaan barang jasa yang tak prioritas. Angkanya memang kecil, tetapi sebagai tindakan moral sangat penting. Lalu yang cukup besar angkanya adalah proyek infrastruktur berbiaya besar harus ditunda. Alihkan untuk medis, penanganan COVID-19 dan stimulus ekonomi. Ini sangat mendesak," papar dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Florentinus Anum mengatakan merebaknya COVID-19 berdampak pada kegiatan bertani sehingga diperkirakan menurunkan pendapatan petani.

"Tertundanya aktivitas usaha tani berupa pengembangan budidaya tanaman pangan dan hortikultura saat ini karena petani merasa takut pandemi COVID -19 sehingga menyebabkan tertundanya produksi petani dan dapat menyebabkan menurunnya volume produksi saat ini. Dengan itu akan berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan petani kita," kata dia.

Baca juga: Komisi IV DPR ingatkan penanganan COVID-19 perlu pikirkan sektor pertanian
Baca juga: Kubu Raya jadi percontohan penerapan pertanian digital di Kalimantan
Baca juga: Musim buah tingkatkan nilai tukar petani di Kalbar

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020