Universitas Airlangga Surabaya membantah jika tim dosennya berhasil menemukan obat atau suplemen yang dapat menangkal virus Corona penyebab COVID-19.
Wakil Rektor IV Unair Bidang Bisnis dan Alumni Prof Junaidi Khotib di Surabaya, Senin, mengatakan penelitian yang dilakukan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Dr Abdul Rohim Tualeka yang beredar adalah penelitian yang menghasilkan suatu produk makanan.
"Suatu produk makanan tidak boleh dilakukan klaim atau mengarahkan indikasi terhadap penanganan suatu penyakit," ujarnya.
Menurut dia, produk edar seharusnya terdapat Sertifikat Produksi Pangan - Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), dan nomor izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Jika ada bahan dari makanan yang mempunyai khasiat tertentu, kata dia, harus dibuktikan terlebih dahulu melalui berbagai tahapan, antara lain uji keamanan, uji khasiat, dan uji klinis.
Ketika suatu produk diarahkan menjadi obat, baru bisa ada klaim atau indikasi penggunaan dari obat tersebut.
"Proses penelitian yang dilakukan Abdul Rohim masih sebatas formula makanan untuk upaya menjaga kesehatan. Produk itu berisi coklat, ekstrak delima, dan serbuk tambahan dalam beberapa jumlah," ucapnya.
Perihal klaim khasiat yang disampaikan Abdul Rohim di media, lanjut dia, merupakan pernyataan pribadi dan belum ada uji bukti yang dilaporkan ke pihak universitas.
Ia menegaskan, produk yang dikerjakan tersebut dikerjasamakan dengan pihak lain yang tidak ada hubungan sinergi dengan Unair sehingga klaim-klaim tersebut berada di luar tanggung jawab lembaga.
"Penelitian harus dilakukan berdasarkan atas kaidah saintifik, legalitas, dan etika. Ketika tiga hal itu bisa terpenuhi, maka data penelitian bisa digunakan untuk data dukung untuk mendaftarkan produk penelitian supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum," katanya.
Unair telah ditunjuk Pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga yang dapat melakukan tes COVID-19 sehingga telah dibentuk Tim Riset yang diketuai Prof Soetjipto.
Kemudian, layanan pasien terjangkit virus dikomandani Prof Dr Nasronudin di Rumah Sakit Unair, dan untuk identifikasi virus dikomandani oleh Prof Maria Lucia Inge Lusida di Lembaga Penyakit Tropis (LPT).
Berikutnya, untuk mengembangan produk yang bisa memberikan manfaat, baik mencegah maupun mengobati COVID-19, dikomandani oleh Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Wakil Rektor IV Unair Bidang Bisnis dan Alumni Prof Junaidi Khotib di Surabaya, Senin, mengatakan penelitian yang dilakukan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Dr Abdul Rohim Tualeka yang beredar adalah penelitian yang menghasilkan suatu produk makanan.
"Suatu produk makanan tidak boleh dilakukan klaim atau mengarahkan indikasi terhadap penanganan suatu penyakit," ujarnya.
Menurut dia, produk edar seharusnya terdapat Sertifikat Produksi Pangan - Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), dan nomor izin edar oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Jika ada bahan dari makanan yang mempunyai khasiat tertentu, kata dia, harus dibuktikan terlebih dahulu melalui berbagai tahapan, antara lain uji keamanan, uji khasiat, dan uji klinis.
Ketika suatu produk diarahkan menjadi obat, baru bisa ada klaim atau indikasi penggunaan dari obat tersebut.
"Proses penelitian yang dilakukan Abdul Rohim masih sebatas formula makanan untuk upaya menjaga kesehatan. Produk itu berisi coklat, ekstrak delima, dan serbuk tambahan dalam beberapa jumlah," ucapnya.
Perihal klaim khasiat yang disampaikan Abdul Rohim di media, lanjut dia, merupakan pernyataan pribadi dan belum ada uji bukti yang dilaporkan ke pihak universitas.
Ia menegaskan, produk yang dikerjakan tersebut dikerjasamakan dengan pihak lain yang tidak ada hubungan sinergi dengan Unair sehingga klaim-klaim tersebut berada di luar tanggung jawab lembaga.
"Penelitian harus dilakukan berdasarkan atas kaidah saintifik, legalitas, dan etika. Ketika tiga hal itu bisa terpenuhi, maka data penelitian bisa digunakan untuk data dukung untuk mendaftarkan produk penelitian supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum," katanya.
Unair telah ditunjuk Pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu lembaga yang dapat melakukan tes COVID-19 sehingga telah dibentuk Tim Riset yang diketuai Prof Soetjipto.
Kemudian, layanan pasien terjangkit virus dikomandani Prof Dr Nasronudin di Rumah Sakit Unair, dan untuk identifikasi virus dikomandani oleh Prof Maria Lucia Inge Lusida di Lembaga Penyakit Tropis (LPT).
Berikutnya, untuk mengembangan produk yang bisa memberikan manfaat, baik mencegah maupun mengobati COVID-19, dikomandani oleh Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih.*
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020