Perancang Anggia memanfaatkan pengalamannya dari bidang dokter gigi yang digeluti untuk membuat Alat Pelindung Diri di tengah pandemi virus corona.
Dokter gigi spesialis konservasi gigi (saluran akar gigi) lulusan Universitas Padjadjaran angkatan 1999 ini berkaca dari kesulitannya mendapatkan masker untuk praktik saat pandemi virus corona mulai terjadi di Indonesia. Ia memutuskan untuk membuat sendiri baju medis sesuai standard kesehatan untuk menangani pasien COVID-19.
"Saya berinisiatif membuat masker kain yang memang saya pakai untuk praktek," kata Anggia dikutip dari siaran resmi, Senin.
Baca juga: Seorang dokter perempuan Putussibau Selatan berjuang melawan Corona
"Sampai akhirnya saya pun juga membuat Medical Suits (Alat Pelengkap Diri) yang terdiri dari coverall, surgical suits dan seragam baju ruangan dokter dan perawat, semua itu akan saya gunakan ketika saya mendapat konsul pasien emergency," lanjut dia.
Perancang yang sedang menempuh tugas akhir di Islamic Fashion Institute ini tak menyangka inisiatifnya dapat respons positif dari teman-teman seprofesinya.
"Kalau dihitung (produksi) mungkin sudah 5000 pieces untuk pakaian medis," kata Anggia lewat pesan singkat kepada ANTARA, Senin.
Alat pelindung diri tersebut tak cuma bisa dipakai oleh sesama dokter, tetapi orang-orang yang aktif bekerja di luar rumah dan lebih rentan terpapar virus corona, seperti perawat, petugas keamanan hingga penggali kubur.
Anggia telah membuat beberapa Alat Pelindung Diri seperti coverall suits yang melindungi tubuh dari kotoran, bakteri dan virus. Coverall dengan siluet H dan I ini terdiri dari jumpsuit dengan penutup kepala, karet elastik di bagian tangan, kaki dan pinggang belakang.
Baca juga: Perempuan dan anak rentan terdampak COVID-19 pada aspek sosial-ekonomi
Coverall ini terbuat dari dua jenis material berbeda, bahan dasar Non Woven Polypropylene untuk baju sekali pakai dan Woven Polyester baju yang bisa dipakai berulang.
Dia juga membuat baju bedah yang digunakan ketika menangani kasus darurat, baju ruangan untuk dokter dan perawat serta masker kain non bedah.
Baca juga: Satgas BUMN salurkan belasan ribu alat pelindung diri di Mempawah
Baca juga: Sekitar 8 ton alkes dan APD tiba di Indonesia
Baca juga: Amerika Serikat alami kelangkaan alat pelindung diri bagi paramedis
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Dokter gigi spesialis konservasi gigi (saluran akar gigi) lulusan Universitas Padjadjaran angkatan 1999 ini berkaca dari kesulitannya mendapatkan masker untuk praktik saat pandemi virus corona mulai terjadi di Indonesia. Ia memutuskan untuk membuat sendiri baju medis sesuai standard kesehatan untuk menangani pasien COVID-19.
"Saya berinisiatif membuat masker kain yang memang saya pakai untuk praktek," kata Anggia dikutip dari siaran resmi, Senin.
Baca juga: Seorang dokter perempuan Putussibau Selatan berjuang melawan Corona
"Sampai akhirnya saya pun juga membuat Medical Suits (Alat Pelengkap Diri) yang terdiri dari coverall, surgical suits dan seragam baju ruangan dokter dan perawat, semua itu akan saya gunakan ketika saya mendapat konsul pasien emergency," lanjut dia.
Perancang yang sedang menempuh tugas akhir di Islamic Fashion Institute ini tak menyangka inisiatifnya dapat respons positif dari teman-teman seprofesinya.
"Kalau dihitung (produksi) mungkin sudah 5000 pieces untuk pakaian medis," kata Anggia lewat pesan singkat kepada ANTARA, Senin.
Alat pelindung diri tersebut tak cuma bisa dipakai oleh sesama dokter, tetapi orang-orang yang aktif bekerja di luar rumah dan lebih rentan terpapar virus corona, seperti perawat, petugas keamanan hingga penggali kubur.
Anggia telah membuat beberapa Alat Pelindung Diri seperti coverall suits yang melindungi tubuh dari kotoran, bakteri dan virus. Coverall dengan siluet H dan I ini terdiri dari jumpsuit dengan penutup kepala, karet elastik di bagian tangan, kaki dan pinggang belakang.
Baca juga: Perempuan dan anak rentan terdampak COVID-19 pada aspek sosial-ekonomi
Coverall ini terbuat dari dua jenis material berbeda, bahan dasar Non Woven Polypropylene untuk baju sekali pakai dan Woven Polyester baju yang bisa dipakai berulang.
Dia juga membuat baju bedah yang digunakan ketika menangani kasus darurat, baju ruangan untuk dokter dan perawat serta masker kain non bedah.
Baca juga: Satgas BUMN salurkan belasan ribu alat pelindung diri di Mempawah
Baca juga: Sekitar 8 ton alkes dan APD tiba di Indonesia
Baca juga: Amerika Serikat alami kelangkaan alat pelindung diri bagi paramedis
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020