Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat bersama LSM pemerhati lingkungan melepasliarkan satu ekor dugong atau mamalia sejenis ikan duyung di perairan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.

Pengendali Ekosistem Hutan, BKSDA Kalbar, Tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Yoga Budi Handoko dalam keterangan tertulisnya di Ketapang, Rabu, menyatakan, pelepasliaran mamalia dugong tersebut baru yang pertama kali pihaknya lakukan, karena dari beberapa kasus, dugong ditemukan dalam keadaan mati akibat terperangkap oleh jaring atau pukat nelayan.

Dia menjelaskan, dugong tersebut sebelumnya terperangkap oleh pukat nelayan Pulau Cempedak, Kabupaten Ketapang, Sabtu (23/5) sekitar pukul 10.00 WIB dalam kondisi hidup. Dugong yang ditemukan tersebut kemudian dibawa oleh nelayan ke Pulau Cempedak guna dilakukan pemeliharaan atau rehabilitasi sementara dalam keramba untuk mengembalikan kondisi kesehatan. 

Pulau Cempedak merupakan kawasan kepulauan di Kecamatan Kendawangan yang berada sekitar 3,5 kilometer dari garis pantai Cagar Alam Muara Kendawangan yang dihuni oleh 97 Kepala Keluarga.

Dalam tradisi masyarakat di Pulau Cempedak yang sudah berjalan sejak lama, mereka menganggap dugong sebagai hewan atau satwa konsumsi. "Sehingga menyebabkan dalam penemuan dugong oleh nelayan kali ini, proses negosiasi awal untuk tidak melakukan tindakan apapun terhadap mamalia laut itu," ungkapnya.

Menurut dia, sehari setelah informasi diterima oleh pihaknya bersama WEBE Adventure, dan Yayasan International Animal Rescue (IAR) Indonesia melakukan koordinasi guna menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam penanganan dugong di Pulau Cempedak tersebut.

"Meski terdapat sedikit luka dan goresan akibat terjerat pukat, kondisi secara umum dugong (berjenis kelamin betina yang diperkirakan berumur dua tahun mempunyai panjang 146 cm dengan berat 50 kilogram dan ukuran keliling badan 100 cm) yang masih berada dalam keramba dinyatakan sehat oleh tim dokter hewan, tim akhirnya merekomendasikan untuk segera melepasliarkan dugong ke lokasi dimana satwa tersebut ditemukan," ungkapnya 

Padang Lamun merupakan habitat ideal bagi mamalia cantik itu, dan dari pemantauan kondisi alami habitat ditemukannya dugong, kondisi habitatnya masih bagus. "Ini ditunjukkan dengan ditemukannya sekitar enam jenis lamun, tiga diantaranya merupakan pakan utama dugong," katanya.

Menurut dia, keberhasilan tim dalam melepasliarkan satwa langka ini merupakan bukti kepedulian para pejuang konservasi tanpa mengenal waktu dan suasana. "Semoga dengan kemunculan dan penyelamatan dugong di perairan Ketapang ini menjadi bukti akan keberadaan dan kelestarian Dugong di Indonesia, khususnya di Kalbar," ujarnya.

BKSDA Kalbar, mencatat tahun 2017 pernah memperoleh laporkan terkait keberadaan dugong dalam kondisi mati di wilayah selatan Ketapang oleh nelayan sekitar Kendawangan. Namun tindak lanjut laporan tersebut belum bisa menemukan keberadaan satwa di lapangan. Selang dua tahun, yakni tahun 2019 terdapat enam kasus dugong yang mati akibat terjaring pukat oleh nelayan.

Tahun 2020, ini sendiri sampai bulan Mei tercatat sudah empat kali dugong yang terjerat pukat. Dua dari empat ekor yang terjerat berhasil diselamatkan. 

Keberadaan dugong menjadi sangat fenomenal setelah satwa langka dengan status konservasi dari IUCN masuk kategori Critically Endangered (CR) atau kritis sering muncul di perairan selatan Kalbar.

 

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020