Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar mencatat bahwa Kalbar pada Mei 2020 mengalami inflasi sebesar 0,47 persen yang dipicu lima komoditas.
"Angka inflasi di Kalbar pada Mei 2020 dibanding angka inflasi nasional lebih tinggi. Inflasi nasional pada Mei 2020 hanya sebesar 0,07 persen," ujar Kepala KPw BI Kalbar, Agus Chusaini di Pontianak, Rabu.
Agus menyebutkan inflasi terjadi di Kalbar berdasarkan kelompok didorong oleh kelompok transportasi dan makanan, minuman dan tembakau.
Ia menyebutkan lima komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni tarif angkutan udara dengan andil 0,19 persen, tarif rumah sakit andil sebesar 0,12 persen, daging ayam ras andil sebesar 0,06 persen, udang basah andil sebesar 0,05 persen dan rokok kretek filter sebesar 0,04 persen.
"Sedangkan untuk lima komoditas yang mengalami deflasi yakni bawang putih sebesar 0,93 persen, cabai rawit sebesar 0,03 persen, gula pasir 0,02 persen, ikan kembung 0,02 persen dan sabun detergen 0,01 persen," katanya.
Dari tiga kota di Kalbar yang dicatat tingkat inflasinya, Kota Sintang masih mengalami tekanan inflasi tertinggi yakni sebesar 0,62 persen.
"Setelah itu baru disusul Kota Pontianak sebesar 0,48 persen dan Kota Singkawang sebesar 0,36 persen," katanya.
Untuk ke depan wabah COVID-19 masih menjadi risiko terjadinya di Kalbar. Selain itu bencana alam di sentra produksi pertanian dan anomali cuaca juga memiliki potensi.
"Dengan potensi yang ada tentu menjadi perhatian kita bersama terutama oleh TPID Kalbar. Kita terus melakukan mitigasi dan koordinasi sehingga tekanan harga terkendali,"kata dia.
Terkait wabah COVID, sebelumnya Agus menyebutkan bahwa wabah tersebut berdampak pada daya beli masyarakat.
"Ada penurunan daya beli masyarakat dampak wabah COVID-19 yakni di sekitar 50 persen. Daya beli turun karena memang dampak sumber pendapatan menurun karena ada PHK dan karyawan dirumahkan serta aktivitas masyarakat terbatas karena wabah COVID-19," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Angka inflasi di Kalbar pada Mei 2020 dibanding angka inflasi nasional lebih tinggi. Inflasi nasional pada Mei 2020 hanya sebesar 0,07 persen," ujar Kepala KPw BI Kalbar, Agus Chusaini di Pontianak, Rabu.
Agus menyebutkan inflasi terjadi di Kalbar berdasarkan kelompok didorong oleh kelompok transportasi dan makanan, minuman dan tembakau.
Ia menyebutkan lima komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni tarif angkutan udara dengan andil 0,19 persen, tarif rumah sakit andil sebesar 0,12 persen, daging ayam ras andil sebesar 0,06 persen, udang basah andil sebesar 0,05 persen dan rokok kretek filter sebesar 0,04 persen.
"Sedangkan untuk lima komoditas yang mengalami deflasi yakni bawang putih sebesar 0,93 persen, cabai rawit sebesar 0,03 persen, gula pasir 0,02 persen, ikan kembung 0,02 persen dan sabun detergen 0,01 persen," katanya.
Dari tiga kota di Kalbar yang dicatat tingkat inflasinya, Kota Sintang masih mengalami tekanan inflasi tertinggi yakni sebesar 0,62 persen.
"Setelah itu baru disusul Kota Pontianak sebesar 0,48 persen dan Kota Singkawang sebesar 0,36 persen," katanya.
Untuk ke depan wabah COVID-19 masih menjadi risiko terjadinya di Kalbar. Selain itu bencana alam di sentra produksi pertanian dan anomali cuaca juga memiliki potensi.
"Dengan potensi yang ada tentu menjadi perhatian kita bersama terutama oleh TPID Kalbar. Kita terus melakukan mitigasi dan koordinasi sehingga tekanan harga terkendali,"kata dia.
Terkait wabah COVID, sebelumnya Agus menyebutkan bahwa wabah tersebut berdampak pada daya beli masyarakat.
"Ada penurunan daya beli masyarakat dampak wabah COVID-19 yakni di sekitar 50 persen. Daya beli turun karena memang dampak sumber pendapatan menurun karena ada PHK dan karyawan dirumahkan serta aktivitas masyarakat terbatas karena wabah COVID-19," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020