Pemerintah Kota Pontianak, mengajak masyarakat kota itu untuk menanam cabai di pekarangan masing-masing, sehingga tidak perlu  membeli cabai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

"Apalagi komoditas cabai ini kerap menjadi penyumbang inflasi setiap bulannya," kata Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Senin.

Menurutnya, harga cabai rawit di pasaran saat ini mulai melonjak naik, di kisaran Rp39.000 hingga Rp43.000 per kilogram. Namun apabila stok cabai di pasaran persediaannya mencukupi, diyakini harga cabai bisa stabil dan terkendali.

"Apalagi cabai ini tidak bisa bertahan lama, yakni maksimum empat hari," ujarnya.

Edi berharap ada daerah di Provinsi Kalbar yang bisa menjadi sentra produksi pertanian termasuk tanaman cabai, apalagi secara umum di Kalbar ada beberapa komoditas yang cocok untuk ditanami.

"Sehingha hanya tinggal bagaimana sistem penanaman dan pendistribusiannya saja," katanya.

Adanya pasokan cabai sebanyak 12 ton yang akan didistribusikan di wilayah Kalbar oleh Pemprov Kalbar melalui Perusda Aneka Usaha, dirinya menyambut baik karena sebagai upaya dalam menstabilkan harga cabai di pasaran supaya tidak terjadi inflasi yang tinggi. "Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjaga harga kebutuhan pokok," ujarnya.

Saat ini, kata dia, geliat pasar sudah mulai menunjukkan peningkatan pada sejumlah komoditas, hal ini dibuktikan dengan beberapa komoditas yang meningkat harganya, apalagi pada saat ini cuaca musim hujan.

Ia berharap dengan langkah yang dilakukan Pemprov Kalbar itu bisa terus berlanjut sehingga beberapa komoditas di Kota Pontianak yang harganya melambung tinggi bisa distabilkan. "Supaya kita bisa mengendalikan inflasi di Kota Pontianak," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Kalbar Sutarmidji mengatakan, Perusda Aneka Usaha sekarang ini dimintanya untuk memasok cabai bekerjasama dengan distributor dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dilakukan agar Perusda Aneka Usaha berkembang dalam melakukan usahanya.

"Dari pada Perusda menggeluti usaha berskala kecil saja, ada baiknya melakukan kegiatan usaha seperti ini untuk membantu pemerintah daerah menstabilkan harga pangan," katanya.

Dikatakannya, kebutuhan cabai di Kalbar sekitar 1.500 ton per bulan, sementara produksi cabai lokal sekitar 300-400 ton per bulan. Hal itu membuat harga cabai fluktuatif dan kerap menjadi penyumbang inflasi di daerah ini.

Ia menilai, kalau dilihat dari sistem kuadran, cabai selalu berada di kuadran pertama penyebab inflasi, padahal seharusnya masuk ke kuadran keempat. "Sehingga tidak menjadi penyumbang inflasi setiap bulannya," kata Sutarmidji.

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020