Pemerintah Provinsi Kalbar terus berbenah agar sektor pertanian bisa digarap dengan maksimal dan satu di antaranya mengembangkan industri pangan sehingga swasambada dan kesejahteraan petani terwujud.
"Untuk pengembangan industri pangan atau pertanian kini kita tengah melakukan pemetaan potensi daerah. Kita terus koordinasi teknis dengan pemerintah daerah. Ini kita wujudkan," ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum di Pontianak, Minggu.
Pengembangan industri pangan menurutnya tidak mesti harus menggunakan teknologi canggih namun dengan pola manajemen dan budidaya pertanian yang terintegrasi dari hulu sampai hilir atau mulai masa pra tanam hingga setelah panen.
"Pemerintah posisinya mendampingi dan mengisi hal - hal yang masih kosong melalui program langsung," kata dia.
Untuk mewujudkan industri pangan perlu pengembangan kawasan khususnya budidaya padi. Untuk kawasan industri pertanian atau budidaya padi paling tidak butuh 2.000 hektare hamparan lahan.
"Di sana mekanisasi dengan alat mesin pertanian atau Alsintan harus dihadirkan sehingga ada efisiensi waktu dan biaya produksi. Dalam hal pasca panen untuk budidaya padi penting juga diperhatikan termasuk soal mesin penggiling dan pengemasan hasil produksi yang bisa langsung diserap pasar. Begitu juga untuk komoditas pangan lainnya, hulu dan hilir diperhatikan," jelas dia.
Ia menyebutkan saat ini luas lahan sawah saja dari 14 kabupaten atau kota di Kalbar sebagaimana penetapan Kementerian ATR/BPR yakni 242.972 hektare. Sedangkan dari sisi kelembagaan pertanian, terdapat 18.631 Kelompok Tani (Poktan).
"Jika antara potensi atau luas tanam dan Poktan yang ada dengan maksimal dikelola maka swasambada dan kesejahteraan petani tidak mustahil dicapai. Saat ini beras Kalbar secara kumulatif hingga Juni 2020 surplus mencapai 107.106 ton," kata dia.
Dalam industri pertanian dan budidaya padi oleh masyarakat, dukungan akan sarana prasarana produksi tentu menjadi perhatian. Melalui komitmennya dan program kerja, ke depan beberapa hal terus dibenahi.
Ia menyebutkan yang menjadi sorotan adalah soal intensifikasi pertanian dan peningkatan produktivitas.
"Intensifikasi sangat perlu dan dengan lahan yang ada saja akan bisa dimaksimalkan produksi padi di Kalbar. Belum lagi indeks menanam ditingkatkan, semula satu tahun sekali menjadi dua dan bahkan tiga kali," kata dia.
Untuk peningkatan produktivitas tentu butuh benih unggul. Saat ini memang penggunaan benih unggul oleh petani Kalbar baru mencapai 40 persen. Oleh karena itu menurut Alumni Universitas Tanjungpura Pontianak tersebut menjadi perhatiannya ke depan bagaimana petani Kalbar semua menggunakan benih unggul.
Penggunaan dan pemanfaatan Alsitan oleh petani juga terus didorong. Sehingga efektif dan efisien dalam bertani hadir. Transfer ilmu dari penyuluh ke petani juga penting sehingga petani terampil baik dalam pemanfaatan Alsintan maupun bertani secara umum.
Sarana dan prasarana serta iklim dalam peningkatan produksi pertanian juga menjadi hal penting. Pemenuhan prasarana dan sarana bisa didorong melalui program pemerintah baik dari APBN maupun APBD.
"Jika produktivitas tinggi tentu juga berkorelasi pada peningkatan petani. Petani kemudian sejahtera yang diukur dengan nilai tukar petani. Catatan BPS nilai tukar petani di Kalbar sudah di atas 100 poin. Sejauh ini produktivitas padi di Kalbar bahkan sudah ada capai 8 ton per hektare. Namun kalau rata - rata di lapangan sekitar 3 ton per hektare," jelas pria yang suka berolahraga sepeda.
Terkait Hari Krida Pertanian 21 Juni 2020 sebagai wujud apresiasi kepada para petani dan insan pertanian, ia mengajak semua untuk meningkatkan produktivitas hasil panen.
"Penting juga ada percepatan pertanaman dalam pencapaian target masa tanam kedua tahun 2020 untuk mewujudkan swasembada pangan di Kalbar tahun,"kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Untuk pengembangan industri pangan atau pertanian kini kita tengah melakukan pemetaan potensi daerah. Kita terus koordinasi teknis dengan pemerintah daerah. Ini kita wujudkan," ujar Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Florentinus Anum di Pontianak, Minggu.
Pengembangan industri pangan menurutnya tidak mesti harus menggunakan teknologi canggih namun dengan pola manajemen dan budidaya pertanian yang terintegrasi dari hulu sampai hilir atau mulai masa pra tanam hingga setelah panen.
"Pemerintah posisinya mendampingi dan mengisi hal - hal yang masih kosong melalui program langsung," kata dia.
Untuk mewujudkan industri pangan perlu pengembangan kawasan khususnya budidaya padi. Untuk kawasan industri pertanian atau budidaya padi paling tidak butuh 2.000 hektare hamparan lahan.
"Di sana mekanisasi dengan alat mesin pertanian atau Alsintan harus dihadirkan sehingga ada efisiensi waktu dan biaya produksi. Dalam hal pasca panen untuk budidaya padi penting juga diperhatikan termasuk soal mesin penggiling dan pengemasan hasil produksi yang bisa langsung diserap pasar. Begitu juga untuk komoditas pangan lainnya, hulu dan hilir diperhatikan," jelas dia.
Ia menyebutkan saat ini luas lahan sawah saja dari 14 kabupaten atau kota di Kalbar sebagaimana penetapan Kementerian ATR/BPR yakni 242.972 hektare. Sedangkan dari sisi kelembagaan pertanian, terdapat 18.631 Kelompok Tani (Poktan).
"Jika antara potensi atau luas tanam dan Poktan yang ada dengan maksimal dikelola maka swasambada dan kesejahteraan petani tidak mustahil dicapai. Saat ini beras Kalbar secara kumulatif hingga Juni 2020 surplus mencapai 107.106 ton," kata dia.
Dalam industri pertanian dan budidaya padi oleh masyarakat, dukungan akan sarana prasarana produksi tentu menjadi perhatian. Melalui komitmennya dan program kerja, ke depan beberapa hal terus dibenahi.
Ia menyebutkan yang menjadi sorotan adalah soal intensifikasi pertanian dan peningkatan produktivitas.
"Intensifikasi sangat perlu dan dengan lahan yang ada saja akan bisa dimaksimalkan produksi padi di Kalbar. Belum lagi indeks menanam ditingkatkan, semula satu tahun sekali menjadi dua dan bahkan tiga kali," kata dia.
Untuk peningkatan produktivitas tentu butuh benih unggul. Saat ini memang penggunaan benih unggul oleh petani Kalbar baru mencapai 40 persen. Oleh karena itu menurut Alumni Universitas Tanjungpura Pontianak tersebut menjadi perhatiannya ke depan bagaimana petani Kalbar semua menggunakan benih unggul.
Penggunaan dan pemanfaatan Alsitan oleh petani juga terus didorong. Sehingga efektif dan efisien dalam bertani hadir. Transfer ilmu dari penyuluh ke petani juga penting sehingga petani terampil baik dalam pemanfaatan Alsintan maupun bertani secara umum.
Sarana dan prasarana serta iklim dalam peningkatan produksi pertanian juga menjadi hal penting. Pemenuhan prasarana dan sarana bisa didorong melalui program pemerintah baik dari APBN maupun APBD.
"Jika produktivitas tinggi tentu juga berkorelasi pada peningkatan petani. Petani kemudian sejahtera yang diukur dengan nilai tukar petani. Catatan BPS nilai tukar petani di Kalbar sudah di atas 100 poin. Sejauh ini produktivitas padi di Kalbar bahkan sudah ada capai 8 ton per hektare. Namun kalau rata - rata di lapangan sekitar 3 ton per hektare," jelas pria yang suka berolahraga sepeda.
Terkait Hari Krida Pertanian 21 Juni 2020 sebagai wujud apresiasi kepada para petani dan insan pertanian, ia mengajak semua untuk meningkatkan produktivitas hasil panen.
"Penting juga ada percepatan pertanaman dalam pencapaian target masa tanam kedua tahun 2020 untuk mewujudkan swasembada pangan di Kalbar tahun,"kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020