Sebanyak 61 rumah warga di Kecamatan Kayan Hulu, wilayah Sintang Kalimantan Barat hanyut terseret banjir, sedangkan ribuan rumah lainnya masih terendam banjir dengan kedalaman mencapai dua meter.
" Air naik dengan cepat dan aliran sungai sangat deras, akibatnya asa 61 rumah hanyut dan 4.007 kepala keluarga rumahnya masih terendam," kata Camat Kayan Hulu, Yelmanus, di Sintang, Kalimantan Barat, Selasa.
Disampaikan Yelmanus, banjir besar terjadi sejak Sabtu (11/7) lalu, selain rumah warga hanyut fasilitas umum lainnya mengalami rusak berat bahkan ada juga jembatan putus. " PLN sejak 10 Juli sudah tidak nyala, bahkan mesinnya terendam banjir. Mudah - mudahan PLN Ranting Sintang segera bisa memperbaiki mesin. Rumah mesin PLN terendam banjir sampai ke atap," kata Yelmanus.
Hal senada dikatakan Tumenggung Adat Desa Lintang Tambuk, Zakaria menjelaskan jembatan gantung di desanya putus dan hanyut setelah dihantam banjir besar pada Sabtu, (11/7) sekitar pukul 09.00 WIB.
"Terdengar suara gemuruh, ternyata jembatan gantung kami sudah putus dan hanyut. Jembatan gantung ini dibangun tahun 2002 yang lalu. Artinya umurnya sudah 18 tahun. Keberadaan jembatan tersebut sangat penting karena menghubungkan transportasi warga kami ke pusat Kecamatan Kayan Hulu," kata Zakaria.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sintang, Bernard Saragih mengatakan, ada enam kecamatan di Kabupaten Sintang yang terkena banjir, yakni Ambalau, Serawai, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Dedai, dan Kecamatan Sintang.
Data sementara sebanyak 58 desa yang terendam dan di Kecamatan Kayan Hulu, satu jembatan gantung roboh dan satu steigher hanyut. Di Kecamatan Ambalau satu steigher hanyut. "Di Serawai banjir disertai longsor," terang Bernard Saragih.
Dikatakan dia, sejak Jumat (10/7) Pemkab Sintang sudah menetapkan status tanggap darurat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Sintang nomor 360/543/KEP-BPBD/2020 Tentang penetapan status tanggap darurat bencana alam banjir, angin puting beliung dan longsor di Kabupaten Sintang.
Kondisi banjir mulai bergerak ke hilir, dan Camat Dedai sudah melaporkan ada warganya yang terdampak. Sementara itu, Wakil Bupati Sintang Askiman sudah meninjau rumah warga yang bergeser dan roboh di beberapa desa. Ada juga sekolah yang terendam banjir.
"Saya minta BPBD, Dinas Perkim, Dinas PU untuk menyiapkan langkah rekonstruksi terhadap kerusakan akibat banjir ini. Ada juga sekolah yang terendam banjir," kata Askiman.
Selain itu, Askiman juga memberikan bantuan sembako untuk dapur umum bagi sembilan desa yang berada di jalur sungai Kayan di Kecamatan Kayan Hulu. Saat berada di Nanga Tebidah, Wakil Bupati Sintang meminta Pemerintah Kecamatan Kayan Hulu dan warga Nanga Tebidah untuk gotong royong membangun ulang rumah sederhana milik Anselmus Sulaiman.
"Kasihan kalau mereka harus menginap di lanting yang dikasih terpal," kata Askiman saat meninjau lanting keluarga Anselmus Sulaiman yang juga merupakan korban banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
" Air naik dengan cepat dan aliran sungai sangat deras, akibatnya asa 61 rumah hanyut dan 4.007 kepala keluarga rumahnya masih terendam," kata Camat Kayan Hulu, Yelmanus, di Sintang, Kalimantan Barat, Selasa.
Disampaikan Yelmanus, banjir besar terjadi sejak Sabtu (11/7) lalu, selain rumah warga hanyut fasilitas umum lainnya mengalami rusak berat bahkan ada juga jembatan putus. " PLN sejak 10 Juli sudah tidak nyala, bahkan mesinnya terendam banjir. Mudah - mudahan PLN Ranting Sintang segera bisa memperbaiki mesin. Rumah mesin PLN terendam banjir sampai ke atap," kata Yelmanus.
Hal senada dikatakan Tumenggung Adat Desa Lintang Tambuk, Zakaria menjelaskan jembatan gantung di desanya putus dan hanyut setelah dihantam banjir besar pada Sabtu, (11/7) sekitar pukul 09.00 WIB.
"Terdengar suara gemuruh, ternyata jembatan gantung kami sudah putus dan hanyut. Jembatan gantung ini dibangun tahun 2002 yang lalu. Artinya umurnya sudah 18 tahun. Keberadaan jembatan tersebut sangat penting karena menghubungkan transportasi warga kami ke pusat Kecamatan Kayan Hulu," kata Zakaria.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sintang, Bernard Saragih mengatakan, ada enam kecamatan di Kabupaten Sintang yang terkena banjir, yakni Ambalau, Serawai, Kayan Hulu, Kayan Hilir, Dedai, dan Kecamatan Sintang.
Data sementara sebanyak 58 desa yang terendam dan di Kecamatan Kayan Hulu, satu jembatan gantung roboh dan satu steigher hanyut. Di Kecamatan Ambalau satu steigher hanyut. "Di Serawai banjir disertai longsor," terang Bernard Saragih.
Dikatakan dia, sejak Jumat (10/7) Pemkab Sintang sudah menetapkan status tanggap darurat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Sintang nomor 360/543/KEP-BPBD/2020 Tentang penetapan status tanggap darurat bencana alam banjir, angin puting beliung dan longsor di Kabupaten Sintang.
Kondisi banjir mulai bergerak ke hilir, dan Camat Dedai sudah melaporkan ada warganya yang terdampak. Sementara itu, Wakil Bupati Sintang Askiman sudah meninjau rumah warga yang bergeser dan roboh di beberapa desa. Ada juga sekolah yang terendam banjir.
"Saya minta BPBD, Dinas Perkim, Dinas PU untuk menyiapkan langkah rekonstruksi terhadap kerusakan akibat banjir ini. Ada juga sekolah yang terendam banjir," kata Askiman.
Selain itu, Askiman juga memberikan bantuan sembako untuk dapur umum bagi sembilan desa yang berada di jalur sungai Kayan di Kecamatan Kayan Hulu. Saat berada di Nanga Tebidah, Wakil Bupati Sintang meminta Pemerintah Kecamatan Kayan Hulu dan warga Nanga Tebidah untuk gotong royong membangun ulang rumah sederhana milik Anselmus Sulaiman.
"Kasihan kalau mereka harus menginap di lanting yang dikasih terpal," kata Askiman saat meninjau lanting keluarga Anselmus Sulaiman yang juga merupakan korban banjir.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020