Badan Restorasi Gambut (BRG) menggandeng kelompok masyarakat di sejumlah daerah di Tanah Air untuk mengembangkan perkebunan sagu sebagai salah satu upaya menjaga ketahanan pangan nasional.

"Salah satu kerja sama tersebut yaitu penanaman 24 ribu batang sagu di lahan seluas 100 hektare di Kabupaten Kepulauan Meranti, Kepulauan Riau," kata Ketua Kelompok Kerja Restorasi Wilayah Sumatera BRG Soesilo Indrarto melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Lahan perkebunan sagu tersebut dikembangkan di empat desa di Kecamatan Meranti yakni Desa Mayang Sari, Desa Mekar Sari, Desa Bagan Melibur, dan Desa Sungai Anak Kamal.

"Memang daerah itu punya potensi sagu, tapi tidak digali. Kita ingin membantu, diversifikasi produk hanya secara lokal hanya dijadikan makanan sagu," ujar Soesilo.

Dia mengatakan, sagu cocok ditanam di lahan gambut basah dan tidak perlu pengeringan lahan, yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan.

"Kalau di situ masyarakat sudah senang merasa menguntungkan menanam komoditas sagu itu, dengan sendirinya menjaga kebasahan lahan itu," kata dia.

Soesilo mengatakan penanaman sagu juga berhubungan dengan proses pengembangan pakan ternak berbahan sagu. Pakan ternak yang dikembangkan ini menggunakan sagu parut kering atau sapuring sehingga diharapkan sagu dapat memenuhi penyediaan sapuring.

Pada Agustus 2020, lanjut dia, tim melakukan pengujian ransum pakan ternak berbahan sagu ini ke ayam, sapi, itik, dan lainnya dengan membuat demonstrasi plot (demplot) yang diharapkan uji ransum ini bisa sesuai dengan kebutuhan ternak.

Kepala Desa Bagan Berlibur Isnadi mengatakan sapuring ini rencananya dikelola BUMDes dan pemasarannya hingga ke Kepulauan Riau, Tanjung Pinang, Batam, dan Bintan.

Melihat potensi ini, lanjut dia, warga terpacu dalam penanaman bibit sagu di lahan gambut seluas 100 hektare ini.

Menurut dia, penanaman sagu juga bermanfaat untuk mengawasi sumber api, karena kawasan gambut di Kecamatan Meranti dikenal rawan kebakaran.

Koordinator Pokmas Mekar Sari Junaedi mengatakan program kerja sama BRG dan masyarakat ini membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. Beberapa orang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia bisa kembali mencari nafkah di desa tempat asal mereka melalui program ini.

Menurut Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Ide Agung, pemanfaatan sagu sebagai tanaman untuk ketahanan pangan merupakan langkah strategis.

"Sagu adaptif terhadap perubahan iklim dan juga penyelamat pangan di masa depan," katanya.

Indonesia, kata dia, memiliki potensi sagu terbesar di dunia yang mencapai 5,5 juta hektare dari total 6,5 juta hektare lahan sagu dunia.
Baca juga: Cegah Resiko Kanker Kolon Dengan Mengkonsumsi Sagu
 

Pewarta: Subagyo

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020