Lima mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak dari lintas fakultas memanfaatkan limbah kulit pisang menjadi filter karbon aktif sebagai satu di antara bahan baku untuk membuat masker yang bebas polusi.
Berkat karyanya, Lestia Wahyuni sebagai ketua kelompok dari Fakultas Kedokteran, Vanie dan Dian Novita dari fakultas yang sama, Sendi Fadrul Rahman dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Tivany Belancia dari Fakultas Teknik mengantarkan mereka masuk nominasi dalam Lomba Masker Kreatif Pontianak 2020.
"Jadi konsep masker kami itu memadukan filter karbon aktif yang kami buat dari limbah kulit pisang dengan masker kain pada umumnya. Namun, yang membuat konsep kami beda dari yang lain yaitu kami memadukan desain masker dengan kain khas melayu Kalbar yaitu kain tenun corak insang dengan sedikit tambahan manik manik agar lebih estetik," ujar Lestia Wahyuni di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan produk yang diberi nama Protilusi (Produk Anti Polusi) yang memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai karbon aktif sebagai upaya untuk mengurangi limbah terutama kulit pisang di Pontianak. Hal itu karena banyak sekali pedagang pisang goreng tradisional bahkan pisang goreng kekinian yang selama ini hanya membuang begitu saja limbah kulit pisang tanpa diolah lebih lanjut .
"Manfaat filter karbon aktif di masker ini sebagai penyaring polusi. Selain itu, masker ini kami buat dengan dua lapis kain ditambah satu filter karbon aktif di dalamnya. Diharapkan juga bisa digunakan sebagai upaya pencegahan COVID-19 karena juga berfungsi sebagai antidroplet, "kata dia.
Selain sebagai inovasi pemanfaatan limbah sebagai karbon aktif, pihaknya juga mengharapkan dengan masker tersebut, kain khas Kalbar yaitu corak insang lebih dikenal masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat Kalbar khususnya dengan desain yang kekinian.
"Tantangan dalam pembuatan masker yaitu pembuatan karbon yang harus melewati beberapa tahap sampai jadi karbon aktif . Lalu mencari bahan dengan kualitas yang baik dan nyaman digunakan. Oleh karena itu, agar kualitas masker yang dibuat baik kami juga bekerja sama dengan penjahit Iphelamoda yg membantu dalam proses penjahitan masker,"jelasnya.
Terkait masker yang dibutuhkan masyarakat secara umum saat ini menurutnya masker yang mampu membantu dalam menyaring polusi dan yang paling utama adalah masker yg dapat mencegah penularan COVID-19.
"Masker wajib kita gunakan setiap hari, tentunya desain masker yang trendi juga sangat diperlukan agar meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri agar tetap terlihat kekinian," jelasnya.
Selaku mahasiswa dan perwakilan suara anak muda zaman sekarang menurutnya masker sangat penting digunakan apalagi di saat pandemi COVID-19 ini.
"Untuk itu mari bersama kita jadikan masker sebagai kebiasaan dan jangan lupa untuk menggunakan masker setiap keluar rumah. Hal ini penting untuk menjaga diri sendiri dan orang lain," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Berkat karyanya, Lestia Wahyuni sebagai ketua kelompok dari Fakultas Kedokteran, Vanie dan Dian Novita dari fakultas yang sama, Sendi Fadrul Rahman dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Tivany Belancia dari Fakultas Teknik mengantarkan mereka masuk nominasi dalam Lomba Masker Kreatif Pontianak 2020.
"Jadi konsep masker kami itu memadukan filter karbon aktif yang kami buat dari limbah kulit pisang dengan masker kain pada umumnya. Namun, yang membuat konsep kami beda dari yang lain yaitu kami memadukan desain masker dengan kain khas melayu Kalbar yaitu kain tenun corak insang dengan sedikit tambahan manik manik agar lebih estetik," ujar Lestia Wahyuni di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan produk yang diberi nama Protilusi (Produk Anti Polusi) yang memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai karbon aktif sebagai upaya untuk mengurangi limbah terutama kulit pisang di Pontianak. Hal itu karena banyak sekali pedagang pisang goreng tradisional bahkan pisang goreng kekinian yang selama ini hanya membuang begitu saja limbah kulit pisang tanpa diolah lebih lanjut .
"Manfaat filter karbon aktif di masker ini sebagai penyaring polusi. Selain itu, masker ini kami buat dengan dua lapis kain ditambah satu filter karbon aktif di dalamnya. Diharapkan juga bisa digunakan sebagai upaya pencegahan COVID-19 karena juga berfungsi sebagai antidroplet, "kata dia.
Selain sebagai inovasi pemanfaatan limbah sebagai karbon aktif, pihaknya juga mengharapkan dengan masker tersebut, kain khas Kalbar yaitu corak insang lebih dikenal masyarakat luas pada umumnya dan masyarakat Kalbar khususnya dengan desain yang kekinian.
"Tantangan dalam pembuatan masker yaitu pembuatan karbon yang harus melewati beberapa tahap sampai jadi karbon aktif . Lalu mencari bahan dengan kualitas yang baik dan nyaman digunakan. Oleh karena itu, agar kualitas masker yang dibuat baik kami juga bekerja sama dengan penjahit Iphelamoda yg membantu dalam proses penjahitan masker,"jelasnya.
Terkait masker yang dibutuhkan masyarakat secara umum saat ini menurutnya masker yang mampu membantu dalam menyaring polusi dan yang paling utama adalah masker yg dapat mencegah penularan COVID-19.
"Masker wajib kita gunakan setiap hari, tentunya desain masker yang trendi juga sangat diperlukan agar meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri agar tetap terlihat kekinian," jelasnya.
Selaku mahasiswa dan perwakilan suara anak muda zaman sekarang menurutnya masker sangat penting digunakan apalagi di saat pandemi COVID-19 ini.
"Untuk itu mari bersama kita jadikan masker sebagai kebiasaan dan jangan lupa untuk menggunakan masker setiap keluar rumah. Hal ini penting untuk menjaga diri sendiri dan orang lain," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020