Perusahaan swasta PT Kalindo Inti Sejahtera (KIS) tertarik menanamkan modal industri gula di Sambas, Kalimantan Barat, dengan nilai Rp1,6 triliun.

“Ada potensi besar dari investasi tersebut tidak hanya keuntungan semata akan tetapi juga dalam rangka menyukseskan program pemerintah di bidang ketahanan pangan. Apalagi gula adalah komoditas strategis,” ujar Direktur Utama KIS Dony Rimba di Pontianak, Sabtu.

Ia menambahkan pihaknya telah melakukan penandatanganan nota kesepakatan dengan Gubernur Kalbar Sutarmidji terkait investasi tersebut.

“Kita juga telah mengajukan kerja sama lahan dengan pemerintah daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup seluas 19.700 hektare. Lahan tersebut akan ditanami tebu. Selain itu akan membangun pabrik pengolahan dari tebu menjadi gula kristal putih dan produk lainnya,” kata dia.

Terkait kepastian soal luas lahan saat ini pihaknya masih menunggu dari kementerian. Untuk itu dalam nilai investasi secara detail masih menghitung berapa yang harus dikeluarkan.

“Hal itu karena harus ada perlakukan khusus, mengingat jenis tanahnya dan iklim di kita yang curah hujannya tinggi. Tetapi perkiraan kami sekitar Rp1,6 triliun,” jelas dia.

Ia sendiri tidak memungkiri, investasi di sektor gula sangat berisiko. Pasalnya yang sudah ada sekarang, produksi gula dalam negeri terbilang rendah apabila dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Sehingga pemerintah terpaksa melakukan impor. Selain itu jenis tanah dan iklim sangat mempengaruhi hasil panen. Pihaknya terus mencari informasi dan meneliti tentang calon lokasi kebun tersebut.

“Masalah gula ini sangat kompleks karena kita perlu teknologi tertentu untuk pengolahan tanah. Begitu juga curah hujan yang tinggi dan musim kering yang tidak konstan, serta persoalan lainnya. Kami akan memakai konsultan dari Inggris di bidang ini. Mereka sudah berpengalaman 55 tahun dan bekerja di lebih 100 negara. Nanti kita lihat apa yang mereka temukan dan solusinya,” ungkap dia.

Menurut dia, ke depan ketahanan pangan, utamanya komoditas gula, sangat penting untuk dijaga. Menurutnya Kalbar sendiri kebutuhan gula diperkirakan 5.000 ton per bulan. Hampir seluruhnya didatangkan dari luar. Jika menggunakan harga eceran Rp12.500 per kilogram, maka uang yang keluar dari provinsi ini untuk gula pasir saja tembus Rp62,5 miliar - Rp750 miliar per tahun.

Sebelumnya, Gubernur Kalbar Sutarmidji mendukung penuh rencana investasi tersebut dan ia memerintahkan kepada jajarannya untuk mempercepat perizinan.

“Pelayanan publik harus dipercepat. Kalau ada kendala segera cari solusinya. Apalagi ini soal investasi. Seharusnya kalau ada yang mau berinvestasi dan membuka lapangan pekerjaan kita sambut baik,” sebut dia.

Ia juga meminta KIS turut sosialisasikan tanaman tebu kepada masyarakat. Harapannya petani lokal juga ikut menanam, sehingga ada alternatif tanaman lain, di samping tanaman yang sudah ada .

“Sehingga kita berharap pabrik juga mau menampung hasil panen tebu petani tersebut. Tujuannya agar masyarakat juga merasakan investasi yang ada dan ikut sejahtera. Adanya industri gula dapat membuat ketahanan pangan Kalbar lebih kuat. Selain itu investasi ini juga turut memicu ekonomi Kalbar,” kata dia.
 

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020