Film "Haeundae" atau "Tidal Wave" (2009) menjadi salah satu film yang diputar kembali di bioskop pada masa pandemi untuk menggairahkan kembali geliat layar lebar di Indonesia.
"Haeundae" merupakan film bertemakan drama-bencana yang mengambil latar di kota terbesar kedua di Korea Selatan, yaitu Busan, yang dilanda oleh tsunami dahsyat.
Film dibuka dengan cuplikan masa lalu tentang para pelaut, termasuk sang lakon utama, Man-sik (Sol Kyung-gu), yang menghadapi badai dan tsunami di Samudera Hindia pada tahun 2004.
Tentang bagaimana hebatnya tsunami yang melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia, membuat terpukul orang-orang yang pernah berhadapan dengan bencana alam terbesar itu.
Setelah itu, berlanjut ke pengenalan Haeundae, pantai populer yang berada di Busan dan keramaiannya. Lalu menuju para lakon utamanya, mulai dari Man-sik, dan kekasihnya Kang (Ha Ji-won).
Ada pula saudara laki-laki Kang yang bekerja sebagai penjaga pantai, lalu ada pasangan yang bercerai, yaitu Kim, seorang ahli geologi kelautan (Park Joong-hoon) dan mantan istrinya, seorang penasihat politik (Uhm Jung-hwa).
Kim menemukan fakta yang menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang mirip dengan Samudra Hindia pada saat tsunami dan menuju ke Haeundae untuk memperingatkan pihak berwenang.
Sementara itu, mega-tsunami tercipta seperti yang diramalkan Hwi dan langsung menuju ke Haeundae, ke wisatawan yang lupa menikmati hari musim panas yang damai dan panas.
Tiap tokoh memiliki ceritanya masing-masing, dan sutradara Yoon Je-kyun sepertinya berusaha memberikan latar belakang mereka dengan lengkap. Mulai dari masalah komplikasi cinta yang disebabkan oleh kerabat atau perbedaan kelas, hingga situasi yang melodramatis.
Meskipun demikian, sebagian besar karakter cukup disukai untuk menimbulkan reaksi dalam perjuangan mereka nanti. Terlebih, banyak tokoh yang cukup menggelitik dan ada pula yang menggugah simpati penonton untuk terus menyaksikan film.
Sutradara Yoon memberikan drama antarmanusia ini sebagai tulang punggung naratif film dengan durasi yang cukup lama. Kejadian tsunami pun baru datang di sepertiga lebih dari durasi film.
Namun, dengan versi baru yang dibawa CGV ke bioskop, efek visual dan suara terlihat dan terdengar memuaskan bagi penonton untuk merasakan pengalaman sinematik yang penuh.
Dengan Hans Uhlig ("The Perfect Storm", "The Day After Tomorrow") sebagai supervisor CGI, "Haeundae" mampu menghadirkan visual yang cantik dengan mengedepankan nilai lokal di Korea Selatan.
Penggabungan gelombang yang dihasilkan CGI, bangunan yang runtuh, dan objek berbahaya lainnya dengan bidikan jalanan nyata dan aktor live relatif mulus.
Sinematografinya juga cantik dengan memberikan bidikan panorama garis pantai Busan yang indah, gedung-gedung tinggi di Haeundae dan pantai-pantai yang penuh dengan pengunjung dan lautan payung.
Secara keseluruhan, "Haeundae" merupakan film yang menarik untuk disaksikan, untuk melihat bencana dari sisi humanisnya, serta didukung dengan nuansa menegangkan dan visual efek yang ciamik.
Baca juga: Peneliti BPPT ingatkan calon Ibu Kota Negara rentan 'smong'
Baca juga: Terjadi gempa Bumi di Banda Aceh pada Sabtu
Dibawakan ulang
Public Relation Manager CGV, Hariman Chalid mengatakan alasan jaringan bioskopnya membawa kembali sejumlah film lawas, termasuk "Haeundae" untuk ditayangkan kembali di CGV.
Menurut Hariman, meskipun ini merupakan film yang rilis satu dekade silam, film ini adalah salah satu film dengan pengalaman menonton maksimal jika dilakukan di bioskop.
"Meskipun film ini merupakan film lawas, tapi ini adalah salah satu film dengan cinematic experience paling bagus dan harus nonton di bioskop. Karena kalau nonton di televisi dan OTT, sepertinya kurang maksimal," kata Hariman.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pihak CGV Korea juga merekomendasikan film ini untuk ditayangkan di jaringannya di Indonesia untuk menggugah partisipasi penonton di bioskop, mengingat ini merupakan salah satu film terlaris di negara asalnya.
Film garapan CJ Entertainment ini adalah salah satu film dengan anggaran produksi termahal di Korea Selatan, dengan biaya 13 juta dolar AS. Namun, anggaran besar tersebut berbanding lurus dengan dengan lebih dari 1,5 juta penonton membanjiri bioskop selama tiga hari sejak perilisannya pada 22 Juli 2009.
"Dari Korea juga direkomen film ini untuk dityangkan di bioskop agar penonton mendapatkan feel dan efeknya. Ini juga menjadi film hits di Korea, dan dengan menonton di bioskop, bisa dimaksimalkan konten filmnya," pungkasnya.
"Haeundae" tayang di jaringan bioskop CGV mulai Jumat (20/11/2020).
Baca juga: Bengkulu diguncang gempa bumi bermagnitudo 6.9
Baca juga: Gempa 7,1 di Maluku Utara akibat subduksi lempeng Laut Filipina
Baca juga: Sinabang Aceh diguncang gempa magnitudo 5,0
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Haeundae" merupakan film bertemakan drama-bencana yang mengambil latar di kota terbesar kedua di Korea Selatan, yaitu Busan, yang dilanda oleh tsunami dahsyat.
Film dibuka dengan cuplikan masa lalu tentang para pelaut, termasuk sang lakon utama, Man-sik (Sol Kyung-gu), yang menghadapi badai dan tsunami di Samudera Hindia pada tahun 2004.
Tentang bagaimana hebatnya tsunami yang melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia, membuat terpukul orang-orang yang pernah berhadapan dengan bencana alam terbesar itu.
Setelah itu, berlanjut ke pengenalan Haeundae, pantai populer yang berada di Busan dan keramaiannya. Lalu menuju para lakon utamanya, mulai dari Man-sik, dan kekasihnya Kang (Ha Ji-won).
Ada pula saudara laki-laki Kang yang bekerja sebagai penjaga pantai, lalu ada pasangan yang bercerai, yaitu Kim, seorang ahli geologi kelautan (Park Joong-hoon) dan mantan istrinya, seorang penasihat politik (Uhm Jung-hwa).
Kim menemukan fakta yang menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang mirip dengan Samudra Hindia pada saat tsunami dan menuju ke Haeundae untuk memperingatkan pihak berwenang.
Sementara itu, mega-tsunami tercipta seperti yang diramalkan Hwi dan langsung menuju ke Haeundae, ke wisatawan yang lupa menikmati hari musim panas yang damai dan panas.
Tiap tokoh memiliki ceritanya masing-masing, dan sutradara Yoon Je-kyun sepertinya berusaha memberikan latar belakang mereka dengan lengkap. Mulai dari masalah komplikasi cinta yang disebabkan oleh kerabat atau perbedaan kelas, hingga situasi yang melodramatis.
Meskipun demikian, sebagian besar karakter cukup disukai untuk menimbulkan reaksi dalam perjuangan mereka nanti. Terlebih, banyak tokoh yang cukup menggelitik dan ada pula yang menggugah simpati penonton untuk terus menyaksikan film.
Sutradara Yoon memberikan drama antarmanusia ini sebagai tulang punggung naratif film dengan durasi yang cukup lama. Kejadian tsunami pun baru datang di sepertiga lebih dari durasi film.
Namun, dengan versi baru yang dibawa CGV ke bioskop, efek visual dan suara terlihat dan terdengar memuaskan bagi penonton untuk merasakan pengalaman sinematik yang penuh.
Dengan Hans Uhlig ("The Perfect Storm", "The Day After Tomorrow") sebagai supervisor CGI, "Haeundae" mampu menghadirkan visual yang cantik dengan mengedepankan nilai lokal di Korea Selatan.
Penggabungan gelombang yang dihasilkan CGI, bangunan yang runtuh, dan objek berbahaya lainnya dengan bidikan jalanan nyata dan aktor live relatif mulus.
Sinematografinya juga cantik dengan memberikan bidikan panorama garis pantai Busan yang indah, gedung-gedung tinggi di Haeundae dan pantai-pantai yang penuh dengan pengunjung dan lautan payung.
Secara keseluruhan, "Haeundae" merupakan film yang menarik untuk disaksikan, untuk melihat bencana dari sisi humanisnya, serta didukung dengan nuansa menegangkan dan visual efek yang ciamik.
Baca juga: Peneliti BPPT ingatkan calon Ibu Kota Negara rentan 'smong'
Baca juga: Terjadi gempa Bumi di Banda Aceh pada Sabtu
Dibawakan ulang
Public Relation Manager CGV, Hariman Chalid mengatakan alasan jaringan bioskopnya membawa kembali sejumlah film lawas, termasuk "Haeundae" untuk ditayangkan kembali di CGV.
Menurut Hariman, meskipun ini merupakan film yang rilis satu dekade silam, film ini adalah salah satu film dengan pengalaman menonton maksimal jika dilakukan di bioskop.
"Meskipun film ini merupakan film lawas, tapi ini adalah salah satu film dengan cinematic experience paling bagus dan harus nonton di bioskop. Karena kalau nonton di televisi dan OTT, sepertinya kurang maksimal," kata Hariman.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pihak CGV Korea juga merekomendasikan film ini untuk ditayangkan di jaringannya di Indonesia untuk menggugah partisipasi penonton di bioskop, mengingat ini merupakan salah satu film terlaris di negara asalnya.
Film garapan CJ Entertainment ini adalah salah satu film dengan anggaran produksi termahal di Korea Selatan, dengan biaya 13 juta dolar AS. Namun, anggaran besar tersebut berbanding lurus dengan dengan lebih dari 1,5 juta penonton membanjiri bioskop selama tiga hari sejak perilisannya pada 22 Juli 2009.
"Dari Korea juga direkomen film ini untuk dityangkan di bioskop agar penonton mendapatkan feel dan efeknya. Ini juga menjadi film hits di Korea, dan dengan menonton di bioskop, bisa dimaksimalkan konten filmnya," pungkasnya.
"Haeundae" tayang di jaringan bioskop CGV mulai Jumat (20/11/2020).
Baca juga: Bengkulu diguncang gempa bumi bermagnitudo 6.9
Baca juga: Gempa 7,1 di Maluku Utara akibat subduksi lempeng Laut Filipina
Baca juga: Sinabang Aceh diguncang gempa magnitudo 5,0
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020