Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Tanjungpura Pontianak, dr. Muhammad Asrorudin, SpM menyarankan pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan menggencarkan sosialisasi vaksinasi COVID-19 agar tidak menimbulkan kekhawatiran.

"Saat ini pemerintah sedang mempersiapkan vaksinasi COVID-19. Menurut saya yang harus dipersiapkan saat ini adalah memantapkan sosialisasi vaksin, agar masyarakat siap dan tidak takut," kata Asrorudin saat menjadi pemateri pada kegiatan webbinar yang dilaksanakn oleh KPCPEN dan Diskominfo Kalbar dengan tema Vaksin Aman, Masyarakat Sehat di Pontianak, Jumat (4/12).

Menurutnya, berdasarkan informasi di lapangan, sebagian masyarakat memang masih tidak yakin dengan vaksin yang akan diberikan, meski dari hasil survet yang dilakukan oleh Kemenkes, 60 persen masyarakat menyetujui untuk vaksinasi dan sisanya masih ragu, bahkan ada yang tidak ingin divaksin.

Menurutnya, masyarakat harus menyadari bahwa vaksinasi adalah suatu upaya pencegahan penularan penyakit ke orang-orang yang sehat sehingga semakin sedikit yang tertular dan penyebaran penyakit akan terkontrol.

"Saya sarankan masyarakat tidak perlu khawatir untuk di vaksin COVID-19 karena pemerintah melalui lembaga terpercaya tentu sudah memastikan bahwa vaksin yang akan diberikan kepada masyarakat aman digunakan," tuturnya.

Dijelaskannya, sebelum suatu vaksin di distribusikan kepada masyarakat, harus dilakukan beberapa tahapan (fase) dimana vaksin tersebut harus masuk tahap praklinis yang dilakukan pada hewan untuk menilai efikasi dan keamanan termasuk studi provokasi.

Kemudian, vaksin tersebut masuk dalam fase 1, dengan uji coba pada sukarelawan dewasa sehat dalam jumlah kecil untuk menilai keamanan vaksin.

Pada fase 2 vaksin diberikan pada sukarelawan kelompok khusus (misalnya umur tertentu) dalam jumlah lebih besar untuk menilai imunogenisitas.

"Kemudian untuk vase ke tiga vaksin diberikan pada ribuan sukarelawan untuk menilai efikasi dan keamanan vaksin, pada umumnya dilakukan multisenter. Selanjutnya pada fase ke empat dilakukan pemantauan KIPI (gejala setelah vaksinasi) pada vaksin yang telah dipergunakan secara luas," katanya.

Jadi, menurutnya sebelum vaksinasi dilakukan secara luas kepada masyarakat, terlebih dahulu dilakukan rangkaian proses ketat, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk divaksin.

"Kalau pun setelah vaksin terdapat gejala yang timbul seperti sakit dan demam ringan, itu adalah bentuk respons imunitas tubuh. Pemberian vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan sehingga hal tersebut adalah hal yang wajar terjadi setelah pemberian vaksin," tuturnya.

Asrorudin menambahkan, saat ini pemerintah sedang mempersiapkan beberapa calon vaksin yang akan digunakan untuk penanggulangan COVID-19 termasuk vaksin merah putih yang menjadi buatan Indonesia.

Di tempat yang sama, perwakilan Balai Besar POM di Pontianak, Jimmy Tessa mengatakan, pihaknya juga akan terus memaksimalkan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak khawatir terkait vaksinasi COVID-19 yang akan dilakukan oleh pemerintah, karena pihaknya akan melakukan pengawasan ketat terkait vaksin yang akan didistribusikan oleh pemerintah maupun pihak swasta.

"Yang jelas kita akan mengawasi secara ketat terkait vaksin yang beredar di tengah masyarakat sesuai dengan fungsi BPPOM. Jadi, menurut saya masyarakat tidak perlu khawatir untuk proses vaksinasi yang akan dilakukan nanti," katanya.

Baca juga: Vaksin COVID-19 AstraZeneca gunakan jaringan janin aborsi? Ini faktanya
Baca juga: Rusia akan memvaksinasi 400.000 anggota militer dengan anti COVID-19
Baca juga: Malaysia akan terima vaksin Pfizer pada kuartal pertama 2021

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020