Kepala Bidang Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Kalbar, Dony Saiful Bahri mengatakan produksi kedelai di Kalbar hanya 43 ton Biji Kering (BK).
“Sedangkan sampai dengan 31 Desember 2019 Kalbar kekurangan kedelai 40.973 ton BK. Produksi kedelai Januari Desember berdasarkan ARAM II 2020 hanya sebanyak 43 ton BK. Sehingga kumulatif kekurangan produksi kedelai hingga Desember 2020 sebanyak 40.931 ton BK,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Ia menyebutkan dengan jumlah penduduk Kalbar berdasarkan Disdukcapil 5.422.814 jiwa dan konsumsi per kapita per tahun berdasarkan Susenas 7,65 kilogram, maka kebutuhan kedelai di Kalbar pada tahun 2020 sebanyak 41.485 ton BK.
Baca juga: Agar harga tidak mahal, pembuat tempe di Pontianak kurangi bobot
“Hingga 31 Desember 2020 Kalbar masih kekurangan kedelai sebanyak 82.416 ton BK,” kata dia
Ia menjelaskan bahwa penurunan produksi kedelai di Provinsi Kalbar pada tahun 2020 disebabkan minimnya dukungan kegiatan dari bantuan pemerintah.
Bantuan pemerintah untuk pengembangan kedelai tahun 2020 di Kalbar hanya berupa Pengembangan Petani Produsen Benih Kedelai (P3BK) seluas 10 hektare dari APBN TP Provinsi, dan pengembangan sentra kedelai seluas 15 hektare dari APBD Provinsi.
Pengembangan kedelai monokultur seluas 1.000 ha dari APBN TP dipangkas akibat pandemi COVID-19.
“Untuk pengembangan kedelai secara swadaya terkendala pandemi COVID-19. Sehingga sebagian petani merasa khawatir beraktivitas di lapangan, bahkan terdapat daerah yang pada tahun 2019 ada pertanaman menjadi tidak ada pertanaman kedelai pada tahun 2020,” jelas dia.
Baca juga: Petani Kalbar jangan ragu tanam kedelai
Terkait upaya peningkatan produksi dalam rangka swasembada kedelai di ditempuh dengan beberapa strategi di antaranya menjamin kepastian pemasaran hasil terutama pada daerah sentra baru.Menurutnya di samping membangun subsistem hulu, pemerintah perlu juga menata subsistem hilir.
“Pertu regulasi dalam menetapkan harga kedelai BK, sehingga petani tidak menjual hasil dalam bentuk panen muda (kacang bulu). Petani menjual kedelai dalam bentuk kacang bulu karena pendapatan relatif sama dengan menjual BK. Bahkan petani lebih diuntungkan karena umur panen yang singkat. Kita terus melakukan sosialisasi teknologi inovatif usaha tani kedelai terutama pada areal penumbuhan baru agar budidaya dilaksanakan sesuai SOP,” jelas dia.
Menurutnya, Kalbar sangat perlu daerah penumbuhan baru karena masih terdapat sekitar 600.000 hektare lahan kering berupa tegalan yang belum dimanfaatkan.
“Sejauh ini sentra utama kedelai di Kalbar masih Kabupaten Sambas yang tersebar di Kecamatan Tangaran, Jawai, Jawai Selatan, dan Teluk Keramat. Sedangkan daerah penumbuhan baru hanya Kabupaten Sintang di Kecamatan Sepauk,” jelas dia.
Baca juga: Bupati Panen Kedelai Di Simpang Empat
Baca juga: Shaklee Hadirkan Minuman Kedelai Rasa Coklat
Baca juga: Kubu Raya Kembangkan Pertanian Jagung Dan Kedelai
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Sedangkan sampai dengan 31 Desember 2019 Kalbar kekurangan kedelai 40.973 ton BK. Produksi kedelai Januari Desember berdasarkan ARAM II 2020 hanya sebanyak 43 ton BK. Sehingga kumulatif kekurangan produksi kedelai hingga Desember 2020 sebanyak 40.931 ton BK,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Ia menyebutkan dengan jumlah penduduk Kalbar berdasarkan Disdukcapil 5.422.814 jiwa dan konsumsi per kapita per tahun berdasarkan Susenas 7,65 kilogram, maka kebutuhan kedelai di Kalbar pada tahun 2020 sebanyak 41.485 ton BK.
Baca juga: Agar harga tidak mahal, pembuat tempe di Pontianak kurangi bobot
“Hingga 31 Desember 2020 Kalbar masih kekurangan kedelai sebanyak 82.416 ton BK,” kata dia
Ia menjelaskan bahwa penurunan produksi kedelai di Provinsi Kalbar pada tahun 2020 disebabkan minimnya dukungan kegiatan dari bantuan pemerintah.
Bantuan pemerintah untuk pengembangan kedelai tahun 2020 di Kalbar hanya berupa Pengembangan Petani Produsen Benih Kedelai (P3BK) seluas 10 hektare dari APBN TP Provinsi, dan pengembangan sentra kedelai seluas 15 hektare dari APBD Provinsi.
Pengembangan kedelai monokultur seluas 1.000 ha dari APBN TP dipangkas akibat pandemi COVID-19.
“Untuk pengembangan kedelai secara swadaya terkendala pandemi COVID-19. Sehingga sebagian petani merasa khawatir beraktivitas di lapangan, bahkan terdapat daerah yang pada tahun 2019 ada pertanaman menjadi tidak ada pertanaman kedelai pada tahun 2020,” jelas dia.
Baca juga: Petani Kalbar jangan ragu tanam kedelai
Terkait upaya peningkatan produksi dalam rangka swasembada kedelai di ditempuh dengan beberapa strategi di antaranya menjamin kepastian pemasaran hasil terutama pada daerah sentra baru.Menurutnya di samping membangun subsistem hulu, pemerintah perlu juga menata subsistem hilir.
“Pertu regulasi dalam menetapkan harga kedelai BK, sehingga petani tidak menjual hasil dalam bentuk panen muda (kacang bulu). Petani menjual kedelai dalam bentuk kacang bulu karena pendapatan relatif sama dengan menjual BK. Bahkan petani lebih diuntungkan karena umur panen yang singkat. Kita terus melakukan sosialisasi teknologi inovatif usaha tani kedelai terutama pada areal penumbuhan baru agar budidaya dilaksanakan sesuai SOP,” jelas dia.
Menurutnya, Kalbar sangat perlu daerah penumbuhan baru karena masih terdapat sekitar 600.000 hektare lahan kering berupa tegalan yang belum dimanfaatkan.
“Sejauh ini sentra utama kedelai di Kalbar masih Kabupaten Sambas yang tersebar di Kecamatan Tangaran, Jawai, Jawai Selatan, dan Teluk Keramat. Sedangkan daerah penumbuhan baru hanya Kabupaten Sintang di Kecamatan Sepauk,” jelas dia.
Baca juga: Bupati Panen Kedelai Di Simpang Empat
Baca juga: Shaklee Hadirkan Minuman Kedelai Rasa Coklat
Baca juga: Kubu Raya Kembangkan Pertanian Jagung Dan Kedelai
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021