Perum Bulog Kalbar menargetkan penyerapan beras petani lokal baik untuk komersial maupun kewajiban pelayanan publik pada tahun 2021 ini sebanyak 8.500 ton.
"Pengadaan beras komersil sudah ada penyerapan yakni sebesar 700 ton. Sedangkan Public Service Obligation (PSO) atau kewajiban pelayanan publik belum ada," ujar Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalbar, M. Rizal Mulyawan Latief di Pontianak, Jumat.
Terkait stok beras, Rizal memastikan stok masih aman. Begitu juga tentang harga pihaknya terus memantau agar harga tetap terkendali.
"Stok beras cukup dan harga juga masih stabil atau aman-aman saja. Harga tidak ada kenaikan atau penurunan untuk daerah Kalbar khususnya Pontianak,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Bulog menganut sistem fleksibel stok, sehingga dapat dipastikan tidak akan kekurangan stok beras.
"Jika stok beras di Kalbar habis, tidak perlu khawatir karena kita masih bisa minta dari Jawa, Sumatera Selatan, Kalteng dan lainnya untuk ketersediaan tersebut. Itu karena kita menganut sistem fleksibel stok," jelasnya.
Ia menjelaskan, Bulog mengikuti ketentuan harga yang ada sebagaimana telah ditetapkan oleh Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah atau beras.
“Kemudian upaya yang telah dilakukannya dengan menggunakan Rencana Program Kerja (RPK) dengan memberikan instrumen Bulog di dalam mengendalikan harga dari Dinas Pangan agar tetap stabil. Selanjutnya kami mengatasinya dengan sistem Ketersediaan Pangan dan Stabilitas Harga (KPSH)," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat produksi padi tahun 2020 di Kalbar sebesar 778,17 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) dari luas panen padi sebesar 256,58 ribu hektare.
"Luas panen padi 2020 di Kalbar menurun sebanyak 33,47 ribu hektar atau 11,54 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 290,05 ribu hektare. Hal itu berpengaruh juga pada produksi padi pada 2020 hanya 778,17 ribu ton GKG, menurun sebanyak 69,70 ribu ton atau 8,22 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 847,88 ribu ton GKG," ujar Moh. Wahyu Yulianto.
Ia menjelaskan bahwa produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada Maret yaitu sebesar 158,22 ribu ton. Sementara produksi terendah terjadi pada Desember 2020 yaitu 188,87 ribu ton. Tiga kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2020 adalah Sambas sebesar 150.222 ton, Kubu Raya sebesar 107. 589 ton dan Ketapang sebesar 103 765 ton.
"Sedangkan untuk tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah adalah Kota Pontianak dengan produksi sebesar 713 ton, Melawi sebesar 9.825 ton, dan Kota Singkawang sebesar 13.791," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Pengadaan beras komersil sudah ada penyerapan yakni sebesar 700 ton. Sedangkan Public Service Obligation (PSO) atau kewajiban pelayanan publik belum ada," ujar Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalbar, M. Rizal Mulyawan Latief di Pontianak, Jumat.
Terkait stok beras, Rizal memastikan stok masih aman. Begitu juga tentang harga pihaknya terus memantau agar harga tetap terkendali.
"Stok beras cukup dan harga juga masih stabil atau aman-aman saja. Harga tidak ada kenaikan atau penurunan untuk daerah Kalbar khususnya Pontianak,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Bulog menganut sistem fleksibel stok, sehingga dapat dipastikan tidak akan kekurangan stok beras.
"Jika stok beras di Kalbar habis, tidak perlu khawatir karena kita masih bisa minta dari Jawa, Sumatera Selatan, Kalteng dan lainnya untuk ketersediaan tersebut. Itu karena kita menganut sistem fleksibel stok," jelasnya.
Ia menjelaskan, Bulog mengikuti ketentuan harga yang ada sebagaimana telah ditetapkan oleh Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah atau beras.
“Kemudian upaya yang telah dilakukannya dengan menggunakan Rencana Program Kerja (RPK) dengan memberikan instrumen Bulog di dalam mengendalikan harga dari Dinas Pangan agar tetap stabil. Selanjutnya kami mengatasinya dengan sistem Ketersediaan Pangan dan Stabilitas Harga (KPSH)," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat produksi padi tahun 2020 di Kalbar sebesar 778,17 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG) dari luas panen padi sebesar 256,58 ribu hektare.
"Luas panen padi 2020 di Kalbar menurun sebanyak 33,47 ribu hektar atau 11,54 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 290,05 ribu hektare. Hal itu berpengaruh juga pada produksi padi pada 2020 hanya 778,17 ribu ton GKG, menurun sebanyak 69,70 ribu ton atau 8,22 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 847,88 ribu ton GKG," ujar Moh. Wahyu Yulianto.
Ia menjelaskan bahwa produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada Maret yaitu sebesar 158,22 ribu ton. Sementara produksi terendah terjadi pada Desember 2020 yaitu 188,87 ribu ton. Tiga kabupaten dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2020 adalah Sambas sebesar 150.222 ton, Kubu Raya sebesar 107. 589 ton dan Ketapang sebesar 103 765 ton.
"Sedangkan untuk tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah adalah Kota Pontianak dengan produksi sebesar 713 ton, Melawi sebesar 9.825 ton, dan Kota Singkawang sebesar 13.791," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021