Jumlah pasien COVID-19 yang terus bertambah dirawat di RSUD Sintang membuat para tenaga kesehatan di rumah sakit itu kelelahan, salah satunya dr Handriyani, seorang dokter paru RSUD Ade M Djoen Sintang. 

Dia membuat statement di story sosial medianya. "Tak bisa seperti ini terus, pasien berat - kritis semakin hari semakin tambah banyak. Beban kerja tenaga kesehatan (nakes) sudah berlebihan. Obat - obatan di RS menipis. Tolong lakukan segera kebijakan lockdown pergerakan manusia, penegakan sanksi bagi yang melanggar prokes," tulisnya.

Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, Rosa saat dikonfirmasi mengenai tulisan story salah seorang dokternya, mengatakan, obat tidak habis, hanya stok menipis.

"Sekarang kita selain beli, obat dapat bantuan dari Dinkes Kalbar. Beban kerja dalam menangani pasien COVID-19 bergejala berat, berbeda dengan pasien OTG. Kalau trend pasien meningkat, imbasnya ke tenaga medis, karena dengan penambahan tempat tidur pasien, harus ditambah juga tenaga medisnya," katanya.

Sedangkan dr Kasino berkomentar, tenaga kesehatan yang minim diberikan shift berat tanpa istirahat, bisa collaps semua.

Anggota DPR Sintang, Sandan mendesak Pemkab Sintang melakukan lockdown pergerakan manusia dari Kota Sintang ke daerah kecamatan yang ada di Kabupaten Sintang. Sebab, Sandan khawatir penyebaran COVID-19 yang sedang meningkat di Kota Sintang bisa menyebar sampai ke desa-desa di kecamatan. 

Dia juga meminta proses tahapan Pilkades serentak yang sedang dilaksanakan oleh Pemkab Sintang dihentikan dulu. 

"Sekarang ini panitia Pilkades dan para calon kades sering pulang pergi ke Sintang dari desanya untuk mengurus kelengkapan administrasi mengikuti Pilkades. Kalau kegiatan pengurusan administrasi pelaksanaan Pilkades tidak dihentikan, saya khawatir penyebaran COVID-19 bisa menyebar ke desa-desa. Hentikan dulu saja proses tahapan Pilkades serentak," katanya.

Pewarta: Tantra Nurandi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021