Merayakan Lebaran (Idul Fitri) tidak mesti dengan bertatap muka atau saling mengunjungi secara langsung karena kemajuan teknologi memberikan kemudahan kepada kita untuk bersilaturahmi di hari menyambut kemenangan setelah berpuasa Ramadhan.

Maka dari itu perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah, yang pada 2021 ini, sama seperti halnya saat 2020 masih diliputi dengan kondisi pandemi COVID-19 global, maka dapat dilakukan secara virtual.

Berlebaran secara virtual, maksudnya merayakan hari Lebaran menggunakan perangkat lunak komputer berupa internet yang menyediakan aplikasi untuk berkomunikasi secara dalam jaringan (online). Misalnya melalui zoom, google meet, telegram, skype, dan WhatsApp.

Aplikasi WhatsApp pada telepon seluler telah tersedia fasilitas video call yang dapat memudahkan kita untuk berkomunikasi secara virtual.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, aplikasi komunikasi virtual tersebut tentu sangat membantu menghubungkan komunikasi antarsaudara, antarkeluarga, ketika tak bisa bertemu atau mudik ke kampung halaman untuk merayakan lebaran. Merayakan tradisi saling memaafkan secara langsung.

Berlebaran melalui video call itu pulalah yang dilakukan H Imam Anshary (50). Penduduk Kota Bekasi , Provinsi Jawa Barat ini, yang sudah dua kali Lebaran tidak bisa pulang kampung ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Dia memanfaatkan fasilitas video call yang ada di aplikasi WhatsApp.

Selepas melaksanakan shalat Idul Fitri 1442 Hijriah di masjid terdekat tempat tinggalnya di Komplek Harapan Baru II, Bekasi Barat, Kota Bekasi sekitar pukul 09.00 WIB, pria yang akrab disapa Imam itu melalui sambungan whatsApp video call, menghubungi ibundanya, Nazariyah (77) yang tinggal di Pontianak.

Ia mengatakan, dalam percakapan dengan ibunya, selain terungkap permintaan maaf satu sama lain, juga diselingi pembahasan masalah kesehatan dan makanan khas Idul Fitri yang tersedia di rumah masing-masing.

"Tak bisa mudik, tetapi komunikasi masih bisa dilakukan melalui video call," kata karyawan swasta di Jakarta itu saat dihubungi.

Berlebaran dengan memanfaatkan fasilitas virtual juga dilakukan warga Pontianak, Muhlis Suhaeri (50). Ia silaturahmi dengan dua kakak kandungnya, Nurhayati dan Siti Panjang Asih yang tinggal di Jawa Tengah.

Lepas shalat Idul Fitri di rumah bersama anak-anak, istri, dan mertua, ia pun menghubungi kedua kakaknya yang berada di kampung halaman, Kabupaten Jepara, melalui sambungan video call.

Pembicaraan yang dibahas selama komunikasi itu dilakukan, selain permintaan maaf kedua belah pihak, juga diisi dengan pertanyaan terkait kondisi tubuh yang menjadi tambun.

"Tidak merokok lagi dan sekarang menjadi gemuk yo Klis...," kata Siti Panjang Asih dari seberang sana. Komentar itu ditanggapi dengan tawa lepas dari kedua belah pihak.

Berlebaran secara virtual, sesungguhnya merupakan bagian dari ikhtiar bersama untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Juru bicara Satgas COVID-19 Pusat, Prof Wiko Adisasmito, dalam jumpa pers perkembangan penanganan COVID-19 pada April lalu, menyatakan peningkatan mobilitas penduduk telah meningkatkan penularan kasus COVID-19 di tengah masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan kasus yang terjadi di sejumlah daerah yang ternyata dibarengi dengan adanya peningkatan mobilitas masyarakat.

Dia menyebut terdapat 10 provinsi dengan peningkatan kasus yang tinggi di bulan April 2021. Meliputi Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Bengkulu, Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.

"Karena itu, saya mengimbau kepada 10 provinsi untuk betul-betul melakukan penanganan kasus positif COVID-19 di wilayah masing-masing. Ini adalah alarm bagi ke-10 provinsi itu bahwa kasus positif yang tinggi, berpotensi dapat berujung pada kematian apabila tidak ditangani dengan baik," katanya dalam kesempatan itu.

Menurutnya, peningkatan kasus COVID-19, dapat meningkatkan angka kematian secara nasional. Akan tetapi, jika dapat menangani dengan baik dengan memperhatikan kualitas pelayanan yang terbaik, sehingga pasien dapat ditangani dengan baik, maka dapat meminimalisasi potensi kematian. Apabila berhasil menekan kematian secara maksimal, maka 10 provinsi itu akan berkontribusi besar dalam memperbaiki kondisi nasional.

Presiden Joko Widodo, dalam arahannya terkait larangan mudik Lebaran, juga menyatakan keputusan pelarangan mudik diambil karena belajar dari pengalaman mudik saat libur panjang beberapa waktu lalu, ternyata berdampak pada peningkatan kasus COVID-19. Karena itu pula pemerintah memutuskan larangan mudik bagi ASN, TNI dan Polri, pegawai BUMN, karyawan swasta, dan seluruh masyarakat.

Manfaatkan teknologi

Mengenai ajakan untuk berlebaran secara virtual juga disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar M. Basri, HAR. Ia menilai perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah secara daring karena masih suasana pandemi COVID-19, tidak mengurangi makna silaturahmi.

Substansi dari silaturahmi, menurut dia, baik secara langsung maupun daring dengan keluarga, teman atau rekanan terletak pada ketulusan dan keikhlasan. Ibadah yang bukan rukun atau hanya sunah, bisa ditinggalkan demi menjaga kesehatan.

"Kaidah fiqih menyatakan bahwa menolak yang membawa bahaya harus lebih diutamakan dari pada meraih kemaslahatan. Saya kira demikian sebaiknya sikap kondisi saat ini. Jangan kita menghujat kebijakan pemerintah pada hal itu untuk kebaikan," katanya.

Khatib Shalat Idul Fitri 1442 Hijriah di Masjid Raya Mujahidin, Drs H Ridwansyah Msi dalam khotbah "Menggapai Hikmah Idul Fitri di tengah Musibah Pandemi COVID-19" menyatakan, ada sejumlah hikmah dari musibah pandemi COVID-19. Salah satu hikmah itu adalah inovasi dan pemikiran penguatan teknologi informasi dan media lainnya. "Untuk meningkatkan hubungan kita dalam berkomunikasi," katanya dalam khutbah id tersebut.

Maka dari itu, Kepala Kantor Wilayah Agama Kalbar itu menyatakan, dalam kondisi pandemi saat ini, setiap orang hendaknya mau tidak mau belajar dengan teknologi yang terus berkembang tersebut. "Karena dengan teknologi itu memungkinkan kita untuk berkomunikasi. Tetapi yang penting adalah komunikasi yang diridhai oleh Allah SWT," katanya.

Hikmah lain dari adanya pandemi COVID-19, adalah semakin mendekatkan umat kepada khalik, kepada Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta' ala (SWT). Karena umat menyadari bahwa Allah mengatur semuanya. Selain itu, hidup di dunia ini hanya sementara, oleh karena itu jangan sampai kufur dunia dan melupakan akhirat, karena semua akan kembali kepada Allah.

"Kullu nafsin dzaiqatul maut. Setiap yang bernyawa pasti akan mati," katanya mengutip Al Quran Surah (QA) Ali Imran, ayat 185 .

Sedangkan hikmah lainnya, bahwa dengan bencana COVID-19, telah membangun kesadaran sosial mengenai pentingnya saling berbagi, saling peduli. Apalagi dengan suasana saat ini, faktor ekonomi, sosial, dan tak kalah penting faktor kesehatan yang menurun, maka penting untuk saling berbagi. Hikmah lainnya lagi, tentu saja semakin mendekatkan hubungan keluarga.

"Kita merasakan sekarang kehidupan kita semakin memiliki punya waktu untuk dekat dengan keluarga dan anak-anak kita. Maka kita punya tanggung jawab besar terhadap anak-anak kita," kata khatib.

Komunikasi secara virtual di tengah pandemi COVID-19 juga telah mendekatkan kita dengan saudara dan keluarga yang terpisah selama ini. Walaupun tak berjabat tangan dan tak berangkulan, namun silaturahmi tetap terjalin dengan memanfaatkan teknologi.

Menjadi penting mengutamakan keselamatan bersama dengan tidak mudik ke kampung halaman agar terhindar dari munculnya klaster-klaster keluarga COVID-19.

Maka dari itu, hendaknya semua bersabar menunggu badai berlalu, sehingga dapat kembali saling berangkulan di hari fitri pada Idul Fitri 1443 Hijriah. 





 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021