Masyarakat Desa Teluk Kapuas, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat menyambut peristiwa alam gerhana bulan dengan meningkatkan ibadah.
"Biasanya jika gerhana bulan, kami menyambutnya dengan beribadah seperti yang dianjurkan oleh agama kami, yaitu shalat gerhana bulan, biasanya di Masjid kadang juga masing-masing di rumah saja. Selain itu juga ada anjuran untuk berdoa, bertakbir, dan bersedekah," kata masyarakat Desa Teluk Kapuas, Risna Dewi Nuriani, di Kubu Raya, Rabu.
Ia mengatakan biasanya dulu saat akan gerhana bulan masyarakat membunyikan alat-alat seperti gendang agar gerhana cepat timbul.
"Kalo dulu biasanya masyarakat membunyikan alat-alat seperti gendang yang dimainkan seperti saat membangunkan sahur agar gerhana cepat timbul," katanya.
Ia juga mengatakan adanya anjuran dari orang tua yang melarang ibu hamil untuk keluar rumah jika terjadi gerhana bulan.
"Jika ada gerhana bulan, orang tua saya juga melarang ibu hamil untuk keluar rumah, karena rentan terkena sinar bulan yang mengakibatkan anak yang lahir nanti memiliki bekas hitam dibagian tubuhnya, walaupun sebenarnya kami belum tahu itu benar atau hanya sekadar mitos," ujarnya.
Dirinya mengatakan terlepas dari itu ia dan masyarakat lainnya senang dan antusias untuk melihat adanya gerhana bulan, karena fenomena tersebut sangat jarang terjadi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono menjelaskan Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah yang terkenal dengan istilah Blood Moon.
“Sementara karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon. Sehingga, Gerhana Bulan Total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi,” kata dia.
BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui https://www.bmkg.go.id/gbt.
Gerhana Bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Biasanya jika gerhana bulan, kami menyambutnya dengan beribadah seperti yang dianjurkan oleh agama kami, yaitu shalat gerhana bulan, biasanya di Masjid kadang juga masing-masing di rumah saja. Selain itu juga ada anjuran untuk berdoa, bertakbir, dan bersedekah," kata masyarakat Desa Teluk Kapuas, Risna Dewi Nuriani, di Kubu Raya, Rabu.
Ia mengatakan biasanya dulu saat akan gerhana bulan masyarakat membunyikan alat-alat seperti gendang agar gerhana cepat timbul.
"Kalo dulu biasanya masyarakat membunyikan alat-alat seperti gendang yang dimainkan seperti saat membangunkan sahur agar gerhana cepat timbul," katanya.
Ia juga mengatakan adanya anjuran dari orang tua yang melarang ibu hamil untuk keluar rumah jika terjadi gerhana bulan.
"Jika ada gerhana bulan, orang tua saya juga melarang ibu hamil untuk keluar rumah, karena rentan terkena sinar bulan yang mengakibatkan anak yang lahir nanti memiliki bekas hitam dibagian tubuhnya, walaupun sebenarnya kami belum tahu itu benar atau hanya sekadar mitos," ujarnya.
Dirinya mengatakan terlepas dari itu ia dan masyarakat lainnya senang dan antusias untuk melihat adanya gerhana bulan, karena fenomena tersebut sangat jarang terjadi.
Sebelumnya, Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono menjelaskan Gerhana Bulan Total terjadi saat posisi Matahari-Bumi-Bulan sejajar. Hal ini terjadi saat Bulan berada di umbra Bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi, Bulan akan terlihat berwarna merah yang terkenal dengan istilah Blood Moon.
“Sementara karena posisi Bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka Bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon. Sehingga, Gerhana Bulan Total tanggal 26 Mei 2021 dikenal juga dengan Super Blood Moon, karena terjadi saat bulan di Perigee Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi,” kata dia.
BMKG akan melakukan pengamatan Gerhana Bulan Total 26 Mei 2021 di lokasi-lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan teleskop yang dipadukan dengan detektor dan teknologi informasi dan disebarluaskan melalui https://www.bmkg.go.id/gbt.
Gerhana Bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah-berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021