Bupati Kapuas Hulu Fransiskus Diaan mengatakan pesta panen Suku Daya Iban daerah perbatasan Indonesia-Malaysia berpotensi sebagai pengembangan ekowisata bagi masyarakat khususnya di Kecamatan Batang Lupar wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat.

"Prosesi ritual gawai dayak sangat cocok untuk mendongkrak wisata, salah satunya gawai dayak atau pesta panen yang diselenggarakan Suku Dayak Iban di daerah perbatasan," kata Fransiskus Diaan,  usai menghadiri gawai Dayak Iban Desa Setulang Kecamatan Batang Lupar Kapuas Hulu, Sabtu.

Disampaikan Fransiskus, kedepannya acara gawai dayak itu bisa dijadikan kawasan objek wisata, hal tersebut sesuai visi misi Pemkab Kapuas Hulu dalam membangun pertumbuhan ekonomi masyarakat pada sektor pertanian, pariwisata dan industri kreatif berbasis sumberdaya alam lokal.

Menurut dia, gawai dayak salah satu agenda rutin suku dayak di Kapuas Hulu sebagai wujud rasa syukur atas hasil pertanian selama setahun yang sudah ada sejak nenek moyang dan dilakukan secara turun temurun.

"Gawai Dayak itu merupakan adat dan budaya kita sebagai rasa syukur atas rejeki di bidang pertanian yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, kedepannya itu bisa dijadikan sebagai pengembangan wisata," ucap Fransiskus.

Dikatakan Fransiskus, pelaksanaan Gawai Dayak di Kapuas Hulu tahun ini tidak bisa dilaksanakan secara lebih meriah, karena terkendala pandemi COVID-19.

"Tapi saya sangat apresiasi Gawai Dayak Iban Desa Setulang itu benar-benar menerapkan protokol kesehatan, itu tidak terlepas dari dukungan masyarakat, petugas kesehatan dan semua pihak, saya ucapkan terima kasih," kata Fransiskus.

Sementara itu, Tuan Rumah Suku Dayak Iban Sumpak Desa Setulang Markus Kelambu mengatakan hasil panen padi suku Dayak Iban selama setahun cukup memuaskan, bisa dijadikan sebagai ketahanan pangan selama setahun kedepannya.

"Puji Tuhan tahun ini kami tidak akan kekurangan padi, hasil panen kami diperkirakan mampu sampai tahun depan." Kata Markus Kelambu yang juga sebagai Tokoh Masyarakat Suku Dayak Iban Setulang.

Ia menyampaikan meski pun pelaksanaan gawai dayak atau pesta panen itu dilaksanakan secara terbatas karena pandemi COVID-19, akan tetapi prosesi ritual adat istiadat tetap dilaksanakan sesuai budaya dan peninggalan para leluhur.

"Meski pun kita melaksanakan pesta panen dengan kesederhanaan, namun ritual adat kami tetap laksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan dan tidak mengurangi makna dari ritual yang kami laksanakan sebagai ucapan rasa syukur serta memanjatkan doa agar masyarakat dijauhkan dari marah bahaya," kata Markus Kelambu.

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021