Kapuas Hulu (ANTARA) - Badan Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Kalimantan Barat memperketat pengawasan untuk mengantisipasi masuknya penyakit demam babi Afrika atau African swine fever (ASF) di pintu perbatasan Indonesia dan Malaysia di wilayah tersebut.
"Resiko masuknya penyakit ASF itu ke perbatasan cukup tinggi karena di bagian Sarawak Malaysia telah kejadian, sedangkan kita ini berbatasan langsung," kata Ketua Tim Karantina Hewan BKHIT Kalimantan Barat drh Muamar Darda, di Badau perbatasan Indonesia-Malaysia, wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat, Jum'at.
Muamar menyampaikan petugas gabungan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Badau bersama Satgas Pamtas dan pihak lainnya telah mengoptimalkan pengawasan khususnya untuk babi dan turunannya sebagi upaya untuk mencegah infeksi virus ASF di wilayah perbatasan.
Ia menjelaskan berdasarkan surat pemberitahuan dari Jabatan Perkhidmatan Veteriner Sarawak Bahagian Samarahan nomor (8) DVD/SMH/600/9/VIL.1 menginformasikan bahwa telah terjadi kejadian baru penyakit African Swine Fever (ASF), tepatnya di Mongkos Distrik Tebedu, Sarawak Malaysia.
Diketahui, ASF merupakan salah satu penyakit pada babi yang disebabkan virus non zoonosis (tidak menular ke manusia) yang menyerang baik babi liar maupun babi ternak di segala umur dan menyebabkan babi sakit dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.
Muamar mengatakan sampai saat ini belum ada cara efektif dalam pengobatan penyakit ASF. Belum adanya vaksin dan media penyebaran virus yang sangat beragam (kontak langsung dengan babi tertular, pakan sisa, orang, objek yang dapat membawa agen penyakit seperti pakaian, sepatu, peralatan kandang, kendaraan yang menambah kesulitan penanggulangan ASF sampai saat ini.
"Babi tertular yang tidak menunjukkan gejala klinis ASF juga menjadi agen pembawa, sehingga apabila terjadi kasus di satu kandang, maka babi di kelompok tersebut harus segera dipisahkan untuk mencegah penularan ke kelompok lainnya," katanya.
Muamar mengimbau agar masyarakat tidak membawa atau pun melakukan kontak dengan hewan babi dan produknya, baik keluar dari Indonesia maupun ke dalam indonesia.
Ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah kejadian baru penyakit ASF di wilayah perbatasan.
"Dengan dampak negatif yg cukup besar, akan sangat merugikan masyarakat perbatasan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan ternak warga perbatasan. Mari kita waspada dan cegah ASF, dimulai dari kita, oleh kita dan untuk kita semua," kata Muamar.
BKHIT Kalbar waspadai penyakit demam babi di perbatasan Indonesia
Jumat, 13 Desember 2024 15:12 WIB