Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat mengatakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa titik di daerah itu diduga akibat adanya aktivitas pembukaan lahan dengan cara membakar.
“Dugaan awal, orang mau berkebun dengan membakar, tetapi karena angin kuat kebakarannya jadi meluas," kata Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat pada KPH Kabupaten Sambas, Asmadi di Sambas, Kamis.
Dia menjelaskan, hingga saat ini luasan lahan terbakar di beberapa titik itu sudah seluas 60 hektare, yang terdiri di areal gambut dan hutan biasa.
"Sudah hampir sepekan kebakaran lahan itu terjadi dan tersebar di lima desa, kondisi lahan yang kering menyebabkan api sulit dipadamkan," ujarnya.
Lima desa yang mengalami kebakaran lahan, yaitu Desa Sungai Baru dan Desa Berlimang, Kecamatan Teluk Keramat; kemudian di Desa Pelimpaan, Desa Lambau, Desa Sarang Burung Usrat, Desa Sarang Burung Danau, Desa Sarang Burung Kolam, Kecamatan Jawai.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Sarang Burung Kuala, Edi menyampaikan hingga Rabu sore pemadaman api masih dilakukan oleh tim gabungan dari Koramil, KPH Sambas, Masyarakat Peduli Api dan masyarakat.
Selama pemadaman, sumur bor yang sudah dibangun oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di Kecamatan Jawai juga sudah dimanfaatkan.
"Alhamdulillah sumur bor yang ada sudah bisa dimanfaatkan, sehingga bisa menekan kebakaran lahan itu tidak sampai meluas. Kalau tidak ada sumur bor itu mungkin dalam satu jam sudah meluas empat hingga lima kilometer," ujarnya.
Edi juga mengatakan, selain dimanfaatkan untuk pemadaman api, sumur bor tersebut biasanya juga dimanfaatkan untuk pembasahan saat musim kemarau.
“Kita lakukan ketika lahan gambut sudah kering, saat lama tidak turun hujan,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, sekat kanal yang dibangun juga membantu proses pemadaman kebakaran karena menjadi sumber air untuk pemadaman api tersebut.
Di tempat terpisah, Tim Teknis Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG), Gembong mengatakan di Sungai Baru terdapat enam titik sekat kanal dan sepuluh sumur bor, tetapi saat proses pemadaman berlangsung, sumur bor yang dimanfaatkan hanya tiga, karena tujuh sumur bor lainnya sedang diperbaiki.
Menurut perkiraannya, saat ini kebakaran lahan di Desa Sungai Baru menjadi wilayah yang terdampak paling luas, yakni sekitar delapan hektare atau cukup luas.
Meski demikian, menurut dia, beberapa lokasi yang terbakar sudah bisa dikendalikan, dan ada juga yang sedang dilakukan pendinginan serta pembasahan terhadap lahan gambut yang terbakar itu, menggunakan sumber air dari sekat kanal dan sumur bor yang telah dibangun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Dugaan awal, orang mau berkebun dengan membakar, tetapi karena angin kuat kebakarannya jadi meluas," kata Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat pada KPH Kabupaten Sambas, Asmadi di Sambas, Kamis.
Dia menjelaskan, hingga saat ini luasan lahan terbakar di beberapa titik itu sudah seluas 60 hektare, yang terdiri di areal gambut dan hutan biasa.
"Sudah hampir sepekan kebakaran lahan itu terjadi dan tersebar di lima desa, kondisi lahan yang kering menyebabkan api sulit dipadamkan," ujarnya.
Lima desa yang mengalami kebakaran lahan, yaitu Desa Sungai Baru dan Desa Berlimang, Kecamatan Teluk Keramat; kemudian di Desa Pelimpaan, Desa Lambau, Desa Sarang Burung Usrat, Desa Sarang Burung Danau, Desa Sarang Burung Kolam, Kecamatan Jawai.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Sarang Burung Kuala, Edi menyampaikan hingga Rabu sore pemadaman api masih dilakukan oleh tim gabungan dari Koramil, KPH Sambas, Masyarakat Peduli Api dan masyarakat.
Selama pemadaman, sumur bor yang sudah dibangun oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di Kecamatan Jawai juga sudah dimanfaatkan.
"Alhamdulillah sumur bor yang ada sudah bisa dimanfaatkan, sehingga bisa menekan kebakaran lahan itu tidak sampai meluas. Kalau tidak ada sumur bor itu mungkin dalam satu jam sudah meluas empat hingga lima kilometer," ujarnya.
Edi juga mengatakan, selain dimanfaatkan untuk pemadaman api, sumur bor tersebut biasanya juga dimanfaatkan untuk pembasahan saat musim kemarau.
“Kita lakukan ketika lahan gambut sudah kering, saat lama tidak turun hujan,” ujarnya.
Selain itu, menurut dia, sekat kanal yang dibangun juga membantu proses pemadaman kebakaran karena menjadi sumber air untuk pemadaman api tersebut.
Di tempat terpisah, Tim Teknis Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG), Gembong mengatakan di Sungai Baru terdapat enam titik sekat kanal dan sepuluh sumur bor, tetapi saat proses pemadaman berlangsung, sumur bor yang dimanfaatkan hanya tiga, karena tujuh sumur bor lainnya sedang diperbaiki.
Menurut perkiraannya, saat ini kebakaran lahan di Desa Sungai Baru menjadi wilayah yang terdampak paling luas, yakni sekitar delapan hektare atau cukup luas.
Meski demikian, menurut dia, beberapa lokasi yang terbakar sudah bisa dikendalikan, dan ada juga yang sedang dilakukan pendinginan serta pembasahan terhadap lahan gambut yang terbakar itu, menggunakan sumber air dari sekat kanal dan sumur bor yang telah dibangun.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021