Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Florentinus Anum mengatakan bahwa arah pembangunan pertanian Kalbar saat sudah berorientasi swasembada pangan dengan berorientasi pada pemanfaatan teknologi dan intensifikasi.
“Saat kita harus menuju pertanian modern. Di industri 4.0 itu jembatan yang akan dilewati yakitu teknologi. Sehingga pertanian yang ke depannya itu adalah betul-betul pertanian yang modern. Supaya kita tidak terlalu gamang, teknologi pertanian itu sebenarnya bukanlah yang kita bayangkan teknologi tinggi, ini juga perlu kita tanamkan di pikiran kita,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Florentinus Anum juga mengatakan bahwa teknologi bukan hanya bisa digunakan oleh sarjana, S2 atau profesor, tetapi petani yang tamat SD pun juga bisa menggunakannya.
“Untuk itu maka perlu menjadi masukan kami supaya menjadi masukan kami agar stakeholder yang ada di pertanian Indonesia ini baik di Kalbar maupun di Indonesia tidak terlalu menjadi momok. Kita santau saja, ayo kita wajibkan teknologi masuk di dunia pertanian,” ucapnya.
Dia juga mengatakan bahwa ke depan tujuan bersama bagaimana menciptakan masyarakat, khususnya petani yang sejahtera, sehat, produktif, inovatif dan berdaya saing. Untuk itu orientasi bertani sekarang jangan lagi pola pikirnya untuk makan saja. Tetapi bertani berorientasi ekspor, dengan memproduksi lebih tinggi, kualitas dijaga serta jenis komoditi diperbanyak.
“Tentu harapan kami setelah teknologi dan orientasi ekspor jadi tujuan, untuk pelaksanaan di lapangan pertanian di Kalbar itu adalah intensifikasi. Bukan saya sampingkan ektensifikasi, tetapi kalau kita berbicara masalah agrobisnis. Lebih produktif dan efektif jika kita membangun pertanian itu pada tatanan atau jalur intensifikasi,” katanya.
Intensifikasi ini akan masuk ke dalam setiap tahapan proses produksi pertanian dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari semai, pengolahan tanaman, pemupukan dan sebagainya kemudian panen sampai ke pada tata niaga. Itu yang dia istilahkan dari hulu sampai hilir.
“Tahapan inilah yang perlu kita masukkan intensifikasi. Sehingga kita bisa mencapai apa yang menjadi harapan kita. Kemudian setiap tahapan intensifikasi itu pasti ada sentuhan teknologi. Teknologi di pertanian itu selalu menjadi satu amunisi bagi kita untuk intensifikasi,” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa amunisi untuk intensifikasi merupakan satu cara yang lebih produktif dalam meningkatkan produksi pertanian. Tujuan amunisi pencapaian ini adalah biasa disebut birokrasi.
“Ini sangat luar biasa dan dapat kami bayangkan kalau kita harus memberikan bagaimana cara petani kita berinovasi ini tidak mudah. Mentransfer satu ilmu yang sifatnya terapan, itu tidak mudah. Karena inovasi itu adalah salah satu cara yang sifatnya terapan, sederhana, tetapi bisa membantu kita dalam mencapai tujuan dari pembangunan pertanian,” katanya.
Kemudian Florentinus Anum juga mengatakan intinya adalah intensifikasi terhadap tahapan proses produksi. Ini yang selalu dia sampaikan di manapun dia berada kepada petani di kabupaten. Dia juga mengajak petani untuk tidak terlalu memikirkan ekstensifikasi.
“Saya memberi batasan hilir itu sampai kepada berdagang. Itu juga sebenarnya porsinya kita, walaupun secara institusi tugas pertanian itu hanya sampai produksi. Tugas saya bagaimana kalau padi itu mulai dari daunnya sampai ke akarnya berbuah. Itu selesai tugas kami. Tetapi ini tidak bisa dilepaskan, kalau sudah mulai defisit, inflasi, harga komoditi rendah pasti pertanian yang dicari, sebenarnya itu bukan tugas saya,” ucapnya.
Pada 2021 ini, khusus tanaman pangan seperti padi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar menargetkan produksi padi pada 2021 ini sebesar 885.000 ton Gabah Kering Giling (GKG). Untuk memenuhi target tersebut uuntuk luas lahannya atau sasaran tanamannya sebesar 337.455 hektare dan sasaran panen 311.00 hektare dengan target produktivitas 3 ton per hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Saat kita harus menuju pertanian modern. Di industri 4.0 itu jembatan yang akan dilewati yakitu teknologi. Sehingga pertanian yang ke depannya itu adalah betul-betul pertanian yang modern. Supaya kita tidak terlalu gamang, teknologi pertanian itu sebenarnya bukanlah yang kita bayangkan teknologi tinggi, ini juga perlu kita tanamkan di pikiran kita,” ujarnya di Pontianak, Jumat.
Florentinus Anum juga mengatakan bahwa teknologi bukan hanya bisa digunakan oleh sarjana, S2 atau profesor, tetapi petani yang tamat SD pun juga bisa menggunakannya.
“Untuk itu maka perlu menjadi masukan kami supaya menjadi masukan kami agar stakeholder yang ada di pertanian Indonesia ini baik di Kalbar maupun di Indonesia tidak terlalu menjadi momok. Kita santau saja, ayo kita wajibkan teknologi masuk di dunia pertanian,” ucapnya.
Dia juga mengatakan bahwa ke depan tujuan bersama bagaimana menciptakan masyarakat, khususnya petani yang sejahtera, sehat, produktif, inovatif dan berdaya saing. Untuk itu orientasi bertani sekarang jangan lagi pola pikirnya untuk makan saja. Tetapi bertani berorientasi ekspor, dengan memproduksi lebih tinggi, kualitas dijaga serta jenis komoditi diperbanyak.
“Tentu harapan kami setelah teknologi dan orientasi ekspor jadi tujuan, untuk pelaksanaan di lapangan pertanian di Kalbar itu adalah intensifikasi. Bukan saya sampingkan ektensifikasi, tetapi kalau kita berbicara masalah agrobisnis. Lebih produktif dan efektif jika kita membangun pertanian itu pada tatanan atau jalur intensifikasi,” katanya.
Intensifikasi ini akan masuk ke dalam setiap tahapan proses produksi pertanian dari hulu sampai ke hilir. Mulai dari semai, pengolahan tanaman, pemupukan dan sebagainya kemudian panen sampai ke pada tata niaga. Itu yang dia istilahkan dari hulu sampai hilir.
“Tahapan inilah yang perlu kita masukkan intensifikasi. Sehingga kita bisa mencapai apa yang menjadi harapan kita. Kemudian setiap tahapan intensifikasi itu pasti ada sentuhan teknologi. Teknologi di pertanian itu selalu menjadi satu amunisi bagi kita untuk intensifikasi,” ujarnya.
Dia mengungkapkan bahwa amunisi untuk intensifikasi merupakan satu cara yang lebih produktif dalam meningkatkan produksi pertanian. Tujuan amunisi pencapaian ini adalah biasa disebut birokrasi.
“Ini sangat luar biasa dan dapat kami bayangkan kalau kita harus memberikan bagaimana cara petani kita berinovasi ini tidak mudah. Mentransfer satu ilmu yang sifatnya terapan, itu tidak mudah. Karena inovasi itu adalah salah satu cara yang sifatnya terapan, sederhana, tetapi bisa membantu kita dalam mencapai tujuan dari pembangunan pertanian,” katanya.
Kemudian Florentinus Anum juga mengatakan intinya adalah intensifikasi terhadap tahapan proses produksi. Ini yang selalu dia sampaikan di manapun dia berada kepada petani di kabupaten. Dia juga mengajak petani untuk tidak terlalu memikirkan ekstensifikasi.
“Saya memberi batasan hilir itu sampai kepada berdagang. Itu juga sebenarnya porsinya kita, walaupun secara institusi tugas pertanian itu hanya sampai produksi. Tugas saya bagaimana kalau padi itu mulai dari daunnya sampai ke akarnya berbuah. Itu selesai tugas kami. Tetapi ini tidak bisa dilepaskan, kalau sudah mulai defisit, inflasi, harga komoditi rendah pasti pertanian yang dicari, sebenarnya itu bukan tugas saya,” ucapnya.
Pada 2021 ini, khusus tanaman pangan seperti padi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar menargetkan produksi padi pada 2021 ini sebesar 885.000 ton Gabah Kering Giling (GKG). Untuk memenuhi target tersebut uuntuk luas lahannya atau sasaran tanamannya sebesar 337.455 hektare dan sasaran panen 311.00 hektare dengan target produktivitas 3 ton per hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021