Sutradara Kamila Andini mengungkapkan keinginannya untuk terus membuat karya yang mengisahkan tentang masyarakat Indonesia dengan karakter yang dekat dengan keseharian di Tanah Airnya, termasuk perempuan Indonesia yang dia sebut menantang untuk ditulis.
"Sebagai perempuan Asia Tenggara, karakter kami itu kompleks, tidak banyak menyuarakan pendapat, tidak suka konfrontasi, sering memendam apa yang dirasakan," katanya di bincang-bincang Conversation Series at Asia Lounge, Tokyo Midtown Hibiya yang jadi bagian dari Festival Film Internasional Tokyo (TIFF), ditulis Minggu.
Baca juga: Aktivis dukung partisipasi perempuan dalam pengelolaan SDA di Kalbar
Kecenderungan tersebut terjadi karena perempuan juga ingin menjadi bagian masyarakat dan diterima dengan tangan terbuka oleh orang-orang di sekitarnya.
Karakter yang dekat dengan keseharian itu tidak mudah untuk ditulis karena sifat-sifat yang lekat dengan pemeran utama atau perempuan protagonis di sebuah film adalah perempuan berani dan progresif, sosok yang mungkin tidak banyak di kehidupan nyata.
"Kebanyakan dari kita tidak seberani itu, kita butuh proses untuk jadi seperti itu," kata sutradara film "Yuni".
Putri sineas Garin Nugroho ini berkeinginan untuk menceritakan perempuan Indonesia yang dekat dengan keseharian, mungkin terlihat rapuh dan lemah, tapi sebetulnya punya kekuatan tersendiri dalam mengejar apa yang diinginkan dalam hidupnya.
Dalam bincang-bincang tersebut, Kamila berdiskusi dengan sutradara perempuan asal Jepang, Yukiko Sode, yang juga mengutarakan kisah apa yang ingin dibuat kelak. Sebagai sutradara yang tinggal di Kanazawa, cukup jauh dari Tokyo, dia berada dalam lingkar pertemanan ibu-ibu rumah tangga setempat yang hidupnya lebih berwarna ketimbang penggambaran di televisi atau film. Dia ingin membuat karya yang mengangkat kisah tentang ibu rumah tangga yang lebih dinamis dan dekat dengan keseharian.
"Mereka biasanya digambarkan secara standard, pandangan kolot, hanya di ruang tamu untuk menghabiskan waktu, tapi dalam kehidupan nyata banyak orang-orang yang menarik dan mereka punya kehidupan sendiri sebelum menikah," kata Yukiko.
Baca juga: Blibli gelar 'Festival Belanja Cantik' hadirkan empat tokoh perempuan
Baca juga: Tayang Oktober 2021, "Perempuan Tanah Jahanam" sampai "You: Season 3"
Baca juga: Kalbar dukung peran perempuan hadirkan ketahanan pangan keluarga
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Sebagai perempuan Asia Tenggara, karakter kami itu kompleks, tidak banyak menyuarakan pendapat, tidak suka konfrontasi, sering memendam apa yang dirasakan," katanya di bincang-bincang Conversation Series at Asia Lounge, Tokyo Midtown Hibiya yang jadi bagian dari Festival Film Internasional Tokyo (TIFF), ditulis Minggu.
Baca juga: Aktivis dukung partisipasi perempuan dalam pengelolaan SDA di Kalbar
Kecenderungan tersebut terjadi karena perempuan juga ingin menjadi bagian masyarakat dan diterima dengan tangan terbuka oleh orang-orang di sekitarnya.
Karakter yang dekat dengan keseharian itu tidak mudah untuk ditulis karena sifat-sifat yang lekat dengan pemeran utama atau perempuan protagonis di sebuah film adalah perempuan berani dan progresif, sosok yang mungkin tidak banyak di kehidupan nyata.
"Kebanyakan dari kita tidak seberani itu, kita butuh proses untuk jadi seperti itu," kata sutradara film "Yuni".
Putri sineas Garin Nugroho ini berkeinginan untuk menceritakan perempuan Indonesia yang dekat dengan keseharian, mungkin terlihat rapuh dan lemah, tapi sebetulnya punya kekuatan tersendiri dalam mengejar apa yang diinginkan dalam hidupnya.
Dalam bincang-bincang tersebut, Kamila berdiskusi dengan sutradara perempuan asal Jepang, Yukiko Sode, yang juga mengutarakan kisah apa yang ingin dibuat kelak. Sebagai sutradara yang tinggal di Kanazawa, cukup jauh dari Tokyo, dia berada dalam lingkar pertemanan ibu-ibu rumah tangga setempat yang hidupnya lebih berwarna ketimbang penggambaran di televisi atau film. Dia ingin membuat karya yang mengangkat kisah tentang ibu rumah tangga yang lebih dinamis dan dekat dengan keseharian.
"Mereka biasanya digambarkan secara standard, pandangan kolot, hanya di ruang tamu untuk menghabiskan waktu, tapi dalam kehidupan nyata banyak orang-orang yang menarik dan mereka punya kehidupan sendiri sebelum menikah," kata Yukiko.
Baca juga: Blibli gelar 'Festival Belanja Cantik' hadirkan empat tokoh perempuan
Baca juga: Tayang Oktober 2021, "Perempuan Tanah Jahanam" sampai "You: Season 3"
Baca juga: Kalbar dukung peran perempuan hadirkan ketahanan pangan keluarga
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021