Sejumlah dosen dari beberapa fakultas di Universitas Tanjungpura Pontianak melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) memberi edukasi ke stakeholder di Desa Wajok Hilir Kabupaten Mempawah, Kalbar, mengenai pengelolaan lahan gambut secara partisipatif.

"Pemilihan Desa Wajok Hilir mengingat daerah tersebut dan mata pencaharian masyarakat di Desa Wajok Hilir sebagian besar sebagai petani," kata Prof Dr Henny Herawati ST MT, salah seorang dosen pelaksana PKM di Desa Wajok Hilir, saat dihubungi di Pontianak pada Senin.

Pada lahan gambut, ketika diusahakan sebagai lahan pertanian, air hujan yang jatuh dengan mudah mengalir ke saluran di sekitarnya. Hal itu membuat lahan menjadi kering jika tidak terjadi hujan dalam beberapa hari.

Kondisi ini juga disebabkan karena tanah gambut mempunyai angka porositas tanah yang besar, sehingga laju infiltasi atau air masuk ke tanah lebih cepat. Untuk menjaga kelembaban tanah perlu dilakukan pengendalian tinggi muka air di lahan, sehingga perlu dilengkapi oleh bangunan yang dapat memperlambat lajunya aliran air di saluran.

 
Tim penijauan lokasi (ANTARA/Ho)



Terkait hal itu, ia menambahkan, dalam rangka perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, pada Tahun 2021, tim Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang terdiri dari dosen dari beberapa fakultas di Universitas Tanjungpura melaksanakan kegiatan memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya kepada mitra di Desa Wajok Hilir yang merupakan salah satu program dalam kegiatan PKM yang berjudul Pembasahan Lahan Gambut Secara Partisipatif. Kegiatan ini dilaksanakan dengan dana hibah dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada Skim Pengembangan Desa Mitra (PPDM).

Tim pelaksana PKM yang terdiri dari Prof Dr Henny Herawati ST, MT, Dr Tatang Abdurrahman, SP MP, Dr Ir Kartini MT dan Dr Aji Ali Akbar M Si.

Tim menjelaskan mengenai pentingnya pengendalian tinggi muka air di lahan gambut dan upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh masyarakat sehubungan dengan kegiatan pengendalian tinggi muka air di lahan gambut.

"Untuk dapat melakukan pengendalian tinggi muka air dapat dibangun beberapa macam bangunan seperti sekat kanal, baik skala teknis maupun sederhana. Pada bangunan skala sederhana, sekat kanal, biasa dikenal dengan istilah 'pagung' oleh masyarakat," kata dia. Selain itu dapat juga dipasang pintu air yang otomatis juga dapat diaplikasikan di lahan pertanian warga.
 
Pintu air (ANTARA/Ho)


"Untuk membuat pintu air dapat disesuaikan dengan ketersediaan bahan bangunan yang ada di sekitar lahan dan yang mudah diperoleh di sekitar lokasi pertanian. Pada kegiatan PKM ini, tim memberikan pintu air otomatis dari bahan fiber yang bisa diaplikasikan dengan mudah, baik dipasang maupun dibuka," ujar dia.

Operasional pintu disesuaikan dengan kebutuhan. "Apakah air akan dialirkan ke luar maupun ke dalam sesuai kebutuhan. Jika ingin memasukan air, maka pintu dibuka kearah dalam sedangkan jika ingin mengeluarkan air, maka pintu dipasang sebaliknya," kata Prof Henny.

Untuk memperoleh hasil pertanian yang baik, pada saat penanaman bibit di media tanam perlu dikondisikan lahan tidak terdapat air. "Biasanya saat ini pintu dilepaskan dari kusennya. Setelah masa tanam, maka tinggi muka air dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu untuk meningkatkan produktifitas pertanian perlu dilakukan tata air yang baik dan pemberian air sesuai masa pertumbuhan, sehingga tanaman dapat tumbuh optimal," kata dia. Tidak hanya pada pertanian padi, pintu air juga dapat dipasang pada lahan perkebunan kelapa di sekitar pemukiman warga. Dengan pemasangan pintu air, maka tinggi muka air dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman.

"Kegiatan PKM ini bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang budidaya pertanian dan perkebunan yang baik dan sekaligus dapat menjaga kualitas lingkungan di lahan gambut. Kegiatan PKM ini sudah berlangsung sejak tahun 2019 lalu. Diharapkan di masa yang akan datang, lahan gambut dapat lebih produktif dan tetap terjaga kualitasnya," demikian penjelasan Prof Henny.

Pewarta: Teguh

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021