Peneliti dari Pusat Riset Bioteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Peni Ahmadi melakukan riset untuk mengeksplorasi kebermanfaatan invertebrata laut Indonesia bagi perawatan kanker, terutama untuk menekan kanker payudara.
"Harapannya suatu hari nanti kita bisa menemukan obat yang dapat digunakan untuk terapi yang tidak berbahaya, bahkan tidak memiliki efek samping bagi pasien," kata Peni saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Riset yang dilakukan Peni berjudul Potent Drug-lead from Indonesian Marine Invertebrates to Suppress Breast Cancer (Obat Ampuh dari Invertebrata Laut Indonesia untuk Menekan Kanker Payudara).
Ia mengatakan sumber daya laut terutama invertebrata laut sangat berpotensi sebagai sumber senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antiinfeksi dan antikanker yang penting untuk perawatan kanker.
Menurut Peni, potensi yang sangat besar dari invertebrata laut tersebut dapat digunakan untuk perawatan kanker dengan terapi bertarget tanpa efek samping yang berarti.
Keuntungan dari terapi bertarget adalah lebih selektif dan spesifik pada kanker yang dituju tanpa merusak sel sehat, sehingga lebih efektif dan efisien, serta diharapkan dapat menurunkan off-targeted problem.
Peni menuturkan senyawa bahan alam laut yang sudah dilaporkan sebanyak 34.000, namun hanya sekitar tiga persen dari total sumber daya alam laut yang dimanfaatkan.
Meskipun sumber daya alam laut memiliki potensi besar untuk digunakan dalam perawatan kanker, pemanfaatannya juga belum optimal, sehingga perlu eksplorasi dan riset lebih lanjut.
Peni memulai risetnya pada September 2021, dan akan terus melakukannya sampai mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi para perempuan terutama dalam rangka menekan kanker payudara.
Riset tersebut juga akan bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada dunia sains berupa informasi mengenai perkembangan riset tentang kanker, khususnya kanker payudara.
"Yang terpenting adalah harapannya dapat menyelamatkan atau membebaskan perempuan dari kanker payudara," ujarnya.
Pada 2002 kanker payudara menduduki peringkat pertama pada penyakit kanker di Indonesia hingga mencapai hampir 25.000 kasus. Pada 2012, jumlah penderita kanker payudara di Indonesia meningkat drastis atau dua kali lipat dibanding satu dekade sebelumnya, yakni 50.000 kasus.
Pada 2022, jumlah kasus tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mendekati 100.000 kasus. Oleh karena itu, pengembangan obat potensial berbasis sumber daya laut penting untuk menekan kanker.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Harapannya suatu hari nanti kita bisa menemukan obat yang dapat digunakan untuk terapi yang tidak berbahaya, bahkan tidak memiliki efek samping bagi pasien," kata Peni saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Riset yang dilakukan Peni berjudul Potent Drug-lead from Indonesian Marine Invertebrates to Suppress Breast Cancer (Obat Ampuh dari Invertebrata Laut Indonesia untuk Menekan Kanker Payudara).
Ia mengatakan sumber daya laut terutama invertebrata laut sangat berpotensi sebagai sumber senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas sebagai antiinfeksi dan antikanker yang penting untuk perawatan kanker.
Menurut Peni, potensi yang sangat besar dari invertebrata laut tersebut dapat digunakan untuk perawatan kanker dengan terapi bertarget tanpa efek samping yang berarti.
Keuntungan dari terapi bertarget adalah lebih selektif dan spesifik pada kanker yang dituju tanpa merusak sel sehat, sehingga lebih efektif dan efisien, serta diharapkan dapat menurunkan off-targeted problem.
Peni menuturkan senyawa bahan alam laut yang sudah dilaporkan sebanyak 34.000, namun hanya sekitar tiga persen dari total sumber daya alam laut yang dimanfaatkan.
Meskipun sumber daya alam laut memiliki potensi besar untuk digunakan dalam perawatan kanker, pemanfaatannya juga belum optimal, sehingga perlu eksplorasi dan riset lebih lanjut.
Peni memulai risetnya pada September 2021, dan akan terus melakukannya sampai mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi para perempuan terutama dalam rangka menekan kanker payudara.
Riset tersebut juga akan bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada dunia sains berupa informasi mengenai perkembangan riset tentang kanker, khususnya kanker payudara.
"Yang terpenting adalah harapannya dapat menyelamatkan atau membebaskan perempuan dari kanker payudara," ujarnya.
Pada 2002 kanker payudara menduduki peringkat pertama pada penyakit kanker di Indonesia hingga mencapai hampir 25.000 kasus. Pada 2012, jumlah penderita kanker payudara di Indonesia meningkat drastis atau dua kali lipat dibanding satu dekade sebelumnya, yakni 50.000 kasus.
Pada 2022, jumlah kasus tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mendekati 100.000 kasus. Oleh karena itu, pengembangan obat potensial berbasis sumber daya laut penting untuk menekan kanker.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021